Cowok Hamil

Bahaya mengancam



Bahaya mengancam

0Jleb...!     

Kiki tersentak kaget saat ujung mata pisau menusuk tepat pada foto, bergambar wajah Jamal, yang ditaruh di atas meja.     

"Kita harus kasih pelajaran sama ini anak," geram Tegar--seorang remaja yang diketahui sebagai pacar Kiki. Manik matanya menatap bergantian kepada tiga orang pria yang tengah duduk di hadapannya.     

Tegar memutar kepalanya menatap tajam ke arah Kiki yang sedang duduk di sebelahnya. "Lu tuh jadi cewek bego!! Lu mikir pake otak. Gue ama elu udah dijodohin sama orang tua kita. Ngapa perawan lu kasih ke orang?!" Tegar mendorong kasar kepala Kiki hingga membuatnya tertoleh ke samping "Anjeng lu bangsat!" Murka cowok itu.     

Tegar, adalah seorang remaja yang masih duduk di kelas dua belas, di SMA Nasional. Sebuah sekolah yang letaknya tidak terlalu jauh dari SMA Gelobal. Tegar merasa sangat murka dengan Kiki, lantaran mengetahui kalau Kiki ternyata sudah tidak perawan lagi. Cowok itu bisa tahu kalau ceweknya sudah tidak perawan setelah ia berhasil membujuk Kiki untuk melakukan hubungan badan dengannya.     

Setelah didesak dan dipaksa, akhirnya Kiki berani mengakui bahwa cowok yang sudah mengambil keperawanannya adalah Jamal. Teman yang masih satu sekolah dengannya, bahakan adik kelas.     

"Gu-gue dipakasa..." aku Kiki ditengah isakan tangisnya. "Gue juga diancem. Makanya gue takut." tentu saja Kiki berbohong. Gadis itu tidak mungkin mengakui kebodohannya sendiri.     

Kiki adalah gadis moderen yang kecantikkan nya diatas rata-rata. Sebenarnya ia tidak menyukai Tegar, dan menolak keras tentang perjodohannya tersebut. Karena sebagai remaja gaul yang cantik, tentunya Kiki bisa menilai barang bagus dan berkualitas. Semantara Tegar hanya seorang remaja yang berwajah pas-pasan atau bisa dikatakan di bawah standar. Seleranya tinggi di atas rata-rata. Gadis remaja itu merasa tidak serasi kalau harus bersanding dengan Tegar, remaja yang mempunyai hidung mancung kedalam, dan dua gigi bagian atas yang hampir melewati bibir bawah.     

Selain itu tubuh Tegar yang kurus dan hitam, semakin membuat Kiki merasa tidak cocok bersanding dengan Tegar. Namun kerana kedua orang tua Kiki berhutang banyak kepada orang tua Tegar, oleh sebab itu ia terpaksa harus menerima perjodohan itu.     

Awalnya Kiki berharap, dengan ia rela memberikan keperawanannya atau mau diajak bercinta sama Jamal, ia akan menjadi pacarnya dan juga bisa berlindung dibalik kekutan Jamal. Sehingga Kiki akan bisa dengan mudah menolak perjodohannya itu dengan meminta bantuan Jamal.     

Suatu kebanggaan bagi Kiki, jika ia bisa resmi menjadi pacar seorang Jamal. Remaja yang tampan, tajir dan ditakuti banyak anak-anak di sekolahnya.     

Namun sayang, kenyataan tidak seindah harapannya. Yang ada, Jamal justeru malah mengabaikannya. Bahkan Jamal bersikap cuek, dan menganggap tidak pernah terjadi apa-apa diantara mereka.     

Sekarang Kiki hanya bisa menyesali nasibnya, merutuki diri sendiri, atas kebodohannya yang mudah terbujuk oleh rayuan seorang remaja berwajah tampan. Asetnya yang paling berharga lenyap begitu saja, di toilet sekolah.     

"Kalau perlu kita habisin dia," usul Fajar, seorang pria yang mempunyai kasus serupa dengan Tegar. Cuma bedanya, adik kandung Fajar yang sudah menjadi korban rayuan Jamal.     

Tegar, Fajar dan beberapa pria lainnya, secara kebetulan mereka dipertemukan pada saat sedang melakukan pencarian remaja bernama Jamal. Awalnya, dalam kurun waktu yang berbeda, mereka hanya saling bertanya, dengan saling menjukkuan foto Jamal yang mereka bawa.     

