Kembalinya Sang Bintang

Lubang Kematian



Lubang Kematian

0Xiang Yi tersenyum hingga matanya menyipit dan berkata lagi, "Kakak, kamu yang paling tampan, menawan, dan yang paling terbaik~"     

"Teruskan. Aku masih tuli," kata Xiang Qi.     

Sebelum dia selesai berbicara, sebuah suara dingin datang dari belakangnya, "Adikku, kalau begitu termasuk apa aku?"     

"Eh… Kakak keempat."     

Xiang Yi menatap kakak keempatnya, Xiang Yu, yang mengenakan baju olahraga berwarna hitam. Pemuda itu memegang piala besar dan indah di tangannya dengan ekspresi dingin dan rambut acak-acakan, seolah-olah dia telah datang jauh-jauh.     

Xiang Yi segera mengubah perkataannya, "Kakak Keempat, kamulah orang yang paling mencintaiku!"     

Sedetik berikutnya——     

Suara lembut dan elegan terdengar perlahan, "Tutu, jika kamu mengatakan itu, aku akan sedih."     

" ...!!!" Xiang Yi terkejut.     

Kakak Kedua ternyata juga datang?!     

Xiang Yi menelan air liurnya. Entah mengapa, dia merasa seperti berada di lubang kematian.     

"Kakak Kedua lah yang paling luar biasa!"     

Kemudian, detik berikutnya lagi—     

"Oh? Benarkah?"     

Rasanya seperti kemeja dingin di pegunungan yang jauh, mengibaskan segenggam salju dari puncak pohon. Sepertinya ada medan magnet dalam suara pria itu sehingga dapat menarik orang untuk tenggelam dalam depresi yang dalam. Itu adalah kakak tertua, Xiang Chen.     

Xiang Yi bersembunyi di belakang Kakak Keempat yang berada paling dekat. Kemudian, Kakak Keempat bersembunyi di belakang Kakak Ketiga. Sedangkan, Kakak Ketiga bersembunyi di belakang Kakak Kedua...     

Ini seperti gambar elang menangkap anak ayam. Pada saat ini, Xiang Li sebagai kakak kedua adalah induk ayam dan Xiang Chen adalah elang ganas.     

Xiang Chen jelas baru saja turun dari pesawat, tapi pria ini selalu terlihat sangat elite dengan pakaiannya yang rapi dan rambutnya yang tertata dengan rapi. Dia merapikan manset berwarna putih, melihat ke kerumunan, dan menjatuhnya pandangannya pada Xiang Yi.     

Perlahan-lahan, Xiang Chen berjalan mendekati Xiang Yi.     

Xiang Yi ketakutan hingga memejamkan matanya. Setelah beberapa saat, bahunya tiba-tiba menjadi berat. Gadis kecil itu diam-diam membuka kelopak matanya dan menemukan...     

Kakak Tertua memakaikan selapis jas lagi di luar jaketnya tanpa ekspresi apapun di wajahnya.     

"..."     

Xiang Yi berbisik, "Kakak terus, aku tidak dingin..."     

"Kamu kedinginan," kata Xiang Chen.     

"Aku..." Menghadapi kakak tertuanya yang dalam, Xiang Yi terpaksa mengikuti katanya, "Aku, aku kedinginan."     

Xiang Chen membelai kepala kecil Xiang Yi. "Pakailah pakaian yang lebih tebal di pagi hari."     

Xiang Chen sangat lembut terhadap adik perempuannya, tapi tidak akan begitu sopan terhadap para adik laki-lakinya yang lain. Dia melihat sekeliling dan semua orang yang tersapu pandangannya berdiri tanpa sadar.     

"Apakah kalian semua menganggur?"     

Semua menjawab pertanyaan Xiang Chen dengan patuh seperti siswa sekolah dasar.     

Anak keempat, Xiang Yu, menjawab dengan lemah, "Aku, aku baru saja menyelesaikan kompetisi dan tim mengambil cuti dua hari."     

Anak ketiga, Xiang Qi, merasa bersalah. "Aku awalnya memang pekerja lepas. Aku bisa punya waktu kapan saja."     

Anak kedua, Xiang Li, mendorong kacamatanya. "Aku lelah dengan penelitian ilmiah, jadi aku kembali dan bersantai. Sangat penting untuk menyeimbangkan pekerjaan dan istirahat."     

Xiang Chen mengangguk sebagai tanggapan. Dia tampaknya merasakan sesuatu, lalu pandangannya tiba-tiba melesat ke suatu tempat. Mata tajam itu menembus udara tanpa terlihat, menembus kabut, dan akhirnya tertuju pada sesuatu.     

Shi Sui mengenakan sweter bertudung abu-abu, tampak bersih dan segar, seperti seorang mahasiswa. Dia sedang memegang cangkir termos di tangannya dan berjalan ke arah Xiang Yi di depan tatapan Xiang Chen.     

"Adik Yi, minum air hangat ini."     

Xiang Yi mengambilnya dan secara alami berterima kasih, "Terima kasih, pacarku~"     

Sebelum Xiang Yi selesai berbicara, reaksi pertamanya adalah refleks menutup mulutnya, tapi itu sudah terlambat. Dia sangat menyesal, tapi tidak menyangka Shi Sui menarik kebencian sepenuhnya pada dirinya sendiri.     

"Sama-sama, pacarku."     

Xiang Chen menggulung lengan bajunya. Xiang Li melepas kacamata berbingkai peraknya. Xiang Qi membungkuk dan mulai melepas sepatunya. Tangan Xiang Yu yang memegang piala bergerak.     

Udara dipenuhi dengan bau asap mesiu, tapi Shi Sui justru mengedipkan matanya dengan tenang dan sedikit tersenyum pada kelompok kakak laki-laki keluarga Xiang.     

"Selamat pagi, kakak-kakak semua~"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.