Cowok Hamil

Khawatir



Khawatir

0Jamal bersama sepuluh anggota ganknya sedang berada di seberang jalan SMA global. Tepatnya di pekarangan warga sekitar yang lokasinya cukup luas. Tempat itu memang kadang sering digunakan oleh siswa-siswa SMA global yang ingin merokok supaya tidak ketahuan guru. Ada juga yang hanya sekedar nongkrong tidak jelas, atau bahkan bolos dari jam pelajaran.     

Namun kali ini ada yang sedikit berbeda. Di tempat itu tidak hanya murid-murid dari SMA global saja yang sedang berkumpul. Ada sekitar belasan siswa dari SMA nasional, dan beberapa pria berpenampilan seperti preman juga ikut berkumpul di sana.     

Terlihat beberapa warga yang kebetulan melintasi tempat tersebut, menatap takut ke arah sekumpulan para siswa dan beberapa pria yang berpenampilan preman. Aura tegang dan hawa-hawa mencekam terasa sangat menyengat, tercium oleh firasat para warga yang baru saja lewat di tempat itu.     

Tawuran, kata itu yang terlintas di otak beberapa warga yang melihat mereka.     

"Jadi elu yang namanya Jems?" Tanya seorang pria yang potongan rambutnya seperti preman, atau tepatnya pank rock jalanan.     

Di mata orang penampilan pria itu terlihat sangat menyeramkan. Memakai celana jeans robek di bagian kaki, dipadukan dengan jaket berbahan levis yang sengaja di buang bagian lengannya. Ada gelang rantai yang menggantung dari saku depan sampai saku belakangnya. Agar terlihat lebih menakutkan pria itu memakai riasan wajah seperti metal, garis mata dan bibir di beri warna hitam. Sangat menyeramkan di mata orang, tapi tidak di mata Jamal.     

"Ya, dia Jems..." jawab Tegar sambil menunjuk Jamal yang sudah berdiri di hadapannya.     

Kening Jamal berkerut, menatap ketus ke arah Tegar dan pria tersebut. "Lu, kenal gue? Trus ngapain kalian nyari-nyari gue? Mau minta tanda tangan?" Jamal memasang wajah songong, menatap Tegar dan preman tersebut secara bergantian. "Apa mau minta foto bareng?! heran... terkenal banget gue!"     

Mendengar itu Andika dan anggota gank lain--yang tengah berdiri dibelakang Jamal, tertawa singkat meremehkan Tegar dan yang lainnya.     

"Bangsat... songong juga ni anak..." umpat preman berbadan tipis tersebut. "Cuuh..." ia membuang ludah ke samping.     

Terlihat beberapa siswa dari SMA global mulai berdatangan, memadati pekarangan rumah milik warga sekitar. Mereka penasaran dengan apa sedang terjadi. Selain itu mereka--para siswa juga siap memberi bantuan kalau siswa dari SMA nasional melakukan penyerangan.     

Dari beberapa siswa yang datang, terlihat Rio sudah berdiri di barisan paling depan, ada Samsul dan Heru berada di sayap kiri dan kanannya.     

Meski Rio tengah hamil muda, tapi bagaiamanapun juga jiwanya adalah laki-laki. Ia tidak pernah takut dengan yang namanya perkelahian. Selain itu, jangan lupakan setatus Rio yang masih menjabat sebagai ketua OSIS. Rio tidak mungkin membiarkan murid-murid di sekolahnya terlibat dalam perkelahian.     

"Oh mae gat... anjer. Jems makin hari makin keren banget sih?" Komentar Samsul saat melihat penampilan Jamal. "Gemes deh, gue..." Samsul menggigit lima ujung jarinya. Menatap kagum ke arah Jamal yang sedang bersitegang dengan murid SMA nasional.     

Mendengar itu Rio hanya memutar bola matanya malas.     

Samsul tidak sedang berbohong. Dimatanya, bahkan mata para cewek, Jamal memang terlihat sangat keren. Ternyata ukuran seragam Rio yang lebih kecil melekat ketat di tubuh Jamal--membuatnya terlihat seksi di mata kaum hawa dan kaum Samsul. Bagian lengan yang sengaja digulung oleh Jamal membuat ototnya yang menonjol secara alami dapat terlihat dengan jelas. Kemudian dua kancing teratas yang dibiarkan terbuka menampilakn dada bidang Jamal yang tidak memakai kaus dalam atau singlet.     

