Cowok Hamil

Tawuran



Tawuran

0"Aaaaaak...!" Jerit Rio kembali sambil memegangi perutnya. Mulutnya meringis, wajahnya berkerut menahan sakit akibat benturan keras pada pantatnya dangan tanah, yang langsung berkontraksi dengan rahimnya. "Aaau...!!"     

Deg!!     

Jantung Jamal berdetak kuat, saat melihat wajah Rio yang terlihat sedang menahan sakit. Bola matanya melebar saat ia tersadar jika sakit yang dirasakan oleh Rio berasal dari perutnya.     

Detik itu juga, wajah Jamal berubah menjadi tegang dan cemas. Kemungkinan-kemungkinan buruk tentang bayinya langsung hinggap di otaknya.     

Dengan pergelanagan yang mulai gemetar, dan napas yang memburu, pandangan Jamal kini beralih pada sosok preman yang baru saja mendorong Rio hingga terjatuh. Rahang tegasnya mengeras, bola matanya menatap tajam preman tersebut dengan sorot mata yang membunuh.     

Dengan amarah yang sudah tidak mampu terkontrol, remaja Jamal berjalan mendekati preman tersebut dengan jemarinya yang mengepal kuat. Rahang tegasnya yang mengeras, membuat selaput pembuluh darah di pelipis terlihat jelas, dan membuat wajahnya panas memerah. Aura murka tergambar jelas di wajah Jamal.     

"WOOOOY.....!!! ANJEEEENG LO.....!!"     

Sepertinya preman itu sudah berani membangunkan macan yang sedang tidur. Seperti orang kesetanan, Jamal seperti mendapat kekuatan dari kekhawatirannya pada bayi dalam kandungan Rio. Tanpa berpikir panjang, Jamal meraih kerah jaket preman tersebut, menariknya kuat hingga membuat preman berbadan tipis itu membungkuk. Setelahnya-     

Buugh!!     

-menggunakan lututnya Jamal menghantam perut preman tersebut. Tenaga yang begitu kuat hingga membuat tubuh perman itu sedikit terpental.     

"WOY... WOY...!!"     

Suasana sontak berubah menegangkan, sangat memanas saat siswa-siswa dari SMA nasional, berteriak sambil lari berhamburan mendekati Jamal yang sedang membabi buta kepada preman tersebut.     

"WOY...!!"     

"WOY...!!"     

"WOY... WOY... WOY...!"     

Suasana semakin sangat mencekam, saat beberapa siswa dari SMA global, dengan brutal, lari berhamburan mendekati Jamal yang sudah ditarik oleh siswa SMA nasional dan beberapa preman, berusah menjauhkannya dari preman yang sedang dihajar oleh Jamal.     

Mereka siswa dari dua sekolah berbeda ingin membantu, atau menyelamatkan teman masing-masing.     

"Anjing lu, ya..." umpat preman tersebut begitu Jamal tengah dikunci oleh siswa SMA nasional dan beberapa preman. Dengan begitu preman tersebut bisa dengan leluasa membalas pukulan dari Jamal.     

Bugh! Bugh!     

Pereman itu memberi pukulan kuat pada bagian perut dan wajah Jamal.     

"Lepas anjeng...!" Jamal berteriak sambil meronta berusaha membebaskan diri.     

Bersamaan dengan itu, para murid SMA global sudah menarik murid SMA nasional, hingga berhasil membuat Jamal terbebas.     

Baku hantam antar siswa langsung terjadi, begitu Jamal kembali menerjang preman tersebut. Para siswa dua SMA ternama tersebut, solah menemukan lawannya masing-masing.     

Aksi saling pukul, saling tendang mereka lakukan tanpa tau tujuannya apa. Yang ada di pikiran mereka hanya ingin saling membantu teman. Jiwa muda yang sudah tidak bisa terkontrol, membuatnya membabi buta, ingin menjatuhkan lawan mereka masing-masing.     

Pekarangan warga sekitar berubah menjadi medan perang. Semua tidak ada yang mampu dan berani mengendalikan amarah mereka. Beberapa warga yang melihat lebih memilih menghindar, daripada ikut campur yang mungkin malah akan membayangkan.     

Terlihat Jamal. Kekhawatirannya akan keselamatan bayi dalam kandungan Rio, membuat dirinya menjadi semakin brutal. Ketakutan itu juga seolah sudah memberi kekuatan kepada Jamal, hingga ia berhasil menjatuhkan lawannya hingga terkapar, terlentang di tanah, setelah Jamal memberi pukulan yang bertubi-tubi pada perut preman tersebut. Jamal sengaja melakukan itu sebagai balasan lantaran sudah membuat perut Rio menjadi sakit. Lebih tepatnya itu yang ada di kepala Jamal saat menghajar prman tersebut. Bukan untuk membalas pukulan yang ia terima barusan.     

