Cowok Hamil

Ini cairan apa



Ini cairan apa

0Tidak terasa, sepertinya waktu berjalan sangat begitu cepat. Usia kehamilan Rio kini sudah memasuki bulan ke empat. Meskipun usia kandungannya masih terbilang muda, namun karena ada dua bayi di dalam perutnya, sehingga bentuk perut mulai terlihat gendut.     

Tidak hanya itu, banyak sekali perubahan yang dirasakan oleh Rio. Terutama pada bentuk tubuhnya. Remaja Rio kini merasa lebih gemuk, dan berat badannya semakin bertambah. Yang paling Rio rasakan adalah perubahan di bagian pinggang dan pantatnya. Rio merasa kalau ukuran pinggangnya terasa semakin melebar, dan pantatnya terlihat lebih besar.     

Tapi meskipun begitu, lantaran belum ada yang tahu kalau dirinya sedang hamil, sehingga Rio masih tetap santai menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Termasuk Sekolah. Rio masih merasa aman dan nyaman di Sekolah karena sepertinya tidak ada satupun teman-temannya, yang curiga dengan kehamilannya.     

Mungkin karena Rio seroang laki-laki, sehingga mereka, teman-teman sekolah tidak pernah berpikir sama sekali kalau ada dua bayi di dalam perut Rio. Jadi, sejauh ini Rio masih merasa aman.     

Mana ada cowok hamil! Mungkin itu kalimat yang keluar dari mulut teman-temannya jika ada yang mengetahui prihal kehamilan.     

Ternyata tidak hanya kehamilan Rio saja yang belum diketahui oleh teman-teman Sekolah. Setatus pernikahannya dengan Jamal, sejauh ini juga masih aman-aman saja. Tidak ada yang tahu kalau dua remaja yang selalu bertengkar saat di sekolah, ternyata mereka sudah menikah dan menjadi sepasang keluarga, bahakan tinggal satu atap.     

Terkadang ada Rio berpikir, ada untungnya juga ia dan Jamal tidak pernah terlihat akur. Jadi tidak ada satupun teman-teman yang berpikir tentang status mereka yang sebenarnya.     

Sebenarnya, beberapa teman terdekat sempat merasa heran dengan cincin kembar yang dipakai di jari Rio dan Jamal. Tapi karena Jamal dan Rio pandai berdalih; hanya kebetulan saja, sehingga mereka tidak lagi mempertanyakan soal cincin, yang sebenarnya adalah cincin kawin mereka. Pertengkaran Jamal dan Rio menjadi penyempurna tertutupnya hubungan itu.     

Namun meski tidak ada yang curiga, Jamal dan Rio harus tetap berhati-hati. Setelah pertanyaan soal cincin muncul, saat itu juga mereka tidak mau lagi memakai cincin kawin, supaya tidak ada lagi yang mencurigai mereka.     

Tapi sayang, tanpa Jamal dan Rio sadari, ternyata ada satu siswa yang selama ini diam-diam mengintai mereka.     

Atas desakan dari Tegar dan teman-temannya, selama ini Kiki masih saja terus mencari informasi tentang siapa orang yang paling disayang oleh Jamal. Siapapun itu? Entah pacar, adik atau sodara, yang penting orang itu benar-benar berarti dalam hidup Jamal.     

Meraka, Tegar dan yang lain sudah sangat tidak sabar ingin membuat Jamal menderita, dengan cara menyakiti orang yang sangat disayanginya     

Walaupun kadang Kiki sudah merasa lelah, lantaran tidak tahu siapa orang yang sangat berarti dalam hidup Jamal, tapi karena desakan dan ancaman Kiki masih saja terus mencari sampai orang itu benar-benar ia temukan.     

"Lu lelet amat jadi cewek! Masa nyari gitu aja nggak bisa!" Omel Tegar saat baru saja menghentikan mobilnya, di pinggir jalan dekat SMA Global.     

Kiki dan Tegar memang selalu pulang dan pergi bersama, lantaran jarak sekolah mereka yang berdekatan.     

"Gue bingung Gar! Jems itu nggak punya hati. Dia juga nggak punya pacar, jadi mana mungkin dia punya orang spesial..." jelas Kiki. Wajahnya terlihat putus asa. "Apa lagi sekarang, gue nggak pernah lagi liat dia deketin cewek."     

"Gue nggak mau tau, lu cari informasi sampai dapat, masa sampe berbulan-bulan ketemu!" Desak Tegar. "Udah sana turun."     