Merasa mempunyai tujuan yang sama, akhirnya mereka berempat melalukan sebuah pertemuan, guna membahas rencana untuk memberikan pelajaran kepada Jamal.     

"Saya rasa nggak adil kalo cuma dia yang dikasih pelajaran," ujar Rahman, pria paruh baya yang anaknya juga pernah memberikan keperawanan nya kepada cowok yang fotonya tergeletak di atas meja, tertancap mata pisau.     

"Maksudnya, om?" tanya Tegar, bingung.     

"Dia harus ngerasain apa yang kita rasain!" jelas Rahman, yang membuat Tegar dan yang lainnya mengerutkan kening. Meraka masih belum mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh pria itu barusan.     

"Gue masih belum ngerti om," tanya Tegar kembali.     

"Sama gue juga," imbuh Fajar.     

Rahman membuang napas kasar, heran dengan sama anak-anak remaja yang otaknya dangkal. Tidak paham sama arah pembicaraannya.     

Pria itu berdehem, sebelum akhirnya mulai berkata. "Maksud saya gini, dia kan udah bikin kita-kita sakit karena orang yang kita sayang udah dimakan sama dia. Jadi biar adil, kita juga harus ngerjain orang yang paling dia sayang."     

"Oh, gitu... gue ngerti, itu ide yang bagus!" Ucap Tegar penuh antusias. "Dan gue sangat setuju."     

"Maksudnya, kita perkosa orang yang paling disayang sama anak itu?" tanya Fajar memperjelas maksud Rahman.     

"Tepat!" ucap Rahman penuh semangat.     

"Tapi siapa yang paling disayang sama dia?" tanya Fajar. Remaja itu terlihat bingung hingga membuat keningnya berkerut.     

"Sapa saja, adeknya kek, atau kalo dia punya pacar, pacar dia aja kita kerjain rame-rame...!" Rahman mengedarkan pandangan, menatap bergantian anak-anak remaja yang usianya jauh dibawahnya. "Gimana?" tanyanya sambil menaikkan kedua alisnya.     

Penjelasan Rahman membuat Tegar mengulas senyum. Ia sangat setuju dengan ide yang diberikan sama Rahman, pria yang usianya paling tua diantara mereka.     

Tegar menoleh ke arah Kiki yang masih duduk merunduk di sebelahnya. "Eh, cewek bego!" bentaknya yang membuat gadis itu tersentak kaget. "Lu kan satu sekolah sama dia. Jadi lu gue kasih tugas, lu cari siapa cewek yang paling disayang sama tu anak sialan! Kalo lu nggak berhasil cari tau siapa pacarnya Jamal, gue batalin perjodohan kita, dan gue pastiin bokap lu masuk penjara gara-gara utang bokap lu sama bokap gue!"     

Ancaman dari Tegar memaksa Kiki harus menganggukan kepalanya, takut. "I-iya..." pasrah gadis itu. Suaranya terdengar gugup.     

Tidak ada pilihan buat Kiki selain harus bersedia mencari siapa pacar yang pernah mengambil keperawanannya. Kiki tidak ingin jatuh miskin dan melihat orang tuanya masuk sel karena hutang-hutangnya.     

Senyum Rahman menyeringai. Menggunakan telapak tangan pria itu mengusap kumis dan jenggotnya.     

"Kita juga harus bagi tugas." ucap Rahman kemudian. "Kita harus gantian neyelidikin anak itu. Ikutin dia dari pagi sampai malam. Kita harus hati-hati jangan sampai ada yang curiga."     

Tegar terdiam menatap pria itu sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Ada untungnya juga mengajak pria yang punya banyak pengalaman itu.     

Detik berikutnya ia menarik sebelah ujung bibir, teraenyum menceng seraya mendesis. "Mampus lu, Jamal." ucapnya penuh dendam.     

Menggunakan telapak tangan Kiki mengusap air mata yang sudah mengalir membasahi wajahnya. Gadis itu juga merasa bingung bagaimana harus memulai melakukan penyelidikan. Kalau boleh jujur, ia tidak setuju dengan rencana Tegar dan teman-temannya. Meski benci pada Jamal karena merasa sudah dibohongi, tapi ia tidak ingin ada orang lain menjadi korban atas perbuatan Jamal.     

Namun ancaman Tegar lebih mengerikan. Gadis itu tidak punya pilihan lain, selain harus menurutinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.