Cowok Hamil

Keinginan yang aneh



Keinginan yang aneh

0Seperti dihipnotis, tangan Jamal perlahan mengulur, meraih cincin yang berada di atas meja kecil. Setelah mengambil satu cincin, tanpa melihat wajah Rio, Jamal menyempatkan cincin tersebut di jari manis Rio.     

Begitupun dengan Rio. Remaja itu juga seperti dihipnotis, pasrah tanpa ada penolakan, saat telapak tangan Jamal meraih telapak tangannya, lalu menyematkan cincin di jari manisnya.     

Ibu Marta mengulas senyum menatap bergantian Rio dan Jamal. Wanita itu merasa sangat lega, dan terlihat bahagia.     

"Sekarang giliran Rio, masukan cincin ke jari Jamal." Perintah petugas KUA setelah Jamal berhasil memasukkan cincin di jari manis Rio.     

Dengan ragu-ragu, tangan Rio mengambil cincin yang tersisah. Meraih telapak tangan Jamal lalu menyematkan cincin itu di jari manisnya.     

Jamal hanya terdiam, melihat cincin yang perlahan masuk di jari manisnya.     

Detik berikutnya, tepuk tangan yang meriah dari para saksi, setelah Jamal dan Rio selesai memasukkan cincin, ke jari masing-masing.     

"Sekarang, kalian tanda tangani ini, bukti bahwa kalian sudah menjadi sepasang keluarga."     

Petugas KUA memberikan buku nikah kepada Jamal dan juga Rio. Keduanya menerimanya dengan ragu-ragu. Tangan mereka juga terlihat gemetaran saat menandatangani buku nikah tersbut. Terlebih dengan Rio, ia merasa tidak ikhlas karena harus menandatangani buku nikah sebagai pihak istri.     

Dan akhirnya, hari ini, Jamal dan Rio resmi menjadi sepasang keluarga, terikat dengan ikatan pernikahan, meski ada banyak kebencian, ketidak sukaan di hati masing-masing.     

Akhirnya berbagai macam rangkaian acara sudah selesai dilakukan. Itu artinya Jamal dan Rio sudah resmi menjadi sepasang keluarga yang tertulis.     

Beberapa saat kemudian petugas KAU berdiri dari duduk mereka, lalu memberi ucapan selamat pada keduanya.     

Menyusul kemudian para anggota keluarga dan saksi juga ikut berdiri, lalu berjalan ke arah Rio guna memberikan ucap selamat.     

Saat menerima ucapan selamat dari para keluarga, Jamal dan Rio masih terlihat kaku. Pasangan pengantin baru itu sama sekali tidak memberikan senyum. Tapi untung saja saat acara foto-foto mereka reflek tersenyum meski tipis dan hampir tidak terlihat.     

Selesai dengan acara foto-foto dan ucapan selamat, terlihat para anggota keluarga, termasuk pengantin baru, nampak sedang menikmati hidangan yang sudah disajikan.     

"Hai Jems... selamat ya, udah taken sekarang," ucap Letta sambil mencium pipi kiri dan pipi kanan sepupunya. Sementara Jamal hanya memutar bola matanya malas. "Selamat ya Ri..." Letta juga memberikan cupika cupiki dengan Rio yang sedang berdiri di samping suami beda perasaan-nya.     

Saat ini Jamal, Rio dan juga Letta memang sedang berkumpul, memisahkan diri dari sekerumanan orang-orang yang lebih dewasa. Letta yang sengaja memaksa mereka agar bisa ngobrol bertiga.     

"Makasih..." ucap Rio. Ia berusaha tersenyum, tapi sangat tipis.     

"Aku sengaja lho, dateng dari el-ei buat kalian..." beritahu Letta dengan logat inggrisnya.     

"Oh... gitu," Rio menanggapi seadanya.     

"Tau nggak Ri, tadinya aku bayangin kamu itu cowok yang soft, trus imut gitu. Sampe bisa bikin Jems bertekuk lutut__"     

"Sapa bilang gue bertekuk lutut?!" Sambar Jamal sambil melebarkan bola matanya ke arah Letta. Ia tidak terima dengan pernyataan sepupunya barusan. Jamal meneguk jus jeruk yang sejak tadi ia pegang, kata-kata sepupunya membuat tubuhnya mendadak panas. Ia butuh sesuatu yang segar.     

