Pamanku Kesalahanku

Tunggu Aku, Aku Tidak Akan Melepaskanmu



Tunggu Aku, Aku Tidak Akan Melepaskanmu

0Mo Yangyang sebenarnya cukup berani dengan siapapun, kecuali menghadapi Xie Xize!     

Apalagi sebelum berusia dua puluh tahun, ia terbiasa hidup sebagai putri Keluarga Mo. Ia benar-benar sombong dan mementingkan diri sendiri.     

Namun setelah berusia dua puluh tahun, semua hal yang membuatnya sombong itu telah direnggut. Hal ini tanpa sadar membuatnya harus berdiri di lautan penderitaan dan menyakitkan. Ia tidak bisa bergerak! Andai tidak waspada sejenak saja, hidupnya akan hilang.     

Terutama dalam lima tahun terakhir ini, Mo Yangyang telah lari bersama anaknya untuk bertahan hidup dalam kesulitan. Ia telah belajar untuk menjadi lembut, mengikuti arus hidup, dan menyembunyikan sifatnya.      

Karakter keras dan tajam dalam tubuhnya sudah diperhalus. Apalagi duri-duri kesombongan juga sudah dicabut satu-persatu.     

Barulah setelah itu, Mo Yangyang mendapatkan ketenangan hidup selama lima tahun ini.     

Namun pada kenyataannya, dalam dirinya masih tersimpan jati dirinya yang sombong dan egois.      

Kembali ke pria muda di hadapannya itu, ia sudah kembali sadar. Rambutnya yang berdiri di atas kepala sudah bergetar dua kali. Begitu mengubah wajahnya yang arogan, wajah tampannya memunculkan wajah sedih akibat dianiaya, "Kamu... kamu…"     

Mo Yangyang berkata kepada pria paruh baya yang masih terkejut itu, "Bawalah tuan muda ini ke dokter untuk memeriksa matanya."     

Sayangnya, pemuda itu masih tidak mau kalah, "Kamu... kamu benar-benar tidak mengingatku? Kamu dulu, kamu dulu memperlakukanku…"     

Mo Yangyang langsung memotongnya, "Maaf, tidak ada yang salah dengan kepalaku. Aku benar-benar tidak mengenal Anda, yang bermasalah adalah mata Anda!"     

"Tidak mungkin, bagaimana mungkin aku salah kenal... Kamu... Kamu pasti takut Keluarga Mo mencarimu dan meminta uang padamu, kan?...."     

Mo Yangyang perlahan mengambil piring, lalu pemuda itu melangkah mundur ketakutan dan bersembunyi di belakang bangku.     

Akibatnya, Mo Yangyang hanya menahan emosi dan mengumpulkan piring sebisanya.     

Pria paruh baya itu berdiri di depan pemuda itu dan berbisik, "Tuan Muda Kedua... kita... kita pulang dulu saja, kakak Anda sudah menunggu…"     

Raut pahit terpancar dari wajah pemuda itu.     

Ia menatap Mo Yangyang dengan ekspresi yang masih merasa tidak puas.     

Perempuan ini ternyata tidak mengingatnya. Bagaimana mungkin tidak mengingatnya?     

Yuanyuan, yang keluar dari dapur belakang setelah membereskan barang, tiba-tiba melihat pemuda itu. Seketika ia mematung selama beberapa detik, dan kemudian tiba-tiba berteriak "AAA...."     

Ekspresinya penuh dengan rasa tidak percaya. Ia pun menarik lengan Mo Yangyang dan mengguncangnya, "Enoch, Qin Xiaochen, Kak Yangyang... itu Qin Enoch..."     

Qin Xiaochen, atau biasa dipanggil Qin Enoch, model pria Cina yang termahal di dunia. Ia juga sangat terkenal di dunia permodelan dan selalu menuai pujian dari banyak orang.     

Mo Yangyang tidak peduli dengan ucapan Yuanyuan. Ia hanya berbisik, "Diam!"     

 Qin Xiaochen yang dikenali oleh Yuanyuan pun menegakkan tubuhnya. Ia seketika mengangkat dagunya dan memandang Mo Yanyang dengan sedikit jijik. Ya, pandangannya itu seolah-olah berkata, 'Sekarang kamu takut padaku, kan?!'     

Sedangkan pria paruh baya yang bersamanya itu bergegas berkata, "Tuan Muda Kedua, waktunya sudah sangat terlambat ... kakak Anda sedang menunggu…"     

Qin Xiaochen masih tidak bergerak, tetapi dengan provokatif berkata, "Mo Yangyang, jika kamu memohon padaku, mungkin aku akan menunjukkan belas kasihan hari ini dan akan memberi kalian berdua lebih banyak uang tips...."     

Wajah Mo Yangyang tidak berubah dan tetap berekspresi dingin, "Minyak cabai di toko kami merupakan produk spesial yang kubuat sendiri, apakah Anda ingin mencobanya?"     

Qin Xiaochen mundur dua langkah lagi, "Aku tidak akan menyelesaikan masalah hari ini dengan seperti ini...."     

Mo Yangyang tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya berbalik badan dan berjalan ke meja kasir untuk mengambil gunting. Setelah itu, ia kembali lagi. Kemudian, matanya menatap Qin Xiaochen lekat-lekat, tangannya terangkat, lalu terdengar suara keras. Terlihat bahwa gunting itu menancap di atas meja.     

Qin Xiaochen kini bergidik ketakutan, lalu bergegas berlari kencang seperti rintikan hujan badai. Ia berlari tanpa menunggu desakkan pria paruh baya itu.     

Walau demikian, masih terdengar suaranya samar-samar dari luar, "Mo Yangyang, tunggu tuan muda ini. Aku tidak akan melepaskanmu...."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.