Kembalinya Sang Bintang

Paranoid



Paranoid

0Xiang Yi selalu bersikap jauh lebih toleran terhadap anak kecil yang tampan. Apalagi, anak kecil yang begitu sopan.     

"Kalau begitu, aku tidak akan sungkan lagi. Terima kasih untuk seruling darimu. Ini sangat indah," kata Xiang Yi.     

Ling Ye melihat Xiang Yi menerima hadiahnya. Sudut mulutnya berkedut dan membuat wajah pucatnya jauh terlihat lebih hidup.     

Mobil wardrobe Xu Tumi sudah melaju pergi, sementara semua orang berjalan ke arah ruang tamu.     

Di tengah jalan, Shi Sui mengangkat alisnya dan bertanya samar, "Tidak kenal?"     

Xiang Yi menjawab dengan polos, "Aku benar-benar tidak kenal..."     

Percakapan keduanya menyebar sampai ke telinga warganet di ruang siaran langsung.     

[Huhuhu! Raja Aktor cemburu!]     

[Shi Sui: Lihat warna rambutku. Apakah diwarnai dengan warna hijau?]     

[Hahaha! Selama bisa melihat pasangan itu sudah cukup. Aku bisa mendapatkan gula dan kebahagiaan dua kali lipat!]     

...     

Mereka akhirnya tiba di gazebo paviliun.     

Meskipun tangan Xiang Yi tidak terlalu leluasa bergerak, jika hanya meletakkan beberapa bumbu, bukanlah masalah. Dia bertanya dengan suara hangat, "Senior Tian, Ling Ye, apakah kalian ingin makan sesuatu nanti siang?"     

"Ya ampun. Aku sedang menurunkan berat badan akhir-akhir ini. Aku cukup makan biji-bijian yang dikukus saja. Kalau tidak, aku akan dimarahi saat pulang."     

Dalam lingkaran industri, Tian Zhi terkenal sebagai seorang suami yang diurus begitu tegas oleh istrinya. Begitu dia membuka mulutnya, para warganet di depan layar tidak bisa menahan tawa.     

Sedangkan, mata Ling Ye menjadi cerah. "Aku tidak pilih-pilih makanan. Apapun yang Kakak buatkan, aku sangat menyukainya."     

Xiang Yi sedikit mengangkat kepalanya. Tidak pilih-pilih makanan. Ling Ye tampaknya seorang anak yang mudah diurus.     

"Kalau kamu?" Gadis kecil itu menatap Shi Sui.     

Ekspresi wajah Shi Sui tidak berubah. "Saus ikan acar."     

Xiang Yi berbisik, "Bukankah kamu tidak suka makan makanan asam?"     

Shi Sui memberinya tatapan samar.     

"..." Xiang Yi tidak bisa berkata-kata.     

Sementara, para penonton kian ramai berkomentar di ruang siaran langsung:     

[Hahahaha. Tatapan mata Raja Aktor ini benar-benar luar biasa]     

[Aura di antara dua orang ini, kenapa terasa, hmm… sangat tidak kentara!]     

[Shi Sui: Aku ikan acar, asam dan sayuran yang berlebihan /emotikon mengeluh /emotikon ibu jari]     

...     

Tian Zhi dan Shi Sui pergi memancing bersama.     

Sementara, Xiang Yi duduk di dekat jendela yang menjulang dari lantai ke langit-langit sambil membolak-balik buku medis tentang terapi menurunkan berat badan. Tangan Kakak Kedua telah disembuhkan dengan akupunktur dan moksibusi. Xiang Yi ingin memberinya suplemen yang baik melalui terapi diet.     

Ling Ye mendapat izin Xiang Yi dan dengan patuh membantu mengatur rak buku. Angin sepoi-sepoi bertiup melalui tirai berwarna kuning krem. Pemandangannya terlihat sangat hangat dan tenang.     

"His…"     

Di ruang tamu yang tenang, tiba-tiba terdengar Ling Ye menarik napas dalam-dalam.     

Xiang Yi mendongak dan melihat kepala Ling Ye telah terbentur oleh sebuah buku yang terjatuh dari rak. Dia mengerutkan kening, bangkit, dan berjalan menuju Ling Ye.     

Ling Ye dengan cepat meminta maaf, "Kakak, aku tidak bermaksud mengotori bukumu…"     

Xiang Yi justru bertanya, "Sakit tidak?"     

Ling Ye tertegun sejenak. Sorot mata kuningnya memancarkan pandangan aneh dan dia dengan cepat menariknya pandangannya kembali. "Tidak sakit."     

"Pergi dan istirahatlah." Xiang Yi mengambil buku itu dan menyelipkannya di dalam rak buku. "Hanya sebuah buku, tidak masalah. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan itu."     

Ling Ye meletakkan tangannya di rak buku. Dari kejauhan, dia terlihat seperti sedang membungkus tangan Xiang Yi. Tali merah di pergelangan tangannya sudah usang tapi masih terlihat bagus.     

"Kakak," panggil Ling Ye dengan nada bicara yang manis.     

"Ya?"     

Xiang Yi memalingkan wajahnya ke samping dan baru menyadari bahwa jarak antara keduanya agak terlalu dekat. Dia mengerutkan kening dengan tidak senang dan ingin mundur, tapi tangan Ling Ye yang lain menghalangi jalannya. Seperti posisi menempel di dinding.     

"Sebenarnya, aku awalnya juga tidak mengenali Kakak saat Kakak dan Jiang Jiujiu bermain instrumen bersama."     

Rambut Ling Ye berombak alami dan terlihat sangat lembut. Hanya saja, jauh di dalam matanya, ada rasa paranoid yang kuat.     

"Tetapi, aku sudah sering bepergian beberapa kali dengan Kakak. Aku merasa sangat sedih jika dilupakan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.