Pamanku Kesalahanku

Membuatnya Bahagia



Membuatnya Bahagia

0Brak, Bibi Wang buru-buru menutup jendela. Mo Yangyang hanya memutar bola matanya dengan sinis.      

Mo Yangyang mengira anaknya sedang tidur, jadi ia membuka pintu kamar dengan hati-hati.      

Namun setelah itu...     

"Oh, masih ingat arah pulang!"     

Mo Yangyang melihat lelaki kecil itu duduk bersila di tempat tidur dengan senyum canggung. Ia pun bertanya, "Kenapa kamu belum tidur?"     

Latiao malah bertanya, "Ibuku diculik oleh pria bajingan, bisakah aku sebagai anak ini dapat tidur duluan?"     

Mo Yangyang berjalan dengan langkah kecil lalu memeluk Latiao, "Mama tidak bisa melawan lelaki bajingan itu. Bukankah Latiao kecil yang akan menemani mama saat mama pulang?"     

Latiao mendengus, "Hah...."     

Mo Yangyang mencium dahi Latiao, "Mama mau mandi, kamu tidurlah dulu, oke!"     

Latiao menopang wajahnya yang kecil. Ketika melihat bibir ibunya, ia tahu bahwa Xie Xize, si lelaki tua itu, berbuat sesuatu yang tercela.      

Walau demikian ibunya tampaknya juga tidak merasa jijik, malah ada sedikit rasa malu di matanya.     

Tampaknya hubungan diantara mereka berdua sedikit berkembang.     

Ini adalah hal yang baik, bukankah begitu?...     

Latiao tiba-tiba merasa sedikit tidak nyaman. Ini memang yang diharapkannya, ia juga melihat adanya kemajuan lain untuk mengembangkan hubungan mereka. Namun sekarang, ia merasa bahwa ibunya yang baik itu malah diperlakukan buruk oleh ayahnya.      

Bukankah tujuan Latiao terlahir kembali adalah untuk menjauhkan ibunya dari umpan meriam dan membuatnya bahagia seumur hidup?     

Sikap Xie Xize memang bisa melindungi ibunya dari umpan meriam, tetapi apakah pria itu bisa membuat ibunya bahagia seumur hidup? Itu masih dipertanyakan.     

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, Mo Yangyang dan Latiao pun berbaring di ranjang.      

Tiba-tiba Latiao bertanya padanya, "Ma, kenapa kamu takut pada Xie Xize?"     

"Karena..."     

Mo Yangyang tidak berani mengatakannya, juga tidak tahu cara menjelaskannya kepada Latiao.     

Masalahnya terlalu panjang, tetapi beberapa ingatan terkait masalah itu selalu diingat di hati Mo Yangyang.     

Ya, Mo Yangyang akan selalu ingat mengenai adegan dirinya yang bersembunyi di balik tirai, lalu melihat tangan yang indah itu sedang memegang ujung pisau yang tajam untuk mengambil kulit ujung jari seorang wanita.      

Setelah itu, pria itu dengan dingin mencongkel kukunya, semudah mengupas kulit pisang. Pada akhirnya, terlihat daging dan tangan yang mengeluarkan banyak darah!     

Mo Yangyang tidak tahu wanita itu, tetapi sejak saat itu, di hati Mo Yangyang telah terpatri sebuah rasa takut yang tidak terhapuskan pada Xie Xize.      

Lelaki itu, sejak awal memang terlihat tidak seanggun dan selembut seperti yang tampak dari luar.      

Pria itu sungguh paranoid, kejam, dingin... dan tidak berperasaan!     

Walau demikian, sikapnya padanya seperti...     

Mo Yangyang tidak bisa mengerti!     

Latiao tidak mendengar jawaban yang ingin didengarnya. Namun, Xie Xize tampaknya memakai cara yang tidak berperasaan dan sejenisnya. Ya, Latiao lebih tahu jelas dibanding ibunya.      

Di kehidupan sebelumnya, Xie Xize memegang foto Mo Yangyang ketika Mo Yangyang meninggal. Wajahnya tenang, seolah-olah dirinya baru saja tidur sebentar.     

Mungkin di dalam hatinya, Mo Yangyang adalah satu-satunya kelembutan di hatinya.      

Kebencian adalah satu-satunya motivasi bagi Xie Xize untuk bertahan begitu lama.     

Ketika musuhnya sudah mati, pria itu tidak lagi ingin hidup di dunia itu tanpa Mo Yangyang sedetikpun!     

Karena itu, Latiao juga selalu menahan amarah pada Xie Xize. Sudahlah… sudahlah… Tuan muda tidak usah marah, berikan Xie Xize kesempatan satu kali lagi.      

******     

Di jalanan sepi di dini hari, lampu jalanan tampaknya sedang rusak. Jika tidak ada cahaya, tidak ada yang dapat melihat bahwa ada seseorang yang berdiri di dinding yang gelap.     

Tidak lama kemudian sebuah mobil berjalan perlahan lalu berhenti.     

Sesosok yang ramping tampak turun dari mobil.     

Suara serak laki-laki bergema dalam kegelapan, "Bukankah kakak bilang, beberapa hari ini jangan bertemu dulu?"     

Tiba-tiba, sosok ramping itu bergegas dan memeluk lelaki itu dalam kegelapan. Ia pun tampak menangis, "Tolong aku... Hanya kamu di dunia ini yang bisa membantuku…"     

Sosok yang dipeluk itu tampak kaku dan tidak berani bergerak, "Kamu... apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu?"     

Suara perempuan ramping itu menggila, "Aku ingin perempuan itu mati. Aku ingin menghancurkannya, ingin membuatnya mati dengan cara yang terburuk dan paling memalukan...."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.