Kiki membuang napas gusar, adis remaja itu lantas merapikan diri sebelum akhirnya ia keluar dari mobil Tegar.     

"Cewek bego," umpat Tegar menatap punggung Kiki, dari balik kaca mobil. "Musti turun tangan sendri kalau gini caranya." Setelah mengatakan itu, Tegar menjalankan mobil menuju ke markas.     

Sepertinya Tegar harus membolos, bertemu dengan teman-teman, untuk mematangkan kembali rencananya.     

~☆~     

Tok... Tok...!!     

"Jamaaaaaal...!"     

Rio tidak berhenti berteriak sambil mengenetuk pintu kamar mandi.     

"Lu mandi apa tidur sih? Lama amat. Udah siang buruan gue mau mandi!" Rio mendengkus, wajahnya terlihat kesal, lantaran sudah tiga puluh menit lebih Jamal berada di kamar mandi, tapi belum juga keluar.     

Dor... dor... dor... dor...!     

Remaja Rio tidak henti-hentinya menggedor pintu lantaran tidak ada jawaban dari dalam sana. Tidak hanya suara Jamal yang tak terdengar olehnya, tapi suara germcik air dari kran atau shower juga tidak ia dengar di kamar mandi. Anteng, seperti tidak ada siapa-siapa. Tapi anehnya, pintu kamar mandi terkunci dari dalam.     

Rio mendengkus seblum akhirnya kembali berteriak. "Jamal! Lu beneran tidur?!"     

Gerk...!     

Rio mengurungkan niatnya yang akan kembali menggedor pintu, saat telinganya mendengar suara kunci pintu yang sedang dibuka dari dalam sana.     

Tidak lama kemudian, setelah pintu terbuka, munculah sosok Jamal, hanya memakai handuk melilit di pinggang menutupi area pribadinya. Anehnya meski baru saja mandi tapi tubuhnya sudah terlihat kering. Hanya bagian rambutnya saja yang masih semi basah dan terlihat acak-acakan.     

"Sabar..." ucap Jamal, suaranya terdengar sedikit lemah, seperti orang sedang kelelahan. Tidak hanya itu wajahnya juga terlihat datar dan tidak berdaya saat menatap Rio. Tidak seperti biasanya.     

Mengabaiakan perubahan Jamal, Rio mengularkan sisa-sisa kekesalannya. "Lu cowok mandi lama amat." Rio menunjuk pergelangannya. "Udah jam tujuh, udah siang telet bego," ucapnya meski tidak ada arloji melingkar di tangannya.     

Jamal menghela lemah. "Yaudah sono mandi," perintah Jamal suaranya juga masih telihat lelah.     

Rio mengerutkan kening, kembali heran menatap remaja itu. Jamal kesambet? Atau habias jatuh terus pingsan? Tidak biasanya Jamal terlihat begitu sabar saat menghadapi Rio.     

Mengabikan tatapan aneh Rio, Jamal membuang napas legah, kemudian ia melenggang, berjalan ke arah kamar tanpa berkata apapun.     

Rio terdiam, sambil mengikuti pergerakan tubuh Jamal. Keningnya semakin berkerut, saat ia baru menyadari cara berjalan Jamal yang terlihat sempoyongan. Lantaran sudah hampir terlambat, Rio mengabaikan apa yang ia lihat, lalu buru-buru masuk kedalam kamar mandi.     

"Apaan sih, ini?" Ucap Rio saat telapak kakinya baru saja menginjak lantai di kamar mandi. Ia merasakan seperti ada cairan lendir, terasa licin dan lengket menempel di bagian telapak kakinya. "Kok lengket sih..." heran Rio menatap cairan di telapak kakinya.     

Merasa jijik dengan apa yang ia rasakan, Rio buru-buru mengambil segayung air, lalu mengguyur telepak kakinya berkali-kali sampai rasa lengket itu benar-benar sudah hilang. Rio kembali mengerutkan kening, secara tidak sengaja ia melihat sesuatu seperti ingus berceceran, mengambang ikut hanyut bersamaan dengan air yang baru saja ia guyurkan ke lantai kamar mandi.     

"Anjir, jorok si Jamal, buang ingus sembarangan." kesal Rio sambil terus mengguyur sesuatu yang ia anggap ingus sampai hilang, masuk kedalam lobang saluran pembuangan air.     

"Pantes tu anak sempoyongan. Lagi sakit pilek ternyata..." Rio menduga di dalam hati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.