Kembalinya Sang Bintang

Berebut untuk Menandatangani Kontrak Jual Diri (3)



Berebut untuk Menandatangani Kontrak Jual Diri (3)

0Para penggemar pasangan Shi-Yi diam-diam menyebarkan konten untuk mengecek ombak. Para warganet yang kebetulan lewat dan tidak tahu pun bertanya-tanya soal topik 'Bu He Shi Yi' dan jadi ingin melihat untuk mencari tahu apa itu. Kemudian, mereka secara tidak sengaja… masuk ke dalam lubang.     

Penggemar pasangan berhasil mengendalikan ombak dan menjaring massa dari kalangan peselancar internet.     

....     

Di ruang tamu, Rong Huai memasang sikap seperti pengganggu kecil. Dia menyambar dua gelas teh susu terlebih dahulu. Ini adalah jenis minuman yang tidak boleh diminum anak kecil. Mereka juga jangan berpikir untuk meminumnya, begitu pikir Rong Huai.     

Jiang Chen memprotes dengan suara rendah, "Sikapmu ini salah. Kakak menuangkan segelas teh susu untuk masing-masing dari kita…"     

Sebuah senyuman licik terbit di wajah Rong Huai, kemudian dia menunjukkan otak-ototnya pada Jiang Chen sambil menggertak, "Kamu ingin dihajar?"     

"....." Jiang Chen terdiam. Dalam hati, dia menyuruh dirinya sendiri untuk berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Lebih baik mulai berpura-pura menjadi anak baik yang tidak suka teh susu.     

Di detik berikutnya, dahi Rong Huai dipukul. Dia mendesis kesakitan dan refleks mengangkat kepalanya, seperti seekor serigala kecil yang liar dan galak. Namun, dia ternyata bertatapan dengan mata tenang dan lembut Xiang Yi.     

Rong Huai langsung menggosok dahinya dengan sedih dan merajuk, "Mengapa kamu memukulku?"     

"Satu gelas per orang. Kamu bisa membagi teh susu yang satunya lagi dengan Kakak Jiang Chen," kata Xiang Yi.     

Rong Huai merasa seperti baru saja mendengar lelucon. Dia bertanya sambil terkekeh, "Dia? Kamu menyuruhku memanggilnya Kakak?"     

Sejak dulu, hanya orang lain yang memanggil Rong Huai sebagai Kakak Tertua. Dia jelas tidak mau memanggil orang lain dengan sebutan kakak.     

Xiang Yi duduk bersila di lantai, meletakkan kedua tangannya di pipi, dan memandang Rong Huai dengan tenang. Saat dia berhadapan dengan Xiang Yi…     

Satu detik… Dua detik…     

Di detik ketiga, Rong Huai memalingkan wajahnya, seolah tidak tahan lagi. Rona merah menyebar ke seluruh daun telinganya. Diam-diam dia merutuk, Sialan! Wanita ini benar-benar tidak pendiam sedikit pun! Bagaimana bisa dia menatap orang lurus-lurus seperti itu. Membuatku merasa tidak enak hati...     

Rong Huai dengan enggan mendorong segelas teh susu ke arah Jiang Chen. Sementara, Jiang Chen terkesima dan membatin, Huhuhu… Kakak benar-benar sangat baik dan sangat lembut!!     

Meminum seteguk teh susu panas langsung menghangatkan perut dan menghangatkan hati. Rasa yang sedikit manis, aroma teh yang samar, serta tambahan kacang merah dan oatmeal menjadi kombinasi yang sempurna… Tapi, minuman ini masih sangat panas. Jadi, jangan minum terlalu banyak!     

Glek… Glek…     

Setelah minum seteguk demi seteguk, bagaimana kalau tambah sedikit lagi? Perlahan-lahan, minum lebih cepat dan minum terus tanpa henti.     

Glegek, glegek, glegek...     

Saat Jiang Chen tersadar dari lamunannya, Rong Huai sudah menghabiskan segelas teh susunya. Lalu, pemuda itu memukul kepala kecil Jiang Chen dengan kesal dan mencibir, "Minum, ya, minum saja. Apa yang masih kamu sesali? Bukankah kamu mendapatkan kebahagiaan dari teh susu Kakak?"     

Jiang Chen tampak tercengang. Dia mendengarkan perkataan Rong Huai dengan saksama dan berpikir, Benar, keterampilan memasak Kakak adalah sihir ajaib yang bisa membuat orang merasa hangat dan bahagia. Bukankah ini makna sebenarnya dari makanan yang lezat?     

Jiang Chen tercengang, bagaikan baru mendapat pencerahan dan menyadari sesuatu.     

"Adik, kamu sangat filosofis! Seorang pemikir! Perkataanmu terlalu bermakna dan masuk akal!" Jiang Chen memuji Rong Huai dengan bersemangat.     

Rong Huai malah berpikir, Aku khawatir aku adalah orang bodoh.     

"Hei, tambahkan lagi bola talas untukku."     

Rong Huai sembarangan memerintah Jiang Chen, namun Jiang Chen melakukannya dengan sukarela. Keduanya benar-benar lupa bahwa mereka masih berada dalam siaran langsung. Tanpa mereka sadari, interaksi mereka tidak luput dari mata para warganet yang menonton.     

Banyak yang mengomentari interaksi mereka berdua:     

[Ahhh! Ahhh! Ahhh! Idola paling populer X pemuda arogan! Sangat manis, sangat manis!]     

[Maaf. Meskipun ini keanehan bagi penggemar pasangan, aku tidak tahan untuk menonton sebentar!]     

[Karakter Anak Kecil Chen adalah dingin dan mulia, tapi gerak-geriknya menunjukkan sikap konyol. Hahaha… Dia ditindas oleh Adik Rong Huai tanpa ampun]     

....     

Setelah mengobrol sebentar, Xiang Yi bertanya tentang niat kedatangan para adik laki-laki tersebut. Rong Huai berdeham, sementara Jiang Chen menambahkan terlalu banyak bola talas di minumannya barusan sehingga tenggorokannya terasa agak lengket.     

"Aku berencana untuk mengikuti ujian seni di akademi film. Aku dengar… Kakak membuka perusahaan. Kalau begitu, bolehkah aku bekerja di sana?" tanya Rong Huai.     

Rong Huai seperti takut Xiang Yi menolak. Dengan matanya berbinar, dia cepat-cepat berkata lagi, "Tandatangani kontak denganku! Aku tidak akan membuatmu menyesal!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.