Pamanku Kesalahanku

Kami Selamanya Mencintaimu



Kami Selamanya Mencintaimu

0Mata anak itu bersih, seolah-olah polos dan tidak tahu apa-apa tentang dunia.     

Walau demikian, hal yang dia tanyakan adalah hal yang paling menakutkan di hatinya.     

Ia pun berdiri di sana. Tatapan matanya yang tidak berdaya membuat seseorang bisa merasa tertekan.     

Nenek Han memeluk Latiao, "Sayangku, mana mungkin nenek bisa rela meninggalkanmu? Nenek masih ingin hidup beberapa tahun lagi, dan masih ingin melihatmu kuliah, melihatmu menikah, melihatmu punya anak!"     

Bagi Nenek Han dan Kakek Han, kedatangan Latiao dan Mo Yangyang mengisi penyesalan terbesar dalam hidup mereka!     

Terutama Latiao, yang menjadi sumber kebahagiaan terbesar bagi mereka berdua di tahun-tahun berikutnya.     

Kakek Han punya arloji saku. Orang tua itu hanya membawanya ketika pergi keluar saja.     

Di dalam arloji saku, ada sebuah foto, yang dulunya adalah foto pernikahannya dengan Nenek Han. Tetapi kemudian, ia mengisinya dengan foto bersama Nenek Han dan Latiao     

Ketika pergi keluar, orang-orang yang ditemuinya akan memuji cucunya!     

Di mata pasangan tua ini, cucu mereka adalah anak terbaik di dunia. Bahkan, Latiao dianggap sangat spesial di mata mereka berdua.     

Latiao mengulurkan tangan kecilnya dan berkata dengan sangat serius, "Nenek, ayo kita mengaitkan jari kita. Nenek berjanji, harus melihatku masuk perguruan tinggi dan melihatku menikah!"     

Wanita tua itu tersenyum dan mengulurkan tangannya, "Oke, nenek akan mengaitkan jari padamu!"     

Mo Yangyang pun memperhatikan interaksi antara seorang nenek dan seorang anak kecil itu saling mengaitkan jari kelingking sebagai simbol perjanjian. Melihat itu, ia menggigit bibirnya dan tidak berani membiarkan dirinya menangis.     

Xie Xize melingkarkan lengan di bahu Mo Yangyang, lalu meletakkan kepalanya di pundaknya.     

Sebelum pergi, Nenek Han menepuk-nepuk batu nisan dengan ringan sambil berkata, "Kakek, aku pergi dulu. Aku hidup lebih lama darimu, sampai cucu pertama kita menikah. Aku tidak akan menyesal, dan aku juga akan mencarimu nanti. Saat kita bertemu nanti, kamu tidak boleh bertengkar denganku karena cemburu!"     

Nenek Han berbicara dengan nada santai, seolah-olah Kakek Han masih hidup!     

Setibanya mereka di tempat tinggal baru, Nenek Han melihat ke rumah besar dan berkata sambil tersenyum, "Aku tidak menyangka bahwa semakin tua, semakin bagus rumah yang kutinggali. Kakek tidak seberuntung aku!"     

Semakin tampak santai, sikap orang tua ini semakin membuat suasana hati semua orang menjadi berat.     

Di malam hari, Mo Yangyang memasak makanan di rumah.     

Saat menyiapkan mangkuk dan sumpit, Mo Yangyang hampir secara naluriah mengeluarkan sepasang mangkuk dan sumpit tambahan.     

******     

Tengah malam, dini hari.     

Dalam tidurnya, Latiao tiba-tiba terbangun. Ia duduk, lalu turun dari tempat tidur dengan kaki telanjang seperti tidur berjalan.      

Ada lampu kecil di ruang tamu. Nenek sedang duduk di sofa sambil melihat-lihat album foto lama!     

Latiao lalu berbalik badan kembali ke kamar. Setelah mengambil selimut kasmir, ia berjalan menghampiri Nenek Han.      

Anak kecil ini pun menyelimuti Nenek Han, lalu naik ke sofa. Ia masuk ke pelukan Nenek Han, dan tidak mengatakan apa-apa.     

Nenek Han tersenyum, sambil memegangi tubuh kecil nan lembut Latiao. Dia kemudian menepuk punggungnya dengan lembut.     

"Bermimpi buruk? Jangan takut, ada nenek di sini, ayo tidur!"     

Latiao masih tidak bicara dan hanya menurutinya.      

Nenek Han berkata dengan lembut, "Nak, kamu harus ingat bahwa orang hidup seperti rumput dan pohon, tidak akan lama. Siapapun yang menemanimu tidak akan menemanimu selamanya. Kakekmu dan aku telah bersama selama 50 tahun, sudah setengah abad dan itu sudah cukup, jadi aku tidak bersedih!"     

"Kamu juga, di masa depan, apapun yang terjadi, kamu harus tegas dan jangan bersusah hati. Dalam hidup, orang-orang di sekitarmu hanya bisa berjalan bersamamu untuk sementara waktu. Di waktu selanjutnya, kamu mungkin harus berjalan sendiri, atau mungkin, akan ada orang lain yang muncul dan menemanimu!"     

Suara teredam Latiao terdengar, "Tapi, aku merindukan kakek!"     

Nenek Han berkata dengan lembut, "Kakek dan nenek sudah semakin tua. Entah dia yang pergi duluan atau aku yang pergi duluan, kami semua mencintaimu dan akan selalu mencintaimu!"     

Setelah suasana di ruang tamu menghening begitu lama, tiba-tiba terdengar suara tangisan serak Latiao.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.