Cowok Hamil

Menuju hari pernikahan



Menuju hari pernikahan

0Menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya Rio hembuskan secara perlahan. "Gue lagi nggak pingin ribut. Sekarang lu minggir, gue mau lewat," ucap Rio sambil menyingkirkan tubuh Jamal dari hadapannya.     

Namun sayang, Jamal sangat sigap. Sehingga ia bisa dengan mudah memepetkan kembali tubuh Rio pada tembok.     

"Lu mau apa sih?" Kesal Rio sambil menatap angkuh ke arah Jamal. "Jangan macem-macem sama gue!"     

"Lu jangan ke ge-eran ya. Lu pikir gue mau ngapain lu. Dikira gue napsu apa sama elu? najiss!"     

Seperti biasa Jamal selalu berhasil membuat Rio memutar bola matanya, jengah. Sangat kesal.     

Bukanya Jamal yang kepeden ya? Pikir Rio.     

Menenggelamkan kedua telapak tangan di kantung abu-abunya, Rio menatap pasrah ke arah Jamal. "Yaudah, lu mau ngapain?" tanya Rio sinis.     

Tanpa menjawab pertanyaan Rio, terlihat telapak tangan Jamal merogoh kantung di bagian belakang, guna mengambil dompetnya yang ia selipkan di sana.     

Dari dalam dompetnya, Jamal mengambil tumpukkan uang pecahan seratus ribuan, lalu ia masukan uang tersebut ke dalam kantung baju seragam Rio, sambil menepuknya kasar.     

Rio hanya terdiam, ia masih belum mengerti kenapa Jamal memberinya uang dengan jumlah yang sangat banyak.     

"Itu uang, lima juta, buat elu!" ucap Jamal sambil melipat dompetnya yang sudah kosong, lalu memasukan kembali ke kantung celana bagian belakang.     

"Maksudnya apa, gue nggak ngerti. Gue juga nggak butuh duit elu!" tegas Rio.     

"Eh, denger ya, lu taukan lu lagi ngandung anak gue? jadi semua makanan yang elu makan otomatis nyampe ke anak gue! Jadi gue nggak sudi anak gue makan hasil dari pemberian orang lain!" jelas Jamal yang membuat Rio semakin tidak mengerti.     

"Maksudnya apaan sih? gue nggak ngerti!" tanya Rio kembali.     

Jamal membuang napas kasar sebelum akhirnya ia menjawab. "Katanya lu pinter? Dapet beasiswa? Tapi kok begok sih?" Cibir Jamal. "Lu lupa? makanan yang lu makan tadi itu dibayarin sama Heru. Artinya dia udah berjasa sama anak gue yang masih di dalem perut elu. Dan gue enggak sudi anak gue dikasih makan sama orang lain. Ngerti?"     

Walapun sebenarnya Jamal masih sangat membenci Rio, tapi sedikit demi sedikit naluri nya sebagai bapak ternyata muncul juga. Jadi mau tidak mau, ia mulai mengakui bahwa anak yang ada di dalam perut Rio, adalah anak kandung, atau darah dagingnya. Mau bagaimana lagi? kenyataannya memang seperti itu. Jamal yang sudah menanam benih di perut Rio.     

"Oh jadi lu kira gue nggak mampu ganti duitnya Heru?"     

"Udah nggak usah banyak bacot! Gue maunya sekarang juga lu balikin duit Heru!" tegas Jamal. "Terserah lu mau balikin berapa ama dia. Mau lu kasih semua juga gue nggak perduli. Yang penting lu harus kasih sekarang itu duit ama dia. Terus lu inget, kalo sampe dia nolak duit dari elu, gue bakal bikin babak belur itu anak!"     

Setelah menyampaikan itu, Jamal memutar tubuhnya. Tanpa berpamitan dengan Rio, ia berjalan meninggalkan Rio yang masih menatapnya kesal.     

"Dasar bangsat! Orang gila." Rio mengumpat setelah Jamal sudah menjauh dari dirinya.     

~☆~     

Setelah menjalani berbagai macam proses yang sangat melelahkan, membingungkan dan juga meribetkan, akhirnya ibu Marta berhasil meyakinkan petugas KUA agar bersedia menikahkan Rio dan juga Jamal.     

Awalnya petugas KUA memang tidak mau, bahkan mereka menolak dengan tegas pengajuan dari ibu Marta. Tapi dengan perjuangan ibu Marta, kemudian mengumpulkan bukti dan juga saksi__dokter Mirna, bahwa Rio ternyata bisa atau bahakan sedang hamil, akhirnya para petugas KUA mengabulkan pengajuan ibu Marta. Meskipun harus dengan syarat.     