Menggunakan lidahnya, Rio membasahi bibir bawahnya, kemudian ia menelan saliva susah payah saat tidak sengaja melihat Jamal sedang meminum jus jeruknya. Sebenarnya ia juga sedang memegang jus jeruk, tapi kenapa yang sedang diminum Jamal terlihat lebih menggoda? Tiba-tiba saja ia memungkinkan jus jeruk di tangan Jamal.     

"-gue terpakasa nikah sama dia," ketus Jamal setelah meminum jus jeruk miliknya. Jamal membuang mukanya kemana saja seraya berkata, "kalo nggak dipaksa sama nyokap, gue juga ogah!"     

"Kamu jahat Jems, ngomong seperti itu di depan Rio. kamu bilang terpaksa tapi Rio bisa sampe hamil!" Tandas Letta.     

Skak mat! Kata-kata Letta membuat Jamal dan Rio seperti tertohok. Keduanya terdiam seribu bahasa sambil menelan ludahnya susah payah.     

"Jangan didengarkan ya Ri, Jems emang suka gitu. Jangan sakit hati." Letta berusaha menenangkan hati Rio. "Kalau ngomong suka asal."     

Selain memang tidak peduli dengan kata-kata Jamal, sebenarnya saat ini Rio memang sedang tidak ingin ribut, atau menanggapi kata-kata cowok itu. Ia lebih fokus menatap jus jeruk yang sedang diminum oleh Jamal, sambil memikirkan bagaimana caranya supaya bisa mendapatkan jus jeruk milik remaja itu.     

Meminta langsung kepada Jamal? rasanya sangat tidak mungkin. Tentu saja ia tidak mau ditertawakan oleh remaja yang kini sudah menjadi suaminya.     

Tapi entahlah, keingingan Rio begitu kuat agar bisa meminum jus jeruk milik Jamal. Hal itu sampai membuat dirinya menjadi sangat gelisa. Ia harus mengulum mulutnya, menahan air liur yang sepertinya sudah terkumpul penuh di sana.     

"Kalian disini rupanya..." ibu Marta dan ibu Hartati mengalihkan perhatian Jamal, Rio dan juga Letta. "Kalian mama cariin..." ucap ibu Marta saat ia sudah berdiri di hadapan Rio dan Jamal.     

Sementara ibu Hartati berdiri di samping Rio.     

Akhirnya Rio bisa bernapas dengan lega, kehadiran ibu Marta dan ibu Hartati sepertinya bisa menyelamatkan ia dari hasratnya yang ingin meminum jus jeruk milik Jamal.     

Tanpa menunggu lama Rio langsung mendekatkan mulutnya di telinga ibu Hartati. "Bu, aku kepingin jus jeruk." Bisik Rio.     

"Lho... kamu kan lagi pegang jus jeruk?" Heran bu Hartati sambil menatap segelas jus jeruk yang masih dipegang Rio. "Yaduah di minum, kalau pengen."     

"Iya tau, jangan bilang-bilang tapi aku pingin banget jus jeruk bekasnya Jamal..." Meski ragu akhirnya Rio mengatakan maksudnya.     

Pengakuan Rio membuat ibu Hartati tertawa singkat sambil menutup mulutnya. Ia benar-benar geli mendengar ngidam Rio yang terkadang suka meminta yang aneh-aneh.     

"Oh... itu mah bayi kamu yang pingin, bukan kamu." Ujar ibu Hartati. Jangan lupakan kekehan wanita itu yang membuat wajah putranya berkerut, karena kesal.     

"Serah deh, yang penting aku pingin minum jus jeruknya Jamal." Ucap Rio dengan raut wajah yang memelas. "Cuma aku nggak mau kalo dia tau aku yang minta. Aku nunggu di dapur, pokoknya ibu harus dapet itu jus jeruk." Lanjut Rio dengan suara yang masih berbisik, namun tegas.     

Setelah menyampaikan itu, Rio berlalu meninggalkan ibu Hartati dan yang lain, tanpa berpamitan. Tanpa peduli bagaimana usaha ibunya nanti, remaja itu berjalan ke arah dapur, menunggu wanita yang ia panggil ibu di sana.     

Sementara ibu Hartati terlihat kebingungan. Menggunakan jari telunjuk ia menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, sambil memikirkan cara bagaiman ia bisa mengambil jus jeruk yang sedang dipegang oleh Jamal. Wanita itu menghela, menatap kasihan punggung putranya yang sedang berjalan ke arah dapur. Ia tahu seperti apa rasanya mengalami ngidam. Wanita itu pernah merasakannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.