Kembalinya Sang Bintang

Aku Rela



Aku Rela

0"Tanganmu masih terluka. Bagaimana kamu bisa memasak?"     

"Jangan pikirkan hal itu dulu! Menurut padaku dan duduk saja yang manis!"     

"..."     

Berbagai macam penolakan datang dari segala arah.     

Xiang Yi mengepalkan tinju kecilnya dan membuat gerakan mengangkat tangan untuk menunjukkan otot tangannya. "Lukaku juga bukan apa-apa. Aku benar-benar bisa melakukannya! Kakak, aku sangat kuat!"     

"...!!!" Para warganet langsung bereaksi.     

[Mengapa Adik Yi begitu lucu?!]     

[Saudariku, aku bisa melakukannya. Aku benar-benar bisa! Dia benar-benar sangat lucu! Ahhh, ahhh, ahhh, ahhh!]     

[Kakak sudah berjanji padanya. Biarkan Adik Yi kita menyentuh spatula kecil! Lihatlah anak-anak yang rakus dan ketagihan memasak!]     

...     

Sementara itu, suasana di paviliun mendadak hening.     

"..." Shi Sui terdiam.     

"..." Xiang Feng juga tidak bisa berkata-kata.     

"..." Kakak-kakak keluarga Xiang juga terdiam.     

Sirkuit otak beberapa pria besar yang belum pernah disinkronkan secara ajaib terhubung ke frekuensi yang sama pada saat ini—     

Istriku/Yiyi/Adik Bungsu/Xiao Tutu/Tutu benar-benar sangat lucu!!!     

"Aku ini sangat berpendirian," kata Xiang Chen dengan tenang.     

Para kakak Xiang Yi yang lainnya berdiri tegak, atau duduk dengan baik, seperti siswa sekolah dasar yang sedang mendengarkan instruksi kepala sekolah.     

"Tutu, apakah kamu benar-benar ingin masak?"     

"Iya, iya!" Gadis kecil itu menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat.     

Xiang Chen membuka bibirnya, "Baiklah. Kalau begitu, mari masak bersama."     

"...???" Semua warganet terkejut.     

Hah? Apakah ini yang dimaksud dengan berpendirian? Pendirianmu tidak diterapkan kepada Adik Yi!     

Xiang Yi menggosok tangan kecilnya dengan penuh harap. "Hah?"     

...     

Sebenarnya, apa yang diharapkan oleh Xiang Yi terlalu indah.     

Perkataan Xiang Chen tentang masak bersama itu benar-benar murni masak bersama dengan yang lainnya, sementara Xiang Yi bisa duduk sambil memperhatikan dari samping.     

"Kakak Keempat, biar aku saja yang mencuci sayurannya..."     

"Bagaimana mungkin seorang gadis kecil melakukan pekerjaan seperti ini?"     

"Kakak Ketiga, biar aku saja yang mengupas bawang putih! Aku paling jago melakukannya!"     

"Adikku, kamu harus duduk dengan baik! Dingin tidak? Apakah perlu aku ambilkan selimut untukmu?"     

"Huhuhu... Kakak Kedua, biar aku saja yang membuat sup. Aku mohon padamu!"     

"Xiao Tutu yang pintar, nanti kamu yang akan menutup pancinya, oke?"     

"Huhuhuhu… Kakak tertua... Aku akan menggoreng satu bakso! Sebentar saja!"     

"Tutu, menurutlah."     

"..."     

Tatapan Xiang Yi berkeliaran, tapi dia tidak bisa mengerjakan apapun, jadi dia merasa sedih di samping Shi Sui.     

Shi Sui sedikit tersenyum. "Putri yang mulia, bisakah Anda membantuku?"     

"Iya?" Mata rusa gadis itu berbinar. "Katakan, katakan! Aku bisa melakukan apapun!"     

Shi Sui menunjuk ke tombol kompor dan berkata dengan nada lembut, "Maaf merepotkanm. Bisakah kamu membantuku menyalahkannya?"     

Xiang Yi berlari dan menekan tombolnya.     

"Terima kasih, putri yang mulia. Maaf merepotkanmu," kata Shi Sui lagi.     

Gadis itu memalingkan wajahnya yang kecil. Alis dan matanya melengkung membentuk bulan sabit.     

Muncul tanda tanya pada Xiang Feng yang baru saja lewat. "Apa-apaan itu… Putri yang mulia? Apakah kalian sedang bermain peran? Sudah umur berapa, masih saja memainkan permainan yang sangat kekanak-kanakkan."     

Komentar di ruang siaran langsung:     

[Tolong, bantu Shi Sui dan Adik Yi!!!]     

[Terlalu manis, terlalu manis? Shi Sui benar-benar pandai! Ini adalah cara yang tepat untuk membujuk istri!]     

[Senyuman Adik Yi sangat indah, dan perkataan Presiden Xiang sangat canggung!]     

...     

Di ruang sutradara, Li Jianyu akhirnya berhenti menulis dan menggambar. Dia bersandar ke dinding dengan senyum lebar di sudut mulutnya.     

"Ada inspirasi?" tanya Ruan Qing.     

"Benar." Li Jianyu tersenyum. "Adik Yi adalah inspirasiku. Aku akan membuat acara ragam antara keluarga selanjutnya! Apakah kita bisa melakukannya bersama?"     

Ruan Qing terkekeh. "Apa belum cukup aku menekanmu?"     

Li Jianyu terbatuk, kaku dan gugup. Dia menggosok tangannya dan berbisik seperti nyamuk, "Aku rela ditekan olehmu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.