Cowok Hamil

Kejutan untuk Jamal



Kejutan untuk Jamal

0Setelah menutup pintu kamar milik Cakra dan Anum, Rio menghela napas legah. Akhirnya remaja yang kini sudah memakai setelan piyama berwarna merah marun itu, bisa membuat anak- anaknya, tertidur pulas.     

Yah, malam ini Rio sengaja tidur dulu di kamar anak-anaknya, lantaran ia ingin memberikan sebuah kejutan kepada Jamal. Rio tidak ingin pada saat memberikan kejutan itu, tiba-tiba terganggu oleh Anum atau mungkin Cakra, yang merengek ingin tidur di dalam kamarnya. Oleh sebab itu, dengan sangat sabar Rio membujuk anaknya supaya cepat tertidur pulas. Kemudian, setelah yakin kedua anaknya benar- benar sudah lelap, remaja itu baru bisa keluar dari dalam kamar milik Cakra dan juga Anum.     

Lagi, Rio menghela napas sebelum akhirnya dengan wajah yang berseri, ia berjalan melenggang menuju kamarnya.     

Ngomong-ngomong selain alasan karena akan memberi kejutan kepada Jamal, ada alasan lain yang membuat wajah Rio nampak berseri- seri.     

Jadi, pertemuan tak terduga dengan dua sahabatnya beberapa hari yang lalu, membuat Rio seperti mendapatkan sebuah hikmah.     

Setelah ia memberitahu bahwa dirinya bisa hamil, Rio jauh lebih legah sekarang. Ternyata, memberitahu tentang dirinya yang sebenarnya, tidak membuat ia jadi merasa terbebani. Malah sebaliknya. Kini, Rio sudah tidak takut lagi dan sangat siap, jika orang- orang atau bahkan dunia, akan mengetahui kalau dirinya adalah cowok yang bisa hamil. Rio merasa jika hal itu terus ditutupi memungkiri keadaan yang ada, sama saja ia tidak menerima kenyataan, dan seperti hidup dengan sebuah kebohongan.     

Lagipula, tidak ada yang buruk dengan cowok yang bisa hamil.     

Toh, ia jadi mempunyai anak-anak yang lucu, dan sangat menggemaskan. Bahkan, Rio akan merasa sangat berdosa pada anak- anaknya, jika ia terus menutupi dari dunia, kalau mereka terlahir dari dalam perutnya. Dan yang paling membuat ia merasa sangat bersyukur, juga beruntung, itu karena Jamal adalah ayah dari anak- anak yang ia kandung.     

Meski awalnya Jamal adalah cowok yang paling ia benci, tapi seiring berjalannya waktu, sekarang Jamal menjadi satu-satunya cowok yang paling ia cintai di dunia. Selamanya.     

Langkah kaki Rio membawanya sampai di depan pintu kamar yang ia tuju. Meraih handle pintu, kemudian ia memutar sambil mendorong, hingga pintu tersebut setengah terbuka. Ia mengulas senyum, melihat Jamal sudah meringkuk memunggungi dirinya sambil memeluk erat gulingnya.     

Setelah menutup sambil mengunci pintu, Rio menekan sakelar lampu yang menempel di dinding kamar membuat suasana menjadi remang-remang, hanya ada cahaya dari dua lampu tidur di atas meja, yang berada di sisi kanan dan kiri kepala ranjang.     

Rio melanjutkan langkah nya ke arah ranjang. Di tengah perjalanan, ia mengulas senyum saat melewati ranjang bayi dimana ia melihat Nathan dan Ethan sedang terlelap di sana. Lantaran tidak ingin kedua bayi kembarnya terbangun, Rio hanya memandangnya sebentar, sebelum akhirnya ia kembali berjalan.     

