Cowok Hamil

Cuma ingin aromanya



Cuma ingin aromanya

0Sesampainya di dapur, Jamal berdiri mematung sambil berkacak pinggang. Pandangannya menebar di sekitar ia berdiri. Kalau boleh jujur, ini adalah kali pertamanya Jamal masuk dapur. Makanya ia merasa bingung apa yang harus ia mulai untuk memasak mie instan.     

Yang membuat ia kesal adalah, ia pertamakali masuk dapur dan memasak, semua itu hanya untuk orang yang paling tidak ia suka. Dan bodohnya, kenapa ia mau saja melakukannya.     

"Sial! Baru tinggal bareng udah ngrepotin aja!" Jamal mengumpat sambil berjalan ke arah lemari Es.     

Membuka pintu kulkas, Jamal mengambil sebungkus mie instan dan sebutir telur yang sudah di siapkan sama ibu Hartati tadi.     

Setelah itu Jamal berjalan ke arah kompor sambil membaca petunjuk cara memasak mie instan yang tertulis dalam kemasan.     

Beberapa saat kemudian, Jamal meletakan panci yang sudah berisi air di atas kompor, lalu menghidupkan kompor tersebut.     

Sambil menunggu air mendidih, Jamal mulai meracik bumbu, mengikuti petunjuk yang tertulis pada kemasan mie instans. Beberapa saat kemudian, setelah air mendidih, Jamal mulai memasukan mie berikut telur kedalam panci. Ia terlihat sangat kaku, sama sekali tidak lues saat sedang mengaduk mie. Kepulan asap yang berasal dari dalam panci, membuat wajahnya dan tubuh__yang hanya memakai singlet, menjadi basah karena keringat.     

Beberapa saat kemudian, akhirnya dengan susah payah dan acak-acakkan Jamal berhasil memasak mie instant untuk Rio.     

Jamal mengulas senyum, bangga dengan dirinya sendiri yang ternyata jago memasak. Ia menghirup aroma sedap dari mie instant yang sudah ia taruh ke dalam mangkuk.     

"Rio pasti suka sama masakan gue," batin Jamal tanpa sadar, sambil berjalan ke arah dapur sambil membawa nampan berisi semangkuk mie dan segelas air mineral.     

Di dalam kamar, Rio sedang duduk di atas kasur, sambil menyandarkan punggungnya di kepala kamar. Ia memutar kepalanya ke arah pintu, saat melihat Jamal baru saja masuk kedalam kamar sambil membawa nampan.     

"Lama amat, cuma masak mie doang," cibir Rio saat Jamal sudah berdiri tepat di sampingnya.     

"Nggak usah bawel, ni pertama kali gue masak, dan sialnya ini buat lu..." aku Jamal sambil menyodorkan nampan ke arah Rio. "Nih, makan."     

Manik mata Rio melirik ke arah mangkuk yang berisi mie buatan Jamal. Ia memejamkan mata sambil menghirup aroma mie yang harum dan menyengat.     

"Udah...!" Ucap Rio santai. Kemudian ia menarik selimut, lalu membaringkan tubuhnya di kasur.     

"Udah apanya?! Ni mie nya katanya lu pingin makan mie?" Kesal Jamal.     

Rio hanya menggeliat, samil menguap. Tiba-tiba saja rasa kantuk datang melanda. "Nggak ah, ngantuk gue. Gue udah nyimum wangi mie nya udah seneng."     

Sikap Rio yang tanpa dosa, sukses membuat emosi Jamal tersulut. Rahang tegasnya mengeras, sorot matanya menatap marah ke arah Rio yang sedang meringkuk memunggungi dirinya.     

Sumpah demi apapun, kalau bukan karena ancaman ibunya, kalau bukan karena anaknya yang ada di dalam perut Rio, ia sudah menumpahkan semangkuk mie itu ke wajah Rio. Untung saja malam ini ia sedang lelah setelah pindah rumah, sehingga ia masih bisa bersabar, tidak ingin meluapkan emosinya kepada Rio.     

Dengan kesal Jamal meletakan mie di atas meja, kemudian berjalan mengitari ranjang seraya berkata, "berengsek lu ya, gue udah capek-capek masak... sial!" Umpat Jamal sambil melepaskan singlet yang sudah basah karena keringat__sehingga tubuh kekarnya dapat terlihat jelas.     

Melemparkan singlet itu kemana saja, kemudian Jamal menjatuhkan tubuh secara kasar di atas ranjang__tidur terlentang menggunakan kedua telapak tangan untuk menambah bantalan. Sehingga membuat ketiaknya yang belum ditumbuhi banyak bulu, dapat terlihat sempurna.     

"Oke, kali ini lu menang, kita liat aja ntar..." ucap Jamal sebelum akhirnya ia memejamkan mata.     

Rio hanya tersenyum penuh kemenangan sambil menatap tubuh telanjang Jamal.     

Beberapa saat kemudian, tiba-tiba saja Rio kembali merasakan gelisah. Gelisah menginginkan sesuatu dari Jamal. Cuma ia berpikir, keinginannya saat ini adalah hal yang sangat tidak ia inginkan. Dengan sekuat tenaga ia berusaha menahan keinginannya yang semakin menggebu-gebu. Namun semakin ia tahan, keinginan itu semakin kuat dan membuatnya tersiksa, hingga ia tidak bisa tenang saat tidur.     

