Pamanku Kesalahanku

Rasa Sakit Kehilangan Muncul Lagi (Tambahan Bab)



Rasa Sakit Kehilangan Muncul Lagi (Tambahan Bab)

0Di Kota Xia, di rumah Keluarga Mo!     

Luo Xi sedang memegang telepon, wajahnya tampak khawatir dan cemas, "Tidak mungkin, Mo Shixuan kami tidak mungkin melakukan hal semacam itu!"     

"Oke… oke, maaf aku merepotkan Anda. Aku akan pergi ke sana sekarang juga. Hanya saja, aku sangat yakin putriku tidak pernah melakukan hal seperti itu. Dia memiliki hati yang sangat baik..."     

Setelah meletakkan telepon, Luo Xi yang memunggungi Mo Jianguo berekspresi sangat mengerikan karena marah.      

Mo Jianguo bertanya, "Ada apa? Apa yang terjadi dengan gadis itu?"     

Luo Xi kemudian berbalik badan. Matanya memerah berkaca-kaca "Jianguo…."     

Baru saja angkat bicara, air matanya mengalir.      

Mo Jianguo semakin penasaran, "Apa yang terjadi?"     

Luo Xi mengangkat tangan untuk menyeka air matanya, "Orang yang barusan menelepon berasal dari Tim Polisi Tindak Kriminal Kota Jinchuan. Mereka bilang, Shixuan dicurigai terlibat dalam kasus penculikan dan pembunuhan. Shixuan juga sudah ditangkap. Apa yang harus kita lakukan?"     

Mo Jianguo langsung naik darah, "Gadis itu, bisanya cuma bikin masalah saja!"     

Luo Xi mencengkram tangan Mo Jianguo, "Jianguo, dia itu putri kita, bagaimana ini? Aku percaya dia tidak melakukan itu, pasti ada kesalahpahaman di sini!"     

Akan tetapi, Mo Jianguo tetap berkata, "Kita harus mencegah tersebarnya berita ini. Kalau sampai menyebar di Kota Xia, mau taruh di mana wajah kita nanti kalau mau keluar rumah?"     

Luo Xi menangis sambil kebingungan, "Lalu… bagaimana dengan Shixuan?"     

"Aku akan mencari pengacara untuk menjenguknya!"     

"Aku…" Luo Xi ingin angkat bicara.      

Mo Jianguo pun berkata, "Kamu tidak bisa pergi, saat ini kamu harus bersikap seperti tidak terjadi apa-apa. Kalau kamu harus belanja, maka belanja saja. Kalau mau bermain kartu, silahkan bermain kartu, mengerti?"     

"Ng, aku mengerti. Kalau begitu, kamu harus mencari pengacara yang bagus!"     

Mo Jianguo berdiri dengan kesal, "Anak itu sungguh membuatku kesal, tidak seperti Mo Yangyang."     

Kemudian ia pergi keluar dengan langkah lebar.      

Di ruang tamu, tersisa Luo Xi.      

Ekspresi lemah dan tidak berdaya di wajah Luo Xi seketika menghilang dalam sekejap mata serta berganti dengan wajah yang dingin dan galak!     

*******     

Orang yang Xie Xize cari atas permintaan Latiao, telah ditemukan.      

Latiao menggigit permen lolipop sambil berjalan ke toko bunga. Di depan seorang pemilik toko bunga yang berusia 40 tahun itu, ia menyapa, "Halo, Bibi Zhang."     

Wanita itu membungkuk, wajahnya menunjukkan senyuman yang lembut, "Anak kecil, siapa namamu? Bagaimana kamu bisa tahu kalau margaku Zhang?"     

Latiao tersenyum manis, "Namaku Latiao. Dongdong yang memberitahuku!"     

Ekspresi wajah wanita itu seketika langsung berubah. Ia kemudian mencengkram bahu Latiao sambil bertanya, "Coba ulangi, siapa yang memberi tahu namaku?"     

Dongdong adalah nama panggilan yang wanita ini berikan kepada putranya. Hanya saja, saat putranya berusia 4 tahun, putranya itu dibawa ke rumah Keluarga He, lalu tidak lama kemudian putranya itu meninggal secara misterius!     

Peristiwa itu menjadi bekas luka yang selamanya takkan bisa hilang dari hatinya!     

"Dongdong bilang, dia merindukan ibunya, jadi dia menyuruhku mengunjungimu!"     

Latiao memiringkan kepalanya dan mendengus di depannya, "Apakah kamu bukan Bibi Zhang? Apakah ucapan Dongdong salah?"     

"Kamu…." Bibir wanita itu bergetar, matanya mengeluarkan air mata secara tidak terkendali. Ia kemudian mengangguk sambil menangis, "Benar, aku ibunya Dongdong. Bagaimana kamu bisa mengenalku?"     

Latiao mengerutkan wajahnya, lalu dengan pahit mengatakan, "Ada seorang bibi bernama Bibi He. Aku bertemu dengannya berkali-kali. Tiap kali bertemu dengannya, Dongdong selalu menempel di pundaknya dalam keadaan tubuh yang basah kuyup…"      

"Namun, anehnya, mamaku dan semua orang lainnya tidak bisa melihatnya. Mama juga melarangku untuk memberitahu soal ini kepada orang lain. Walau demikian aku sungguh melihat sosok Dongdong!"     

Latiao bergegas menambahkan, "Bibi, kamu tidak perlu menangis. Aku bukan anak kecil yang suka berbohong. Ucapanku ini sungguhan!"     

Air mata yang jatuh di mata wanita itu semakin banyak.      

"Dia… mengatakan apa lagi padamu?" Tanyanya.      

Latiao menggigit permen lolipop sebentar, lalu menjawab, "Dongdong bilang, kakaknya membawanya bermain di kolam, tapi kakaknya itu malah mendorongnya masuk ke kolam…,"      

"Dia sudah memanggil kakaknya, tapi kakaknya malah pergi. Pada akhirnya, dia tidak bisa ke mana-mana, hanya bisa terus bersama kakaknya!"     

Wanita itu menggigit salah satu jarinya dengan erat, dan matanya sudah dipenuhi air mata. Dengan cepat, hatinya tenggelam oleh kebencian yang datang seperti air pasang!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.