Ngomong-ngomong tidak ada yang tahu kalau Jamal dan Rio saling bertukar seragam sekolah.     

"Udah jangan banyak bacot! Ada perlu apa kalian nyari gue?" Tegas Jamal dengan suara yang terdengar sangat lantang dan tegas.     

Terlihat kedua tangan Tegar meraih kerah seragam milik Jamal, menariknya kuat hingga membuat jarak wajah mereka menjadi sangat dekat. Lantaran tidak ingin di dengar banyak orang, Tegar berbicara dengan suara yang berbisik. "Denger ya, salah satu cewek yang pernah lu pake, itu cewek gue!"     

Alasan kenapa Tegar membayar preman, dan bertindak langsung adalah; karena remaja itu tidak sabar dengan cara kerja Kiki yang lelet. Sehingga ia ingin lebih dulu memberi pelajaran kepada Jamal, sambil mencari sendiri siapa orang yang paling di sayang oleh Jamal. "Gue nggak terima lu udah ambil keperawanan cewek gue_"     

Tegar mengantungkan kalimatnya lantaran Jamal melepaskan cekalan pada kerahnya, lalu mendorong remaja itu hingga membuatnya terhuyung mundur beberapa langkah.     

"Trus mau lo apa?! Jadi lu sengaja bawa badut ini buat nakut-nakutin gue?! Huh!" Ucap Jamal sambil menunjuk preman disebelah Jamal menggunakan telunjuknya. "Atau lu pingin gue kasih tau gimana rasanya-"     

Sebenaranya Jamal ingin mengatakan 'lu mau tau gimana rasanya perwan cewek lu' hanya saja Jamal menggantungkan kalimatnya, lantaran ia tidak ingin banyak orang yang tahu kelakukan bejatnya.     

Biar Rio dan keluarganya saja yang sudah terlanjur tahu.     

Terlihat Rio menghela napas. Melihat ketegangan yang terjadi antara Jamal dan salah satu siswa SMA global. Perasaannya mulai tidak enak. Aroma perkelahian semakin kuat tercium oleh firasatnya.     

Tidak ingin terjadi sesuatu yang lebih buruk, tanpa berpikir panjang Rio berjalan mendekati Jamal.     

"Ri, jangan ke sana." cegah Heru, sambil meraih pergelangan Rio, membuatnya terhenti menoleh ke arahnya. "itu bukan urusan lu, Ri. Mending kita balik aja ke kelas."     

"Iya Ri, gue nggak mau terjadi apa-apa sama lu," ucap Samsul. Wajahnya terlihat panik. "Udah kita serahin aja semua ama Jems, gue yakin dia bisa atasi semua. Kita balik ke kelas aja yuk." Ajak Samsul dengan raut wajah yang memohon.     

"Setuju Ri, percayakan semua sama Jems." Heru menimpali.     

"Nggak Bisa, gue nggak mau ada keributan. Kalau Jamal yang ngadepin, gue yakin malah jadi runyam. Tu anak kan bisanya pakai otot, nggak bisa pakai otak." Rio melepaskan cekalan Heru pada pergelangannya. "Udah Lu tenang aja, gue mau coba damaikan mereka." Lalu melanjutkan langkahnya kembali, melupakan kondisinya yang tengah hamil muda.     

"Ri," panggil Heru. Namun sayang, Rio mengabaikannya.     

"Ada apa ini?" ucap Rio. Remaja itu sudah berdiri di belakang Jamal.     

Suara seorang remaja dari balik tubuhnya membuat Jamal menoleh kebelakang. Bola mata Jamal refleks melebar saat melihat Rio sudah berdiri tepat di belakangnya.     

"Ngapain lu ke sini?" Ucap Jamal dengan nada suara yang tertahan. Ia tidak ingin semua orang mendengar.     

Mengabaikan kata-kata Jamal, Rio maju beberapa langkah mendekati pria yang berpenampilan preman. Hal itu tentu saja membuat Jamal menatapnya geram.     

"Bang, tolong jangan bikin keributan di sini," ucap Rio saat ia sudah berdiri tepat di hadapan preman tersebut. Gayanya terlihat sangat tenang. "Nggak enak sama warga. Tolong bubarin." Tidak ada sedikitpun rasa takut tergambar di wajah Rio.     

