Pamanku Kesalahanku

Kenapa Dia Berubah Menjadi Kecil?



Kenapa Dia Berubah Menjadi Kecil?

0

Adegan di depan mata Mo Yangyang ini membuat hatinya terasa hancur. Kemudian pria yang mengenakan pakaian hitam ini mencekik lehernya semakin kuat. Sehingga membuatnya hampir kehabisan napas, bahkan ia tidak mampu mengeluarkan suara sama sekali. Tatapan matanya tertuju pada Latiao yang terjatuh karena ditendang oleh pria itu, seketika air matanya pun mengalir begitu saja.

Mo Yangyang berusaha melakukan segalanya demi menyelamatkan anaknya. Selama ini ia hanya berharap Latiao bisa hidup dengan baik. Tapi sekarang, ia melihat anaknya terluka.

Sesuatu di dalam hati Mo Yangyang meledak dengan kebencian yang kuat. Jika terjadi sesuatu pada Latiao, ia benar-benar tidak bisa melanjutkan hidup.

Dalam situasi yang putus asa seperti ini, seseorang yang lemah bisa saja tiba-tiba memiliki kekuatan yang besar. Sebagai seorang ibu, rasa benci dan emosi Mo Yangyang meledak begitu saja.

Mo Yangyang berusaha menggelengkan kepala dan lehernya supaya terlepas dari cengkraman tanga pria itu, kemudian ia menggigit pergelangan tangan pria itu dengan keras.

Mo Yangyang telah berusaha keras untuk melawan pria itu dengan semua kekuatan yang ia miliki. Sepertinya ia tidak akan melepaskan gigitannya sebelum ia mengoyak daging pria ini...

Pria yang mengenakan pakaian berwarna hitam itu berteriak, dan seketika ia melepaskan tangannya yang digigit oleh Mo Yangyang. Namun tidak lama kemudian pria itu menampar Mo Yangyang dengan keras.

Mo Yangyang tidak punya waktu untuk merasakan sakit atau tidak. Ia mengambil keuntungan dari kesempatan ini, ia pun berusaha dengan keras untuk mendorong pria berpakaian hitam itu supaya menjauh darinya.

Pria berpakaian hitam itu tidak menyangka Mo Yangyang memiliki kekuatan untuk memberontak sampai seperti ini, kemudian ia pun mundur dua langkah.

Dengan buru-buru Mo Yangyang berlari ke arah Latiao, tetapi saat ia baru saja berlari ke arah Latiao dan masih belum sempat menyentuh Latiao, tiba-tiba ia diseret kembali oleh pria berpakaian hitam itu.

"Sialan, hari ini aku akan membunuhmu, dasar jalang..."

-

Han Weilan merasa sangat kesakitan sampai ke tulang-tulangnya, seolah semua tulangnya patah. Ia merasa bingung, dan dalam benaknya ia bertanya. Semuanya sedikit aneh, kenapa setelah mati aku masih merasakan sakit?

Saat Han Weilan ditabrak mobil dan tubuhnya terpental, dalam hati ia hanya ada rasa takut, dan penyesalan.

Sebelum mati, Han Weilan berharap jika dirinya masih bisa hidup kembali, ia sangat ingin kembali saat dirinya masih kecil. Ia ingin sekali memakan pangsit wonton yang sering ia makan ketika masih kecil.

Han Weilan ingin memberitahu kepada Ibunya bahwa pangsit buatan Ibunya sangat enak. Sayangnya, saat ini ia sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk mengatakan hal itu kepada Ibunya.

Di sebelah telinganya, ia mendengar suara teriakan seorang pria, dan ada seorang wanita seperti hewan sekarat yang membuat ratapan terakhir sebelum mati.

Han Weilan pun terkejut saat mendengar suara ratapan seorang seorang perempuan. Suara ini... Seperti...

Han Weilan mencoba membuka matanya, dan pemandangan yang ada di depannya itu membuatnya tercengang.

Ini adalah restoran yang sama seperti saat aku masih kecil, tetapi bukankah waktu itu restoran ini terbakar? Kenapa restoran ini masih ada? Apa mungkin aku sedang bermimpi?

Han Weilan memutar kepalanya untuk melihat apa yang terjadi. Wajah wanita itu... Adalah satu-satunya kehangatan dalam ingatan Han Weilan. Kemarahan di dalam hati Han Weilan pun tidak bisa dibendung lagi, ia tidak akan membiarkan hal seperti itu terjadi meski dalam mimpi ataupun kenyataan.

Dengan terhuyung-huyung, Han Weilan meraih sebotol penuh bubuk cabai yang ada di atas meja. Setelah berjalan mendekat, Han Weilan menumpahkannya ke wajah pria yang mengenakan pakaian berwarna hitam itu.

Bubuk cabai itu pun masuk ke dalam mata pria yang mengenakan pakaian hitam itu, dan pria itu pun segera menutupi matanya dan berteriak kesakitan.

Pakaian Mo Yangyang telah terkoyak dan robek. Setelah ia kembali bebas, ia pun langsung menggendong Latiao dan berusaha untuk melarikan diri dengan cepat.

Mo Yangyang gemetar, separuh wajahnya tampak bengkak, dan lehernya masih terasa tercekik. Ia berkata dengan suara serak dan gemetar, "Sayang jangan takut, jangan takut... Mama akan melindungimu."

Suara yang terdengar familiar serta pelukan yang hangat ini membuat Han Weilan membeku. Kenapa mimpi ini terasa begitu nyata?

Semuanya terasa nyata, Han Weilan juga mampu merasakan kehangatan. Ia bahkan ia juga mampu mencium aroma yang sudah lama tidak ia cium, dan satu-satunya aroma yang mampu membuatnya mampu merasakan kenyamanan.

Han Weilan mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Mo Yangyang, namun ketika ia melihat hal ini, tangannya tiba-tiba berhenti bergerak.

Bagaimana mungkin tanganku... Berubah menjadi kecil? Tubuhku juga mengecil. Batin Han Weilan.

Han Weilan pun tercengang dan tanpa sadar ia membuka mulutnya. Apakah aku benar-benar kembali ke masa kecilku?


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.