Berbagai macam gaya tidur sudah ia coba, namun hasilnya nihil. Ia semakin tidak bisa terlelap dan membuatnya usil.     

"Plis bayi, jangan pingin yang aneh-aneh. Papi nggak mau..." ucap Rio di dalam hatinya.     

Rio membuang napas gusar, ia bangkit dan duduk di atas ranjang, lalu tidur lagi. Ia melakukan itu berluang-ulang hingga membuat Jamal membuka matanya karena merasa terusik.     

"Lu usil amat sih?" Ketus Jamal sabil menatap kesal ke arah Rio. "Gue mau tidur jangan berisik...!"     

"Gue nggak bisa tidur...!" Aku Rio sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran dipan.     

"Kenapa lagi? jangan minat yang aneh-aneh ya?!" Ketus Jamal. Ia sudah peka, kalau Rio gelisah pasti sedang ngidam dan menginginkan sesuatu.     

Rio hanya mendengkus, sumpah demi apapun, ia sangat malas untuk mengatakan ngidamnya saat ini. Ia tidak mau harga dirinya semakin di injak-injak sama Jamal.     

"Buruan ngomong, lu pingin apa?" Tanya Jamal kembali. Nada suaranya masih terdengar ketus. "Lu nggak pingin di ewek sama gue kan? Najis gue ogah!"     

Bugh!     

Rio memukul wajah Jamal menggunakan bantal. "Gue juga nasjis... lu jangan kepedean jadi orang. Gue mending mati penasaran!"     

"Yaudah buruan lu mau apa?"     

"Gu-gue... cuma pingin tidur sambil nyium ketek lu...!" Aku Rio tanpa melihat wajah Jamal saat mengutarakan keinginan ngidamnya.     

"Najis...!" Jamal tersentak kaget sampai mengerutkan wajahnya. "Gila lu...!"     

"Lu jangan salah paham, bukan gue yang pingin, tapi anak lu!" Ralat Rio sambil menunjuk perutnya.     

Sorot mata Jamal menatap lurus ke wajah Rio. Tiba-tiba saja ia merasa kasihan saat melihat wajah Rio yang terlihat frustasi.     

"Yaudah sini, demi anak gue. Lu gue ijinnin nyium ketek gue!" Jamal tidur terlentang, ia membuka lebar ketiaknya, supaya Rio bisa mencium ketiaknya.     

Dengan perasaan ragu, Rio beringsut mendekat ke arah Jamal. Di dalam hati, ia memaki dirinya sendiri yang tidak bisa menolak keinginan ngidamnya.     

"Buruan...! Gue ngantuk!"     

Rio menahan napas sambil menelan ludahnya susah payah. Ia tidak ingin muntah karena mencium aroma ketiak Jamal.     

Masih dengan ragu-ragu, secara perlahan Rio membaringkan tubuhnya, merapat di tubuh Jamal. Secara perlahan ia mulai mendekatkan wajahnya, di ketiak Rio.     

"Demi anak kita, gue rela nyium ketek elu!" Ucap Rio tanpa sadar menyebut kata 'kita'     

Akhirnya, meski dengan keterpaksaan dan ragu-ragu wajah Rio berhasil tenggelam di ketiak Jamal. Keningnya berkerut, ia berharap tidak akan muntah oleh aroma ketiak Jamal.     

Beberapa saat kemudian, Rio terdiam, ia merasa heran saat merasakan nyaman tidur di bawah ketiak Jamal. Dan anehnya, aroma ketiak Jamal kenapa tidak membuatnya mual? justru ia semakin merasakan nyaman dan seperti ingin menghirup nya terus.     

"Bayi aneh... kok bisa nyaman sih tidur sambil nyium ketek," heran Rio di dalam hati. "Eh, tapi ini yang nayaman bayi gue kan? Buka gue?" Lanjut Rio masih di dalam hati.     

Beberapa saat kemudian.     

Jamal terdiam, ia mengerutkan kening saat melihat wajah Rio yang begitu nyaman tertidur di bawah ketiaknya. "Gila, alasan aja lu ngidam. Gue curiga kayaknya lu suka ama gue.." ucap Jamal di dalam hati.     

Deg...!     

Jamal tersentak kaget saat tiba-tiba saja Rio menjatuhkan telapak tangannya tepat di atas selangkangannya.     

Secara perlahan, Jamal mengangkat telapak tangan Rio dari atas selangkangannya.     

"Eeem...!"     

Jamal mengurungkan niatnya yang akan menyingkirkan telapak tangan Rio dari atas selangkangan saat Rio menggeliat dan semakin erat mencengkeram alat vitalnya.     

"Duh..!" Heran Jamal saat ia merasakan kejantanannya tiba-tiba menggeliat dan menegang keras.     

"Huuuft....!" Jamal membuang napas gusar sambil mengintip Rio yang sudah terlelap, sambil menenggelamkan wajah di ketiaknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.