Berbeda dengan Rio. Rasa kesal, marah, cemas dan khawatir bercampur menjadi satu pada diri Jamal. Bagaimana tidak? Bisa-bisanya Rio mendekati susana yang benar-benar tegang dan bisa membahayakan. Apa ia tidak khawatir kalau sampai terjadi perkelahian? Apa Rio tidak memperdulikan kondisinya yang masih hamil muda? Apa Rio tidak memikirkan keselamatan bayi dalam kandungannya?     

Rasanya Jamal sangat ingin sekali menarik Rio, menjauh dari tempat itu, lalu memakinya. Tapi ia juga tidak ingin teman-temannya curiga kalau Jamal terlihat mengkhawatirkan Rio, atau lebih tepatnya bayi dalam perut Rio. Seorang Jamal juga tidak mau dikatakan pengecut karena harus lari dari suasana menegangkan.     

Oleh sebab itu Jamal hanya melangkah perlahan, mendekatkan dirinya dengan Rio, seraya berkata, "Minggir goblok..." titah Jamal suaranya pelan dan masih ia tahan.     

"Denger ya Mal, gue nggak mau kalau sampe ada keributan di sini? Lu juga nggak mau sekolah kita dicap buruk sama warga kan? Lu mikir pake otak...jangan pake otot!" Tegas Rio, membuat Jamal melebarkan mata, melotot tajam padanya.     

"Eh, mending lu aja deh yang minggir," celetuk Tegar mengalihkan perhatian Rio dan juga Jamal. "Gue nggak ada urusan sama elu." Manik mata Tegar menatap wajah Rio secara intens. Ia mengerutkan kening saat baru menyadari bahwa Rio adalah cowok yang pernah pulang bersama Jamal, satu motor. "Atau lu temen dia? Lu mau belain dia...?"     

"Bukan..." bantah Rio. Ia terpaksa berbohong, menghindari kecurigaan teman-temannya. "Dia bukan temen gue! Dia adek kelas gue. Gue emang nggak tau kalian punya masalah apa! Tapi gue ketua OSIS di sekolah gue, dan gue nggak mau ada keributan di sini! Sebagai ketua OSIS gue wajib ngingetin. Apalagi ini tempat masih pekarangan warga, gue nggak mau murid-murid, di sekolah gue dicap buruk."     

Sial! Jamal mengumpat dalam hati. Apa-apaan Rio ini? Berani-beraninya menganggap remeh Jamal di depan musuhnya. Apa Rio belum tahu Tegar dan bebrapa preman itu sama sekali tidak membuatnya takut. Kenapa Rio malah terkesan jadi sok pahlawan yang akan melindunginya.     

"Terserah! Gue nggak perduli. Gue nggak akan pergi kalo belum ngasih peritungan sama ini anak!" Tegas Tegar sambil menujuk ke arah Jamal.     

"Ternyata lu sama aja ya! Nggak ada otak... lu nggak mikir kalo nantinya juga bakal bikin nama sekolah lu jadi buruk?" Ucap Rio sambil menatap geram ke arah Tegar. "Kalian itu generasi perusak... nggak ada moral. Cuma bisa ngandelin otot! kalian sadar, nggak ada untungnya tawuran. Ngerti?!"     

Kicauan Rio sukses membuat seorang preman yang dikatan badut oleh Jamal, menjadi naik pitam. Sorot matanya tajam menatap ke arah Rio, terlihat jemarinya mengepal dan rahangnya mengeras.     

"HALAAAH... BANYAK BACOT LU BOCAH!!" Tidak mampu mengendalikan emosinya, dengan sekuat tenaga preman itu mendorong tubuh Rio hingga mundur beberapa langkah.     

Dorongan yang sangat kuat membuat Rio tidak mampu mengendalikan tubuhnya, hingga ia terhuyung, lalu berakhir jatuh.     

"Auh..." Ringis Rio saat bokongnya membentur ke tanah.     

Bola mata Jamal melebar, menatap perut yang sedang dipegangi Rio. Perut gendut yang sedang mengandung bayinya.     

"WOY APA-APAAN INI?" Ucap Beberapa siswa dari SMA global sambil lari berhamburan mendekati Rio.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.