Syarat yang diajukan oleh KUA adalah; pernikahan Rio dan Jamal hanya syah di mata hukum, dan tidak syah secara agama. Karena bagaimanapun, meski Rio tengah hamil. Akan tetapi tubuh, wajah dan juga jenis kelamin Rio adalah laki-laki. Agama manapun tidak akan ada yang membenarkan atau mengijinkan pernikahan sesama jenis. Oleh sebab itu pernikahan Jamal dan Rio syah tertulis di mata hukum saja.     

Walapun begitu ibu Marta tetap merasa senang. Yang terpenting baginya, Rio dan Jamal bisa menikah.     

Lalu sebagai bukti bahwa Jamal dan Rio sudah resmi menikah, petugas KUA akan teteap memberikan buku nikah buat mereka, dan memasukkan foto Rio kedalam buku nikah sebagai pihak istri.     

Walapun tadinya Rio sempat menolak, tapi demi dendam yang harus terbalaskan, akhirnya Rio menerima keputusan dari KUA.     

Lantas atas permintaan Rio dan juga Jamal, setatus pernikhan mereka disembunyikan dari publik. Tidak ada yang boleh tahu tentang rencana pernikahan mereka, termasuk teman-teman sekolah Rio dan juga Jamal. Alasan Rio dan Jamal sangat jelas juga masuk akal, sehingga semua pihak mau menuruti permintaan calon pengantin.     

Hanya dari pihak keluarga yang bisa dipercaya saja, yang akan diberitahu dan diundang ke acara pernikahan mereka__Rio dan Jamal.     

Dan hari ini, adalah hari dimana Jamal dan Rio akan meresmikan pernikahan mereka.     

Di kamarnya, Rio sedang berdiri mematung sambil menatap gambar dirinya melalui pantulan cermin. Ia terlihat sangat tampan mengenakan pakaian pengantin yang dibelikan sama ibu Marta atau calon mertuanya. Pakaian pengantin dengan harga tujuh puluh lima juta itu melekat pas badannya__membuat Rio terlihat semakin gagah.     

Namun sayang wajahnya terlihat murung, dan sangat tidak bersemangat. Jemarinya mengepal dan bola matanya tiba-tiba saja berkaca.     

Hari pernikahan seharusnya adalah hari yang sangat membahagiakan dan paling ditunggu oleh semua pasangan yang akan melangsungkan pernikahan. Bagaimana tidak? karena di hari pernikahan mereka__para calon pengantin akan meresmikan hubungan mereka dalam ikatan suci. Mereka__para calon pengantin akan bersatu menjadi anggota keluarga dan membina keluarga bersama-sama.     

Tapi sayang, kebahagian itu sama sekli tidak dirasakan oleh Rio. Entahlah, Rio akan melangsungkan pernikahan di usianya yang masih sangat muda dan masih sekolah. Secara lahir dan juga bathin, ia belum siap untuk berumah tangga. Dan sebenarnya, yang membuat Rio semakin tidak siap itu lantaran orang yang akan menjadi pasangan ternyata seorang laki-laki. Sama seperti dirinya.     

Masa depannya seperti sudah direnggut sama orang yang paling ia benci. Semua rencana indah yang sudah ia susun rapih, dan harapannya untuk menjadi sukses di masa depan seolah hancur di hari ini. Hari pernikahannya.     

Menikah di usia remaja dengan orang yang mempunyai jenis kelamin sama dengannya, tidak pernah ada dalam catatan hidupnya.     

"Jamaaaaaal... anjeeeeeng... bangsaaaat...!!" Rasanya Rio benar-benar sudah tidak tahan lagi. Mengumpat di depan cermin adalah bentuk dari kekeselannya yang selama ini ia tahan selama dendamnya belum terbalaskan.     

Rio berjalan mundur ke arah dipan, ia menjatuhkan dirinya duduk merunduk di tepi dipan. Suara tangis sesenggukan terdengar jelas dari mulutnya.     

"Rio... ada apa? Kok belum keluar." Setelah mendengar teriakan Rio, ibu Hartati masuk kedalam untuk mengetahui apa yang sedang terjadi pada Rio. Ia berjalan anggun mendekati Rio yang masih duduk di tepi dipan, sambil terisak. "Kok kamu nangis, kenapa Ri?" tanya ibu Hartati setelah ia mendudukkan dirinya di samping Rio.     

Sekedar informasi, kebaya mahal dan indah yang sedang dikenakan oleh ibu Hartati itu adalah pemberian dari ibu Marta.     

Di hari pernikahan Rio dan Jamal, ibu Marta ingin supaya ibu Hartati memakai baju yang sama dengan dirinya. Oleh sebab itu ibu Marta meminta kepada designernya supaya membuatkan dua model baju yang sama.     

