Pamanku Kesalahanku

Sikapmu Ini Membuatku Sangat Marah.



Sikapmu Ini Membuatku Sangat Marah.

0Tangannya yang ramping dan seputih batu giok itu memiliki jari-jemari yang tipis. Tekstur tangannya itu terlihat sangat indah dan menarik.      

Sudut bibir pemilik tangan itu tersenyum. Ia menatap anak di depannya dengan tatapan mata cerah, seperti cahaya rembulan keemasan dalam kegelapan malam. Selain itu, ia juga membawa sentuhan kelembutan yang belum pernah ada sebelumnya.     

Latiao tentu dapat merasakan bahwa sikap Xie Xize berbeda dari yang sebelumnya.     

Sikap Xie Xize saat ini seakan-akan seketika menyingkirkan semua gangguan, mengunci target, dan mulai menembak dengan tepat.     

Tangan kecil Latiao meremas permen itu. Apakah dirinya... baru saja melakukan sesuatu?     

Xie Xize tersenyum, "Apakah kamu tidak ingin memberikannya kepadaku?"     

Latiao mengulurkan tangannya dan meletakkan permen itu di telapak tangan Xie Xize.     

Xie Xize merobek kemasan plastik permen itu sembari bertanya dengan santai, "Kudengar masakan ibumu sangat enak!"     

Itu bukan pertanyaan, tetapi penegasan!     

Latiao tentu tidak langsung menanggapinya. Ia berpikir dalam hati.     

Kudengar?     

Kudengar dari siapa?     

Ya, Latiao belum pernah mengatakannya!     

Ayah murahannya ini benar-benar licik.     

Baiklah, ayo kita saling bersandiwara.      

Latiao tidak terburu-buru menjawab. Ia mengeluarkan sebuah permen dari sakunya, membuka bungkusnya, lalu memasukkan permen berwarna putih itu ke dalam mulutnya.     

"Paman, ada anak di sekolah yang lebih tinggi dan lebih kuat dariku. Dia selalu menggertakku. Menurutmu, haruskah aku pulang dan memberitahu ibuku? Atau mungkin, aku hanya perlu memberitahu guruku?"     

Ucapan Latiao tidak relevan dengan pertanyaan Xie Xize.     

Xie Xize memegang permen susu dan memasukkannya ke dalam mulutnya secara perlahan sambil bicara, "Itu bukan masalah yang mengharuskanmu untuk angkat bicara. Itu perlu menggunakan otakmu terlebih dahulu, kemudian tanganmu."     

Latiao mengangguk, "Oh begitu. Oke aku mengerti. Sampai jumpa, paman, aku harus pulang. Karena kakek tidak menjemputku, mereka pasti sudah melapor ke mama, dan mereka pasti cemas..."     

Xie Xize menekan bahu kecil Latiao, "Bukan masalah! Aku akan mengantarmu pulang."     

Latiao menggertakkan giginya diam-diam, tetapi mendongak dengan senyum manis, "Itu akan merepotkan Paman. Ehm… tidak usah."     

Xie Xize mengangkat tubuh Latiao dan membiarkannya duduk di pangkuannya, "Tidak merepotkan."     

Latiao tampak tak berdaya, "Paman, ada yang ingin kubicarakan denganmu."     

"Katakan."     

Kemudian Latiao berkata dengan serius, "Bisakah paman menghapus jejak kaki di celana paman terlebih dahulu agar aku bisa duduk? Jejak kaki itu membuatku tidak nyaman!"     

Xie Xize menundukkan kepala dan mengerutkan kening melihat dua jejak kaki kecil di pahanya. Ekspresi wajahnya tidak pasti dan terlihat sangat tidak nyaman.     

Walau demikian, sepertinya itu tidak sama dengan yang diinjak anak ini.     

 *****     

Di sisi lain, ada lebih banyak pelanggan yang berkunjung di restoran hari ini. Hal ini membuat Mo Yangyang sangat sibuk. Kakek Han menghubunginya dan memberi tahu bahwa dirinya tidak menemukan Latiao di sekolah dan sudah dijemput oleh orang asing.     

Mo Yangyang ketakutan hingga ekspresinya segera berubah. Setelah menutup telepon, ia tidak punya waktu lagi untuk melayani pelanggan di restoran. Ia berlari keluar tanpa melepas celemek, topi, dan masker mulutnya.     

Namun pada akhirnya, ia menerima telepon dari Latiao segera setelah berlari keluar restoran.     

"Ma, sebentar lagi aku akan tiba di restoran. Jangan khawatir…"     

Hati Mo Yangyang yang sudah sempat terbang keluar, dengan cepat jatuh ke tanah, "Bocah badung! Lihat saja, Mama akan memberimu pelajaran saat sudah sampai nanti."     

Latiao melirik lelaki yang "menculik" dirinya, lalu menghela napas dan menggerutu dalam hati, 'Ma, kurasa mama tidak mungkin sampai hati untuk menghabisiku nanti.'     

Setelah meletakkan ponsel, Latiao memeluk lengannya, "Paman, ibuku penakut. Jika paman berbuat seperti hari ini lagi, aku akan marah. Kalau aku marah, itu akan merugikanmu."     

Xie Xize hanya menjawab dengan santai, "Ya, lain kali akan kuperhatikan."     

Latiao....     

Lain kali Papamu!     

Sepuluh menit kemudian, mobil Maybach hitam berhenti di seberang dan berhadapan dengan restoran kecil itu.     

Mata tajam Latiao memperhatikan bahwa ada beberapa orang di depan restorannya, lalu tiba-tiba orang-orang itu bubar. Tidak lama kemudian, sebuah kursi serta beberapa piring tampak terbang keluar dari restoran. Benda-benda itu jatuh berserakan di tanah.     

Latiao pun cemas. Ada orang yang membuat onar di restorannya.     

Anak ini pun segera berkata, "Sepertinya hari ini tidak cocok untuk membalas kebaikanmu, Paman. Silakan Paman pergi dulu. Dalam urusan keluargaku, paman adalah orang luar. Tidak baik untuk ikut campur, kupikir..."     

Xie Xize menarik genggaman tangan kecil Latiao dan berkata, "Orang luar? Siapa yang tahu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.