Tidak puas hanya melihat preman itu terkapar, kemudian Jamal menjatuhkan pantatnya, duduk di atas dada preman tersebut. Ia sudah tidak perduli lagi dengan kondisinya yang acak-acakan.     

Yah perlawanan Preman itu juga membuat keadaan Jamal berantakan. Seragam putihnya terliha kotor, dan kusut, kancing seragam yang dikenakan Jamal juga ikut terlepas. Tidak hanya itu, beberapa luka lebam dan memar akibat pukulan, menghias di wajah tampannya. Sekujur tubuh dan wajah remaja itu sudah bersimbah keringat yang terus mengucur.     

Bugh...!! Bugh...!!     

Jamal memberikan tonjokan pada wajah preman tersebut. "Anjeng... lu... bangsaat...!" Murka Jamal sambil terus membabi buta pukulannya di wajah lawannya.     

Emosi sudah benar-benar menguasai diri Jamal, hingga ia tidak mampu mengendelaikan dirinya sendiri. Bayangan buruk yang kemungkinan akan menimpah bayi yang masih di dalam perut Rio, membuat Jamal tidak memperdulikan wajah preman yang sudah babak belur.     

Darah segar yang keluar memenuhi mulut preman itu, tidak lantas membuat Jamal iba. Yang ada, remaja itu malah semakin bersemangat menambah luka di sana. Bahkan kelopak mata preman yang membengkak, ia tambah lagi dengan pukulan yang semakin kuat.     

"Ugkh... ughk..." preman itu terbatuk, sambil mengusap darah segar sudah mengalir di ujung bibir dan lobang hidungnya.     

Mengabaikan lawan yang sudah lemah tak berdaya, menggunakan kedua telapak tangannya Jamal meraih leher preman itu, lalu mencekiknya kuat, hingga kepalanya mendongak. "MATI... LU ANJEEEEEENG....!!" Teriak Jamal sambil memperkuat cekikanya.     

"Ri... lu nggak apa-apa kan?"     

Suara Heru yang terdengar sampai di telinga Jamal, membuatnya tersadar. Ia memutar kepala, melihat ke tempat berbeda, lalu mendapati Rio yang baru saja di baringkan di teras rumah warga, oleh Heru dan juga Samsul.     

"Aduh... perut gue."     

Rintihan dan wajah kesakitan Rio, membuat Jamal secara perlahan mengurai cekikannya. Kemudian ia buru-buru beranjak dari tubuh preman itu, lalu jalan tergesah mendekati Rio--meninggalkan preman yang tengah terbatuk setelah cekikkannya terlepas.     

Secara tidak langsung, Rio membuat preman tersebut selamat dari maut. Hampir saja Jamal akan membuat orang meregang nyawa.     

"Minggir lo..." Jamal menarik pundak Heru yang tengah duduk di samping Rio, Tarikan dengan tenaga kuat, hingga membuat Heru jatuh terjenkang.     

Jamal menatap tajam kepada Hero, "Tolol, kenapa masih disini!" Murka Jamal kepada Heru.     

Heru menelan ludah. "Ini mau kita bawa ke UKS Jems, tapi Rio masih kesakitan," ia membela dirinya.     

"Halah, goblok kalian semua!" Setelah memaki Jamal membungkuk mendekati Heru yang masih tersungkur. "Sini kunci mobil lo." Tanpa permisi, remaja Jamal merogoh kantung seragam Heru, mengambil kontak mobil dari dalam sana.     

"Mau diapain kunci mobil gue?" tanya Heru gugup.     

"Banyak bacot," segah Jamal. "Bawa ke rumah sakit tolol."     

Setelah berhasil mengambil dengan paksa kunci mobil, Jamal berjalan mendekati Rio. Tanpa berpikir panjang, remaja Jamal meraih tengkuk dan paha Rio, lalu mengangkatnya. Dalam hitungan detik, tubuh Rio kini sudah berada dalam bopongan Jamal.     

Dengan wajah panik dan perasaan khawatir, Jamal jalan tergesah membawa Rio menjauh, meninggalkan teman-temannya yang masih berbaku-hantam.     

"Mobil gue diparkiran blok A1." beritahu Heru menatap punggung Jamal.     

Kepanikan Jamal membuat ia hanya mendengar kalimat Heru. Ia tidak perduli pada Heru dan juga Samsul yang sedang bingung menyaksikan kekhawatiran atas Rio-remaja yang tidak pernah terlihat akur.     

Dan tanpa ia sadari, ternyata tidak hanya Heru dan Samsul saja yang merasa heran dengan sikap Jamal yang begitu mengkhawatirkan Rio. Tegar, ditengah ia sedang membantu preman tersebut berdiri, secara tidak sengaja ia juga melihat tingkah Jamal yang terlalu berlebihan, hingga harus membopong Rio, membawanya pergi dari tempat itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.