Ibu Hartati yang notabene nya wanita sederhana, menjadi terlihat berkelas dengan kebaya yang di desain dengan unsur tradisional moderen. Kebaya dengan harga sembilan puluh juta itu membuat ibu Hartati terlihat sangat anggun. Penampilannya berubah seratus delapan puluh derajat.     

Walaupun sebenarnya acara pernikahan digelar dengan sangat sederhana__maklum hanya di hadiri sama beberapa orang saja, namun ibu Marta ingin mempersiapkan segala sesuatunya dengan sangat baik.     

Acara pernikahan juga diadakan di rumah Jamal. Mengingat pernikahan masih rahasia, jadi mereka memilih rumah Jamal yang lebih besar dan juga lebih aman.     

Kalau di rumah Rio, masih di pemukiman padat penduduk. Lokasinya sempit dan tidak aman. Pasti akan banyak orang yang tahu. Jadi kabar berita pernikahan itu pasti akan cepat tersebar luas.     

Menggunakan punggung tangan, dengan kasar Rio mengusap air mata di sekitar wajahnya. "Aku tuh salah apa sih, bu? kenapa aku harus di hukum kayak gini. Aku belum mau nikah bu."     

Ibu Hartati mengehela napas panjang, ia mengulurkan tangan meraih kepala Rio lalu menidurkan nya di dadanya.     

Ria langsung memeluk erat ibunya, saat kepalanya sudah nyaman tidur di dada ibunya. "Aku masih pingin sekolah bu..." ungkap Rio ditengah isakan nya.     

Entahlah beberapa hari sebelum pernikahan akan digelar, Rio masih merasa biasa saja. Tapi hari ini, disaat acara akan berlangsung, Rio seperti tidak sanggup. Rasanya ingin mundur saja, dan melupakan balas dendamnya.     

"Ibu tau, Ri ini pasti berat buat kamu. Tapi ibu yakin akan ada hikma dibalik semua ini?" tutur ibu Hartati mencoba memberikan ketenangan kepada Rio. Telapak tangannya dengan lembut mengusap-usap puncak kepala Rio__membuat Rio sedikit merasakan nyaman.     

"-kamu pasti salah satu orang-orang pilihan. Soalnya cuma orang hebat dan kuat yang dipilih buat dikasih ujian berat. Nikmatin aja Ri, toh calon ibu mertua kamu juga baik." lanjut ibu Hartati.     

Rio mengangkat wajahnya, bola matanya yang masih berkaca menatap teduh wajah ibunya. "Aku kangen ayah bu..."     

Hati dan perasaan ibu Hartati langsung seperti diiris-iris saat mendengar kata-kata dari anaknya barusan. Sesuatu entah itu apa seperti sedang berjalan menjalar, dari hati menuju hidung, dan berhenti di bola matanya__membuatnya jadi berkaca.     

Ibu Hartati jadi teringat kalau ia juga sangat rindu pada alm.suaminya. Namun ia harus membuang rasa rindu itu karena ia sadar, rindu kepada orang yang meninggal adalah rindu yang paling menyakitkan. Karena seberat apapun rindu menyapa, dan sebanyak apapun air mata keluar, maka akan sia-sia. Rindu kepada orang yang sudah meninggal, adalah rindu yang tidak mungkin bisa terobati.     

"-ayah pasti marah, kalo tau aku hamil. Ayah pasti benci sama aku," lanjut Rio. Kemudian menggunakan telunjuknya, ia menyingkirkan air mata yang sedang mengalir di bawah hidungnya.     

"Percaya sama ibu, ayah kamu di sana lagi senyum liat kamu." Seperti biasa, ibu Hartati selalu menguatkan anaknya meski terkadang ia sendiri merasa rapuh. "Ayah akan bangga sama kamu, kalo kamu bisa lewati ini. Jadi jangan kecewain ayah yah... ayah juga pingin tahu kalo anaknya itu benar-benar hebat.     

Ibu Hartati tersenyum simpul, menyembunyikan tangissan yang sebenarnya ingin ia ledakkan. Namun ia tidak ingin membuat anaknya menjadi bertambah sedih.     

"-kamu mau kan buktiin kalo kamu hebat?" lanjut ibu Hartati.     

Kata-kata ibu Hartati, akhirnya sukses membuat hati dan perasaan Rio menjadi lebih baik. Ia hanya menganggukan kepala untuk mengiyakan pertanyaan ibunya.     

"Yaudah yuk kita berangkat, udah pada nunggu di luar. Kasian keluarga mempelai pria kelamaan nunggu..." ucap ibu Hartati.     

"Aku kan, juga mempelai pria bu..."     

Ibu Hartati menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, "oh iya, ibu lupa."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.