Cowok Hamil

Ngidamnya aneh



Ngidamnya aneh

0Ibu Marta mengulas senyum, kemudian ia menoleh ke arah Rio yang sudah berdiri di sampingnya, dengan tampang yang dibuat seolah ia sedang gelisah.     

"Rio... kamu mau kan hidup mandiri, tinggal berdua sama Jamal?"     

"Sa-saya..." gugup Rio sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.     

"-rumahnya enggak terlalu besar kok. Cuma ada satu kamar, satu kamar mandi, satu ruang makan, satu ruang keluarga, sama ruang tamu." Jelas ibu Marta. "Mama pikir kalo kalian tinggal berdua, Jamal biar bisa cepet mandiri."     

"Em..." manik mata Rio melirik ke arah Jamal yang sedang menatapnya tajam. Tatapan mata yang seolah menyuruh Rio agar menolak permintaan ibu Marta.     

Walaupun sebenarnya Rio juga keberatan tinggal berdua sama Jamal, tapi ucapan ibu Marta__yang menyuruh Jamal suapaya mau menuruti semua permintaan ngidamnya, membuat ia merasa tertarik untuk tinggal berdua dengan Jamal, meski dengan keterpaksaan. "Kalo menurut mama itu yang terbaik.... aku mau." Putus Rio yang membuat bola mata Jamal seperti akan loncat dari tempatnya.     

Mendengar keputusan dari Rio, dada Jamal bergerak naik turun. Jemarinya mengepal, dan napasnya terdengar memburu. Dari raut wajahnya terlihat jelas kalau Jamal sangat marah sama keputusan Rio.     

Berbeda dengan Jamal, ibu Marta justru malah terlihat sangat bahagia dengan keputusan Rio yang bersedia tinggal satu rumah dan hanya berdua bersama Jamal.     

"Ah syukurlah..." ibu Merta mengulas senyum. Kedua telapak tangannya membingkai wajah Rio yang masih berpura-pura gelisah. "Kamu emang anak yang mandiri Rio. Jamal butuh banyak belajar dari kamu."     

"Aku ama Jamal kan udah nikah mah. Jadi emang seharusnya kan kita tinggal bareng. Biar mandiri sama nggak ngandelin orang tua..."     

"Eh, lu gila ya?!" serga Jamal. "Bukannya lu pernah bilang kalo lu nggak sudih nikah ama gue? trus kenapa lu jadi ngebet pingin tinggal bareng ama gue? gue curiga kayaknya lu emang pingin banget deket ama gue." Ketus Jamal.     

"Gue emang enggak sudi nikah ama lu!" Pungkas Rio. "Gue juga lebih nggak sudi tinggal bareng sama lu. Tapi anak dalem perut gue butuh bapak! Lu bapaknya!"     

"Halah... jangan-jangan itu anak iblis kali. Mana ada cowok hamil!" cibir Jamal sambil melemparkan pandangannya kemana saja.     

"Iya ini emang anak iblis... lu iblisnya!" Tandas Rio yang membuat Jamal menjadi semakin tersulut emosinya.     

"Lu...." ucap Jamal sambil menunjuk Rio menggunakan telunjuknya.     

"Eeh... sudah-sudah!" Ibu Marta mencoba menengahi pertengkaran yang tengah terjadi antara anak dan menantunya. Ia juga mendorong mundur tubuh Jamal yang akan mendekati Rio. Ibu Marta khawatir Jamal akan berbuat nekat kepada Rio.     

"-kalian kan, baru aja nikah! Kenapa malah berantem sih? Harusnya kan lagi romantis-roantisnya." lanjut ibu Marta.     

"Najis, gue romantisan ama dia!" Ucap Jamal sambil melipat kedua tangannya di perut. Sorot matanya menatap sinis ke arah Rio.     

Kata-kata Jamal membuat Rio memutar bola matanya, jengah. Tapi kali ini ia tidak mau terpancing emosinya. Dari pada meladeni Jamal mending ia merealisasikan keinginannya untuk memberi pelajaran sama Jamal dengan berpura-pura ngidam.     

"Kamu keterlaluan Jems..." ucap Letta. "Kamu nggak kasihan apa, sama Rio? dia kan lagi hamil anak kamu."     

Jamal hanya mendesis, sebal menanggapi nasehat dari Letta.     

Sedangkan ibu Hartati hanya mengusap-usap lengan Rio, berusaha memberikan ketenangan kepada anaknya.     

"Jangan ladenin dia Ri, kamu yang sabar ya..." ucap ibu Marta lembut.     

"Nggak kok, mah kalo aku ladenin dia, berarti sama aja dong aku kayak dia..." Rio meletakkan telapak tangannya, mengusapnya pelan sambil membasahi bibir bawah menggunakan lidahnya. Ia kembali memasang raut wajah gelisah untuk menyempurnakan aktingnya.     

"Kamu kenapa Ri?" tanya ibu Hartati yang peka dengan gelagat anaknya.     

"Em, enggak kok buk, cuma mendadak kepingin__"     

"Kepingin apa?" sambar ibu Marta penuh antusias. "Cepet ngomong nggak apa-apa."     