Sebelum membaringkan tubuhnya, Rio mengambil parfum yang tergeletak di atas meja kecil di bawah lampu tidur. Membuka tutup botol parfum tersebut, kemudian ia semprotkan parfum itu di bagian dada, leher kanan, dan juga leher kirinya tempat favorit dimana Jamal selalu mendaratkan kecupan- kecupannya di sana. Meletakan kembali parfum itu, kemudian ia mengulas senyum, melihat sang suami yang masih meringkuk, seperti tidak menyadari kehadirannya.     

"Mal, lu udah tidur?" Tanya Rio sambil membaringkan tubuhnya di atas ranjang, lantas merapat di samping Jamal.     

"Belum," sahut Jamal. Ia beringsut, membentangkan jarak dari tubuh Rio tidak ingin terlau dekat dengannya.     

Bukan apa-apa, Jamal cuma tidak mau kepalanya sakit, disebabkan oleh syahwat yang harus terputus di tengah permainan, karena tidak bisa tertuntaskan. Dari sekian banyak rasa, 'nanggung' adalah rasa yang paling tidak disukai oleh Jamal.     

Beberapa hari ini, Jamal sedang uring- uringan. Sudah hampir dua minggu kebutuhan biologis nya tidak bisa terpenuhi, karena Rio masih belum juga melakukan KB.     

Rio membuang napas lembut. Ia beringsut, memangkas Jarak hinga kembali merapat di tubuh kekar Jamal. Telapak tanganya menyelusup di bawah lengan sang suami, lalu berhenti di dada bidangnya mendekapnya erat, merasakan hangat tubuh keras itu.     

"Ngapain si?" Hardik Jamal, lalu ia memejamkan mata, sambil mengendus membau aroma parfum dari tubuh Rio.     

Pelukan hangat dan aroma wangi menjadi kombinasi sempurna yang sukses membuat aliran darahnya berdesir hebat menggugah gairah syahwatnya. Di bawah sana, miliknya yang masih berada di dalam celana, otomatis menggeliat, membuat celana dalam terasa sempit pada saat benda lonjong itu sudah menegang sempurna.     

Bulu-bulu lembut di sekitar pangkal selangkangan, menempel pada batang mister P nya ikut tertarik, dan membuatnya sedikit perih.     

Jamal meringis, telapak tangannya merogoh masuk ke dalam celana, membenarkan posisi penisnya, dan bulu-bulu lembut yang ikut tertarik. Ia kembali mengeluarkan telapak tangannya dari dalam celana, setelah rasa perih itu sudah tidak lagi ada.     

"Ngantuk gue." Tentu saja Jamal berbohong. Dalam keadaan seperti itu, wajahnya kembali segar. Tapi mau bagaimana lagi? Cowok itu cuma tidak ingin merasakan nikmat yang tanggung.     

Mengabaikan telapak tangan Rio yang sudah menyelusup masuk ke dalam piyamanya, Jamal memejamkan mata berusaha sekuat tenaga supaya bisa menahan dari rangsangan jemari Rio yang sedang memilin-milin puting dadanya. Walaupun sebenarnya, di bawah sana miliknya seperti sedang berteriak.     

"Maal..." panggil Rio kemudian. Remaja itu heran lantaran tidak ada respons apa pun dari Jamal. Tidak seperti biasanya.     

"Hem." Sahut Jamal tanpa menoleh. Ia masih bertahan dengan posisinya tidur miring memunggungi si pemanggil, tanpa ingin menoleh ke arahnya. "Apa?" Tanya nya.     

Rio menenggelamkan wajahnya di tengkuk Jamal, membau aroma maskulin dari tubuh gagah itu. "Gu-gue... udah KB."     

Mendengar itu, tentu saja senyum Jamal menyeringai. Tidak menunggu waktu lama, ekspresi wajahnya langsung berubah menjadi segar.     

"...sebenarnya udah tiga hari, tapi kata dokter Mirna kan harus nunggu dua hari dulu baru boleh berhubungan. Makanya gue ngasih tau lu sekarang." Lanjut Rio menjelaskan.     

