Pamanku Kesalahanku

Dia, Malaikat



Dia, Malaikat

0Mo Yangyang memeluk Latiao dengan sangat erat, lalu memegangi wajah kecilnya dan memeriksanya dengan hati-hati untuk memastikan bahwa Latiao tidak terluka. Kemudian ia berkata, "Sayang, tidak apa-apa, tidak apa-apa ... ayo pulang!"     

Latiao menggelengkan kepala. Melihat tatapan mata mamanya yang tidak berdaya, ia mendengus, "Tunggu sebentar…."     

Pengawal itu berbisik, "Anak-anak ini pada dasarnya diselamatkan oleh tuan muda. Jika bukan karena tuan muda, akan lebih banyak anak yang mati. Tuan muda mungkin ingin menunggu orang tua mereka datang untuk menjemput mereka."     

Kejadian ini sangat mengerikan. Jumlah korban saat ini adalah 4 anak dan seorang guru telah meninggal, 6 anak dan seorang guru lainnya juga terluka. Korban terluka saat ini berada di ICU.      

Walaupun pengemudi yang menjadi pelaku itu sudah mati, tapi dampak dari masalah ini tidaklah sepele.     

Mo Yangyang membelai wajah Latiao, lalu berkata, "Mama akan menemanimu menunggu."     

Xie Xize berkata dengan suara rendah pada Mo Yangyang, "Aku mau keluar sebentar. Kamu di sini saja menemani Latiao. Aku akan segera kembali."     

Mo Yangyang mengangguk, "Oke."     

Setelah Xie Xize pergi, tidak lama kemudian polisi datang.      

Mo Yangyang juga kenal dengan orang yang datang bersama polisi itu, yakni Zhou Mingye.      

Zhou Mingye bertanya kepada Latiao, "Katakan pada paman, saat jam pelajaran, kenapa kalian di luar?"     

Latiao berkata dengan tenang, "Saat itu kami sedang pelajaran melukis. Bu guru mengajari kami menggambar daun maple, tetapi ketika beberapa anak tidak bisa menggambarnya, bu guru membawa kami ke taman kecil untuk memetik daun maple. Bu guru juga bilang bahwa jika kita melihat daun maple secara langsung, kita akan tahu cara menggambarnya. Ketika aku kembali, aku melihat mobil itu datang."     

Latiao menceritakannya dengan sangat rinci. Sebab dan akibat yang diceritakannya sangat logis.      

Zhou Mingye diam-diam mengangguk. Anak ini memang berbakat dan cerdas. Bahkan di saat seperti ini, ia masih bisa bersikap begitu tenang.      

Zhou Mingye sudah menyaksikan rekaman CCTV di pintu gerbang TK.      

Saat itu, mobil melaju sangat ugal-ugalan. Ketika mobil itu datang ke TK, Latiao sepertinya langsung memperhatikan sesuatu yang salah pada mobil itu, dan langsung membawa teman-temannya ke tempat yang aman.     

Tapi, anak yang larinya lambat, tertabrak mobil itu.      

Zhou Mingye mengulurkan tangan membelai kepala Latiao. Dalam hatinya seketika berkata, 'Anak ini memang malaikat.'     

Namun, ada satu hal yang perlu Zhou Mingye tanyakan.      

Saat pengemudi mobil yang diduga dalam pengaruh narkoba itu menghentikan mobilnya setelah menabrak tiang lampu di sisi jalan.     

Kemudian ia keluar sambil membawa pisau di tangan. Ia menebas orang yang lewat.     

Saat ia berlari ke arah anak yang bersembunyi, Latiao tiba-tiba muncul dan berbicara dengan pengemudi yang dalam pengaruh narkoba itu selama hampir satu menit.     

Pengemudi itu awalnya bertingkah sangat gila, tetapi dengan cepat menjadi tenang, dan akhirnya... bunuh diri dengan pisau yang dibawa sendiri dengan cara menggorok lehernya sendiri.      

Piksel kamera CCTV yang dipasang tidak terlalu tinggi, juga tidak bisa merekam suara, jadi polisi tidak tahu isi pembicaraan Latiao dengan pengemudi itu.      

Akan tetapi, saat mengambil pisau hingga menggorok leher, pengemudi itu melakukannya dengan sangat rapi, tanpa keraguan sedikitpun.      

Melihat itu, semua orang merasa terkejut, juga… merasa ada ketakutan yang tidak bisa dijelaskan, membuat punggungnya terasa dingin.      

Zhou Mingye bertanya pada Latiao, "Latiao, bisakah kamu mengatakan pada paman? Setelah pengemudi itu turun dari mobil, dia mengambil pisau dan berlari ke kalian, lalu kamu muncul… Apa yang kamu katakan padanya? Maukah kamu memberi tahu paman?"     

Mendengar itu, Mo Yangyang seketika melebarkan matanya, lalu mencengkram tangan Latiao, "Apa kamu gila? Kenapa kamu malah menemuinya?"     

Latiao mengedipkan mata, ekspresi wajahnya sangat polos, "Aku hanya bertanya padanya, dia sudah makan siang atau belum? Lalu aku bilang bahwa masakan mamaku enak, dan aku bisa mengundangnya makan nanti…."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.