Manik mata Rio sekilas melirik ke arah Jamal, sambil menggaruk keningnya yang tidak gatal. "Em... engak usah deh mah, enggak enak mau ngomongnya."     

"Jangan gitu... kasian bayi kamu Ri. Udah ngomong aja kamu pingin apa?" bujuk ibu Marta. "Biar Jamal yang ngusahain. Kamu maunya apa?"     

Mendegar Jamal melebarkan matanya, menatap kesal ke arah Rio.     

"Tapi mah, aku nggak enak. Soalnya kok aku kepinginnya aneh. Udah nggak apa-apa, biar aku tahan aja." Ucap Rio, ia berusaha memancing ibu mertuanya suapaya memaksanya untuk mengatakan apa keinginan ngidamnya.     

Semantara Jamal hanya mengerutkan keningnya. Menatap curiga ke arah Rio.     

"Namanya juga orang ngidam Ri, pasti mintanya aneh-aneh. Mama dulu juga gitu kok." ujar ibu Marta berusaha membujuk Rio.     

Yes!! Girang Rio di dalam hati. Akhirnya pancingan nya berhasil.     

"Iya Ri, omongin aja. Kasihan bayi kamu." Dukung Letta.     

Ibu Hartati hanya megusap-usap lengan Rio saja. Ia tidak berani berkata apapun. Ia masih merasa sungkan sama remaja yang baru saja resmi menjadi menantunya.     

Rio membuang napas gusar, manik matanya sekilas melirik ke arah Jamal yang masih menatapnya penuh curiga. Hal itu membuat Rio semakin bersemangat mengutarakan ngidamnya yang cuma sekedar pura-pura saja.     

"Aku... aku pingin liat Jamal nungging, trus nenandang pantat dia..." ucap Rio ragu-ragu.     

"Apa-apaan ini?!" Protes Jamal saat mendengar Rio mengutarakan ngidamnya. "Lu jangan main-main ya. Gue yakin lu cuma pura-pura!"     

"Tuh, kan mah. Pasti Jamal nggak percaya. Yaudah deh, nggak usah aja. Aku tahan aja nggaj apa-apa." Rio kembali memancing ibu Marta. Ia berharap akan mendapatkan dukungan dari ibu mertuanya.     

"Ha... ha... ha..." ibu Marta terpingkal, ia tidak mampu menahan geli mendengar permintaan Rio.     

Ibu Hartati dan Letta hanya tersenyum, sambil menutup mulutnya masing-masing.     

"Namanya juga ngidam Ri, pasti mintanya aneh-aneh. Paling anak kamu ada yang laki-laki. Pingin main bola terus nendang bapaknya..." ujar ibu Marta setelah ia mengehntikan tawanya.     

Ibu Marta berjalan ke arah Jamal, ia menarik lengan Jamal, membawanya supaya mendekati Rio. "Jamal kamu harus mau." Ucapnya memaksa Jamal.     

"Enggak!" Tolak Jamal sambil mengibaskan tengan ibu Marta yang sedang mencekal lengannya. "Mama ini apa-apaan? Itu bukan ngidam!" Tegas Jamal.     

"Jamal, kamu nggak boleh gitu!" Ucap Ibu Marta sambil menarik kembali lengan Jamal, menyeretnya suapaya mendekat ke arah Rio. "Kasian bayi kamu, jadi bapak itu harus tanggung jawab. Lagian badan kamu gede, masak cuma ditendang pantatnya takut. Kamu nggak lupa kan sama konsekuensi nya kalo kamu nolak?"     

Jamal membuang napas kasar, ancaman ibunya membuat ia terpaksa harus berjalan ke arah Rio, sambil mengibaskan tangan ibu Marta yang masih mencekal lengannya. "Lepas, mah. Bisa jalan sendiri."     

Sorot mata Jamal menatap Rio, saat ia sudah berdiri tepat di hadapan Rio. Mulutnya memicing, rahang tegasnya mengeras. Amarah besar tergambar jelas di wajahnya. Secara perlahan Jamal mendekatkan wajahnya ke telinga Rio, lalu membisikan sesuatu di sana. "Oke gue ladenin permainan elu. Siap-siap aja ntar lu tinggal bareng ama gue."     

"Jamal..."     

Jamal menjauhkan wajahnya ke arah Rio setelah ibu Marta memanggilanya. Ia memutar tubuhnya sambil menatap sinis ke arah Rio. Kemudian Jamal mulai membungkuk ragu, setelah ia memunggungi Rio.     

"Ayo... Rio, buruan tendang Jamal." Perintah ibu Marta setalah Jamal berjongkok di hadapan Rio.     

Menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya Rio hembuskan secara perlahan. Ia mulai mengerahkan seluruh tenaganya, mengambil ancang-ancang untuk mulai menendang Jamal.     

Beberapa saat kemudian.     

Buugh.....!!     

Rio mulai menendang Jamal dengan sangat kuat hingga membuat Jamal jatuh tersungkur.     

Brugh.....!!     

"Ha... ha... ha...!" Ibu Marta terpingkal melihat anaknya sudah tersungkur di lantai.     

"Mampus!!" Ucap Rio di dalam hati, penuh kepuasan. "Selanjutnya, akan lebih dari ini." Rio mendesis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.