Jamal menghela napas. Rasanya sangat legah sekali. Akhirnya penantian yang hampir dua minggu lebih, akan terlampiaskan malam ini.     

Tapi, tunggu dulu. Sepertinya Jamal tidak ingin buru-buru dengan langsung memutar tubuhnya. Tiba-tiba ia teringat bagaimana setiap malam harus tersiksa disebabkan oleh menahan syahwat yang menggebu-gebu. Lalu, merasa jika Rio sepertinya sedang dalam mode tegang, atau konak, membuat Jamal ingin berbuat iseng.     

Ide jail ingin menggoda Rio, tiba-tiba saja muncul di kepalanya. Jamal ingin, supaya Rio juga merasakan seperti apa rasanya tersiksa yang disebabkan oleh lemah syahwat, namun tidak bisa terlampiaskan, dan harus terpenggal di tengah tegangan tinggi.     

Yah, Jamal ingin supaya Rio merasakan seperti itu.     

"Oh..." ucap Jamal. Ia mengubah ekspresi wajahnya menjadi cuek. Tepatnya, berpura-pura cuek.     

Kening Rio berkerut, menatap rambut bagian belakang milik suaminya. Tentu saja remaja itu merasa heran karena kejutan KB yang ia berikan hanya ditanggapi dengan sangat santai, bahkan tidak seperti tidak perduli. Sungguh diluar ekspektasinya.     

"Kok, cuman oh..." protes Rio. Remaja itu semakin mengeratkan pelukannya, memberikan rangsangan buatan supaya gairah sang suami bisa tergugah. Karena kalau boleh jujur, ia juga sudah sangat rindu oleh sentuhan penuh gairah dari Jamal.     

Tubuh kokoh dan hangat yang sedang ia peluk erat ini, juga sukses membuat dirinya menjadi lemah syahwat. Miliknya yang masih berada di dalam celana, juga sudah menegang keras pada saat ia memulai pelukannya tadi. Entahlah, pesona tubuh gagah Jamal membuat tubuhnya, kadang lemah.     

"...emang lu nggak seneng, gue udah KB?" Lanjut Rio sambil mencium ceruk leher milik sang suami. Manik matanya menilik wajah Jamal yang ternyata sedang terpejam, meski belum tertidur. "Lu nggak pengen apa? Biasanya lu seneng kalau gue uda KB."     

"Ya seneng, tapi gue ngantuk." Jamal mengeratkan pelukkannya pada guling. Matanya semakin rapat terpejam, sedangkan wajah ia pasang se cuek mungkin. "Gue mau tidur..."     

"Jadi lu enggak mau?" Telapak tangan Rio berjalan meraba, dari dada bidang Jamal, perlahan turun ke perut, namun terpaksa harus berhenti di bawa puser, karena tertahan telapak tangan Jamal yang mencekal nya.     

"Mau ngapain?" ucap Jamal sambil menyingkirkan tangan Rio ke balik tubuhnya. Maksudnya jangan sampai Rio tahu kalau miliknya ternyata sudah menegang keras. "Kapan-kapan aja, udah lu tidur sana, kan capek seharian ngurus anak-anak."     

Kalau boleh jujur sebenarnya hati Jamal sedikit ketar- ketir. Cowok itu takut kalau akting cueknya ini akan membuat Rio menjadi marah. Ia sangat berharap, kalau Rio akan terus membujuk dirinya.     

Dan apa yang Jamal harapkan, ternyata sisa-sisa. Yang terjadi malah ketakutannya menjadi nyata, karena setelahnya, suara dengkusan keras keluar dari mulut Rio.     

Wajar kalau Rio merasa kecewa dengan sikap Jamal. Selain itu, ia juga merasa malu dengan dirinya sendiri. Bagaimana tidak? Ia sudah begitu yakin dan percaya diri kalau kejutan nya soal KB akan membuat Jamal merasa bahagia. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Jamal terlihat sangat cuek dan bahkan seperti tidak perduli. Rasa kecewa, kesal dan bercampur malu pada diri sendiri, membuat Rio akhirnya memutuskan.     

