Kembalinya Sang Bintang

Sialan, Aku Merasa Luluh Lagi



Sialan, Aku Merasa Luluh Lagi

0Gerakan Ling Ye, yang mengambil tempat sampah dan hendak memindahkannya sampai ke samping kaki Xiang Yi, membeku di udara.     

...Sialan!     

Singkatnya, pria ini lebih cekatan daripada pemakan waktu cepat yang bertugas dalam percintaan yang pernah dia lihat.     

Sorot mata Qin Wanyan penuh dengan ketidakpercayaan. Mengapa pria yang di luar jangkauannya justru bersikap begitu baik kepada Xiang Yi? Dialah yang seharusnya menjadi putri pilihan.     

Tian Zhi memasang senyuman puas di wajahnya, seperti dia memimpin dalam adegan romantis pasangan dari jarak dekat.     

...     

Xiang Yi tercengang, lalu menggelengkan kepalanya dan menunjukan bahwa itu kotor. Tetapi, Shi Sui justru berkata, "Tidak masalah. Aku akan cuci tangan nanti."     

Perkataan Shi Sui seperti mantra yang smenyihir, membuat Xiang Yi tanpa sadar meludahkan acar lada ke telapak tangan pria itu. Garis telapak tangan Shi Sui yang jelas dikotori oleh lepehan makanan. Pria yang awalnya sangat gila kebersihan saat ini justru tidak mengubah ekspresi wajahnya. Sudut alis dan matanya semuanya terlihat lembut dan berkilau.     

Penggemar pasangan Shi-Yi satu persatu berteriak: [Sialan! Aku luluh lagi!!!]     

Seluruh sosok Xiang Yi seperti direndam dalam toples air madu. Rasanya manis dan hangat. Wajah kecilnya tidak lagi tegang dan berubah tenang seperti biasanya. Saat ini senyumannya bahkan sangat cerah dan terasa sangat feminin.     

Ling Ye melihat interaksi kecil antara keduanya dan di dalam matanya, melintas sebuah kerindungan. Tidak semua orang bersedia terus menjadi pemakai waktu cepat untuk menjalankan tugas. Pertarungan, intrik, pemisahan hidup dan mati... Satu demi satu dunia, bahkan tampak seperti tidak ada kesempatan untuk bernapas. Tidak peduli seberapa dalam persahabatan, saat telah mencapai dunia berikutnya, semuanya akan lenyap. Semakin banyak kenangan, akan semakin menyakitkan.     

Keinginan dalam hati Ling Ye untuk tinggal di dunia ini semakin kuat.     

Xiang Yi memiliki daya tarik yang kuat terhadapnya. Tidak hanya ada perasaan antara pria dan wanita, tapi juga ada rasa memiliki seperti anak ayam yang kembali ke sarangnya. Dia dapat merasakan bahwa dirinya cemburu pada Shi Sui.     

Ling Ye terbatuk dua kali dan mengangkat tangannya untuk menyajikan acar ikan, tetapi karena melamun, dia secara tidak sengaja menjatuhkan mangkuk sup berwarna biru langit itu. Dalam sekejap, fillet ikan dan asinan kubis semuanya tumpah dan kuah supnya mengalir ke bawah meja.     

Ling Ye sangat jarang merasa malu seperti ini. Dia dengan malu-malu mengambil tisu untuk mengelap meja, tapi tisu itu segera habis. Dia terburu-buru dan hendak menyekanya dengan ujung pakaiannya, namun dihentikan oleh Xiang Yi.     

Pemuda itu mengangkat pupil matanya dan ada lapisan kabut di mata kuningnya. "Kakak..."     

"Duduk. Jangan bergerak. Aku akan pergi mengambil kain lap," kata Xiang Yi.     

Saat Xiang Yi sedang mengambil kain lap, Ling Ye duduk dengan gelisah. Dia sangat jarang takut terhadap apapun, tapi sekarang dia justru merasa sedikit ketakutan. Ling Ye takut Xiang Yi akan memarahinya.     

Xiang Yi hanya mengambil beberapa kain lap dan memberikan satu lembar untuk Shi Sui. Sementara, Shi Sui dengan terampil membersihkan meja dan sepertinya dia sering melakukan pekerjaan rumah.     

Xiang Yi menyerahkan lap lain kepada Ling Ye. "Ini, bersihkan tanganmu."     

Ling Ye dengan cemas menunggu kalimat berikutnya. Setelah menunggu lama, dia hanya mendengar, "Ada apa? Apakah tanganmu melepuh?"     

"..." Ling Ye terdiam. Dia tidak bisa secara pasti menggambarkan suasana hatinya pada saat itu sehingga dia mengerutkan bibirnya. "Maaf, aku menjatuhkan makanannya."     

"Siapapun bisa membuat kesalahan seperti ini." Xiang Yi menyeka tempat di mana Shi Sui telah menyekanya lagi. "Lagi pula, masih ada di dalam panci. Bisakah kamu pergi dan mengisi ulang mangkuk ini?"     

Qin Wanyan menyangkal. "Xiang Yi, tangan Ling Ye digunakan untuk bermain Guqin dan piano. Bagaimana bisa kamu membiarkan tangannya melakukan pekerjaan yang kasar ini..."     

Qin Wanyan kira perkataannya membuat hati Ling Ye luluh. Ternyata, sedetik berikutnya, Ling Ye hanya berkata tanpa berpikir, "Aku bisa!"     

Setelah berbicara, Ling Ye menyipitkan mata ke arah Qin Wanyan. "Tangan pria bisa melakukan apa saja!"     

"...???" Qin Wanyan dipenuhi tanda tanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.