Pamanku Kesalahanku

Masih Sehangat Dulu



Masih Sehangat Dulu

0Satu jam kemudian, di taman kanak-kanak, guru terus menatap tiga orang yang mengobrol dengan Latiao     

Sekarang, selama bukan orang lain selain Mo Yangyang dan Xie Xize, ia perlu mewaspadai orang yang mendekati Latiao.     

Latiao berkata kepada Xie Beizhao, "Aku mau memberimu saran."     

Xie Beizhao bertanya "Apa saranmu?"     

Latiao melirik Xie Fengmian, "Jika Keluarga Xie diserahkan kepadanya di masa depan, maka Keluarga Xiemu tidak akan memiliki masa depan."     

Mendengar itu, Xie Fengmian menjadi tak berdaya.      

Xie Beizhao, "Dia juga saudara di Keluarga Xiemu."     

Wajah Latiao tidak berekspresi "Margaku Han!"     

******     

Dua hari kemudian.      

Nenek Han akhirnya bisa keluar. Mo Yangyang mengajak Latiao dan Lan Dongzhi untuk menjemput Nenek Han bersama-sama.     

Sudah lama tidak bertemu, Mo Yangyang ingin melihat Nenek Han secepat mungkin, tetapi dirinya juga takut bertemu dengannya.      

Mo Yangyang tidak tahu cara memberitahu Nenek Han bahwa Kakek Han telah tiada dan tidak akan pernah kembali lagi. Di pagi hari selanjutnya, Kakek Han tidak akan pernah bisa menemaninya senam pagi lagi, juga tidak akan bisa menemaninya belanja lagi.      

Mereka tidak bisa lagi menghadiri pertemuan wali murid-guru untuk cucu kesayangan mereka...     

Memikirkan itu, Mo Yangyang pun tidak tahu Nenek Han bisa menahan pukulan ini atau tidak.     

Sementara Mo Yangyang menunggu dengan cemas, Xie Xize membawa Nenek Han keluar.     

Mo Yangyang bergegas lebih dulu dan berteriak, "Bu…"     

Ketika ia membuka mulutnya, suara Mo Yangyang berisi tangisan penuh gemetaran.     

Xie Xize yang berbaring selama beberapa waktu dan bangun lebih cepat dari Nenek Han saja sudah kehilangan berat badannya. Virus itu sungguh menyiksa tubuh korbannya. Jika Xie Xize saja seperti itu, bagaimana dengan Nenek Han?     

Nenek Han dulu sedikit gemuk dan penuh energi. Siapapun yang melihatnya, akan berkata bahwa Nenek Han bertubuh segar dan memiliki aura yang baik.      

Tapi sekarang….     

Seolah-olah air yang telah menguap sekaligus, sisa tubuhnya seperti segenggam rumput kering.     

Nenek Han sangat kurus, rongga matanya cekung, seolah-olah matanya mau copot. Kulit di wajahnya kendur, rambut di kepala yang awalnya abu-abu, kini semuanya putih.     

Satu-satunya hal yang tidak berubah adalah kedua matanya.     

Pandangannya tetap saja hangat seperti biasanya.     

Nenek Han menggenggam tangan Mo Yangyang, "Gadis bodoh, kenapa kamu menangis, bukankah aku baik-baik saja?"     

Tangan Nenek Han agak dingin. Ia banyak menderita ketika masih muda, sehingga tangannya agak kasar.     

Namun, saat dia digenggam olehnya, Mo Yangyang merasakan bahwa hatinya yang selama ini mengembara tidak tentu arah, akhirnya menemukan perlindungan.     

Mo Yangyang menangis dan berkata, "Maaf, Bu. Aku membuatmu menderita."     

Beberapa hari ini, Mo Yangyang selalu menyalahkan diri sendiri, selalu merasa bahwa dialah yang telah melibatkan kedua orang tua itu ke dalam petaka.     

Kemudian, Latiao berdiri di depan Nenek Han dan memanggil dengan lembut, "Nenek."     

Nenek Han merentangkan tangan untuk memeluknya seperti biasa, "Oh, cucuku, aku belum melihatmu akhir-akhir ini. Kenapa kamu jadi kurus? Lemak di pipimu hilang banyak!"     

Latiao kemudian bersandar pada lengan Nenek Han dengan patuh, "Karena aku merindukan nenek."     

Nenek Han tersenyum dan menyipitkan mata, "Nenek juga, akhir-akhir ini yang paling nenek rindukan adalah kamu, cucu pertamaku, sini cium nenek."     

Melihat sifat Nenek Han masih sama seperti biasanya, Mo Yangyang merasa semakin tidak nyaman. Ia menjadi semakin sulit untuk memberitahu berita kematian Kakek Han.      

Ada sebuah batu keras yang tertancap di hati Mo Yangyang, yang membuatnya sesak napas.      

Xie Xize meletakkan tangan di bahu Mo Yangyang dan menepuknya dengan ringan.     

Setelah Latiao selesai berbicara dengan Nenek Han, Mo Yangyang berkata, "Bu, ayo pulang!"     

Hanya saja, tidak ada satupun dari mereka yang menduga sesuatu.      

Ya, Nenek Han tiba-tiba berkata, "Ayo pergi ke kuburan dulu. Waktu dia dikubur, aku tidak bisa mengantarnya pergi. Sekarang, aku sudah sembuh. Kalau aku tidak segera mengunjunginya, dia nanti marah padaku!"      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.