"Yaudah kalau lu nggak mau, gue tidur di kamar anak-anak."     

Mendengar itu sontak membuat Jamal membuka mata. Ia memutar kepalanya kebelakang memastikan apakah Rio benar- benar pergi ke kamar anak-anaknya. Benar saja, wajahnya berubah menjadi panik begitu melihat Rio turun dari ranjang, lalu berjalan ke arah pintu kamar. Tanpa berpikir panjang, remaja itu beranjak dari tidurnya meloncat turun, kemudian berjalan tergesa mengejar Rio yang sudah sampai di ambang pintu.     

"Eh, lu mau kemana?" Jamal meraih pergelangan Rio yang hampir memegang handle pintu kamar, lalu memutar tubuh hingga berhadapan dengn dirinya.     

Rio mengibaskan telapak tangan Jamal, hingga cekalannya terlepas. "Kalau lu ngantuk, tidur sana. Gue mau tidur sama anak- anak." Ketus Rio. Ia kembali memutar tubuh, namun tertahan oleh tangan Jamal yang dengan sigap memegang pundaknya.     

"Kok tidur sama anak-anak si, trus gue gimana?" Ucap Jamal selembut mungkin.     

Rio mendengkus, menatap wajah Jamal yang sedang tersenyum manis padanya.     

"Bukan urusan gue, lu kan mau tidur."     

"Kok gitu? Tadi katanya lu udah KB."     

Jamal menaik turunkan kedua alisnya, bermaksud menggoda, namun malah membuat yang digoda memutar bola matanya jengah.     

"Masa bodo..."     

"Sorry, gue cuma becanda kok. Jangan ngambek dong. Tadi gue cuma pura-pura doang, mana mungkin sih gue bisa tidur kalau lu bilang udah KB." Kedua pergelangannya melingkar di pinggang Rio, menarik kuat tubuhnya, membuat jarak antara keduanya, menghilang. Kepalanya merunduk, menyatukan keningnya dengan kening Rio. "Gue kangen, udah lama banget gue nggak dapet jatah. Kalau nggak salah, hampir dua tahun ya?"     

"Bego," sahut Rio. "Baru dua minggu."     

Jamal tersenyum nyengir. "Iya, tapi bagi gue berasa dua tahun tau. Lama banget." Kemudian-- cup. Kecupan singkat mendarat di sudut bibir Rio.     

"Ngaco..." Untung saja, keadaan hati Rio saat ini sedang dalam keadaan baik. Bujukan dan ciuman bibir Jamal, sukeses membuat bibirnya mengulas senyum. Selain itu Rio juga sudah kangen dengan serangan-serangan penuh gairah sosok Jamal.     

"Makanya nggak usah belagu." Rio mencibir.     

Jamal tersenyum nyengir hingga mempertontonkan deretan giginya yang putih terawat. "Nggak lagi-lagi." Setelah mengatakan itu ia menguatkan pelukannya di pinggang Rio, lalu mengerahkan tenaganya untuk mengangkat tubuh cowok yang telah mengandung anak-anaknya.     

Dalam hitungan detik, tubuh Rio kini sudah berada di dalam gendongan Jamal, dengan posisi saling berhadapan. Setelahnya, Jamal memutar tubu, lalu berjalan ke arah ranjang sambil menggendong tubuh Rio, dengan tatapan mata yang enggan berpaling dari wajah itu.     

Begitu juga dengan Rio, tatapan matanya lurus menatap wajah sang suami tanpa berkedip. Kedua kakinya ia gunakan untuk mengunci pinggang Jamal, supaya tubuhnya tidak merosot turun dari gendongan, sedangkan kedua tangannya mengalung di leher Jamal-->     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.