Pamanku Kesalahanku

Sehelai Kain Putih, Memisahkan Dua Dunia



Sehelai Kain Putih, Memisahkan Dua Dunia

0Teriakan cemas dan derap langkah kaki yang terdengar kacau menarik Mo Yangyang dari lamunan.      

Mata Mo Yangyang memang ditutupi oleh tangan Lan Dongzhi, tetapi dirinya merasa masih bisa melihat pemandangan berdarah di depannya… Pemandangan yang sangat menusuk matanya dengan hebat.      

Seluruh dunia… seolah-olah bergerak melambat. Suara-suara itu juga terdengar sangat lambat seolah tidak terbatas.      

Mo Yangyang menggigit bibirnya, sangat kuat hingga rasa anyir memenuhi seluruh mulutnya. Walau demikian, ia tidak bisa merasakan sakit sama sekali!     

Setelah keheningan yang lama, di tengah kebisingan suara orang-orang, Lan Dongzhi mendengar suara Mo Yangyang, "Ayah, ibu...."     

Suara Mo Yangyang sangat kecil dan lemah, seolah-olah bicara pada dirinya sendiri. Namun, suara itu membuat hati Lan Dongzhi tersengat.     

Lan Dongzhi sudah menganggap Mo Yangyang sebagai harapannya. Beberapa hari ini, dirinya melihat Mo Yangyang memiliki keluarga yang lengkap dan mampu menjalani kehidupan kecilnya sendiri. Suasana keluarganya pun sangat sederhana, juga membahagiakan.     

Ia pun berpikir, Mo Yangyang pasti akan sangat bahagia selamanya, bahkan sahabatnya itu membawanya ikut dalam bagiannya.     

Akan tetapi….     

Dunia ini, kenapa terlalu kejam padanya? Hal yang mereka inginkan hanya hidup dengan baik!     

Dokter menggelengkan kepala pada Xie Xize yang tubuhnya sudah berlumuran darah milik Kakek Han. Kemudian, ia membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tetapi Lan Dongzhi tidak bisa mendengarnya.     

Kain putih kemudian menutupi tubuh Kakek Han, dari kaki hingga kepala.     

Sehelai kain putih itu, seolah memisahkan dirinya menuju dunia yang berbeda!     

Polisi berjalan melewati Mo Yangyang sambil membawa mayat. Sekaan melewati tangan dingin Lan Dongzhi yang gemetar, perempuan ini seperti bisa melihat pemandangan di depannya. Tiba-tiba, ia bergerak dan bergegas seperti orang gila.     

Ia memeluk tubuh Kakek Han dan menangis, "Ayah... apa yang akan ayah lakukan? Hari ini ulang tahun ibuku, kita belum merayakan ulang tahunnya bersama. Ayah tidak boleh pergi... ayah tidak boleh pergi kemana-mana!"     

Mo Yangyang menangis dengan putus asa, sambil mengguncang tubuh Kakek Han.     

Polisi yang membawa jasad Kakek Han, sebetulnya sudah terbiasa melihat kejadian hidup dan mati seperti ini. Namun pada saat ini, mereka tidak tega menoleh untuk menyaksikan duka di depannya ini!     

Ada banyak orang di koridor, tetapi tidak ada yang berbicara. Hanya tangisan serak menyedihkan dari mulut Mo Yangyang yang bergema.      

Xie Xize tidak melangkah maju untuk menghiburnya, bahkan tidak meliriknya!     

Karena ia tahu sangat jelas bahwa saat ini, semua kata-kata yang menghibur tidak akan berguna. Hal yang bisa dilakukannya bukanlah menghiburnya dengan tidak berguna, tetapi melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan hidup Nenek Han!     

Jiang Niancheng dan yang lainnya datang. Pemandangan ini membuat napas mereka semua terhentak dan tidak ada yang berani mengatakan sepatah katapun.     

Bahkan Jiang Niancheng yang tidak pernah bisa menutup mulutnya, kini bisa diam seperti batu.      

Polisi ingin membawa Kakek Han itu pergi, tetapi Mo Yangyang masih memeluknya erat-erat dan menolak untuk melepaskannya.     

Lan Dongzhi pun datang untuk menangkap lengan Mo Yangyang sambil berkata, "Yangyang, biarkan Kakek Han pergi. Sekarang biarkan polisi menemukan pembunuhnya dan membalaskan dendam Kakek Han, itu yang terpenting. Yangyang... tenanglah…. kamu masih punya anak, masih punya bibi yang masih hidup...."     

Mo Yangyang sudah tidak bisa menangis lagi. Ia membuka mulutnya, air matanya sederas hujan. Ia perlahan melepaskan tangannya, menyaksikan Kakek Han dibawa pergi.     

Kakek Han adalah lelaki tua biasa yang rendah hati dan jujur. Di pagi hari, orang tua ini selalu menemani istrinya senam di lapangan. Pada sore hari, dia menjemput cucunya. Lalu jika ada waktu senggang, dia akan bermain catur dengan kawan lamanya.      

Orang tua ini hanya ingin memelihara seekor burung Hwamei, tapi Nenek Han melarangnya karena khawatir burung itu akan mengganggu tidur cucunya yang berharga.     

Ya, orang tua ini memiliki hati yang baik dan tidak pernah melakukan hal buruk.     

Jadi, kakeknya ini seharusnya tidak mati seperti ini.     

Xie Xize membuka kotak yang dibawakan oleh rekan-rekannya. Dengan cepat dan lancar, ia mengeluarkan suntikan di dalamnya dan dengan tenang menyuntikkannya ke Nenek Han.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.