Pamanku Kesalahanku

Oke, Aku Berjanji Padamu!



Oke, Aku Berjanji Padamu!

0Latiao muncul dari belakang Mo Yangyang dan berkata, "Mama, aku baik-baik saja."     

Ia juga menambahkan, "Aku ingat semua yang dikatakannya. Dia hanya bicara itu saja, dan aku sudah memberitahu semuanya pada kalian tanpa menutupi apapun. Kalau kalian ada waktu, selidiki orang yang berhubungan dengannya, misalnya, orang yang dia temui hari ini."     

Zhou Mingye dan rekannya saling memandang. Ada getaran di antara mata mereka.      

Mereka memang akan menyelidiki hal yang dikatakan Latiao, bahkan ada rekan lain yang sudah menyelidikinya.      

Akan tetapi, terlalu mengejutkan bagi mereka mendengar hal semacam ini dari mulut seorang anak!     

Zhou Mingye mengulurkan tangan pada Latiao, "Han Weilan, terima kasih."     

Latiao juga mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Zhou Mingye.      

"Sama-sama."     

Sikap Zhou Mingye terhadap Latiao seperti menghadapi sesama orang dewasa, sesama lelaki dewasa!     

Dua polisi wanita datang untuk menghibur anak-anak lain dan menanyakan beberapa pertanyaan lain selama menghibur.      

Kemudian, para orang tua dari anak-anak itu mulai berdatangan ke kamar pasien ini. Mereka satu demi satu datang menjemput anak mereka.      

Setelah semua orang meninggalkan tempat, Mo Yangyang berjongkok memandang Latiao.      

"Mama sangat gembira, anak mama yang berharga ini begitu hebat, hebatnya… sampai melampaui imajinasi mama."     

"Kamu adalah kebanggaan terbesar mama dalam hidup ini."      

Latiao menanggapi, "Oh, kukira kebanggan mama itu Xie Xize."     

Mo Yangyang menggelengkan kepala, "Tidak, hanya kamu, kamu selamanya…. dia itu… pencapaian terbesar mama dalam hidup ini. Seperti saat bermain game, mama sanggup melewati hal tersulit baru mendapatkannya, mengerti?"     

Latiao mengangguk "Mengerti."     

Mo Yangyang mengulurkan tangan untuk merapikan pakaian Latiao. Senyum di wajahnya berangsur-angsur menjadi sedikit lebih serius, lalu berkata, "Ucapan mama barusan, kamu boleh tidak terlalu mengingatnya. Namun ucapan mama selanjutnya ini, mama ingin kamu mendengarnya dengan jelas. Selain itu, mengingatnya baik-baik!"     

Latiao mengangguk!     

Mo Yangyang pun lanjut berkata, "Walaupun di kejadian hari ini banyak orang yang bilang kamu adalah pahlawan kecil, banyak sekali orang yang memujimu, dan mungkin kamu juga bisa mendapatkan penghargaan, tapi…"     

"Dengan kata-kata yang sangat egois, mama berharap, jika ada bahaya lagi, bahkan sebelum menyelamatkan orang lain, kamu harus memastikan bahwa dirimu aman dan baik-baik saja. Jika demi menyelamatkan orang lain kamu malah membahayakan dirimu, maka mama berharap kamu harus mempertimbangkannya matang-matang."     

Mo Yangyang tahu bahwa pemikiran itu sebenarnya cukup egois, tetapi... dia tetap saja adalah perempuan biasa. Ia bisa juga memiliki hati yang baik dan bersedia membantu orang lain.     

Namun di sisi lain, ia berharap, saat menyelamatkan orang lain, dirinya juga jangan sampai membahayakan diri sendiri.      

Terutama pada anaknya. Ia tidak berharap, dalam pujian dan kemuliaan yang didapat Latiao, anak itu akan menumbuh rasa rela mengorbankan diri demi menyelamatkan orang lain tanpa peduli keselamatan diri sendiri di dalam hatinya.      

Walau demikian, orang-orang yang bisa mengorbankan diri mereka memang benar-benar hebat, teramat hebat.      

Mo Yangyang sangat menghormati orang-orang itu.     

Namun… dirinya juga adalah perempuan berhati egois, yang tidak memiliki apa-apa, juga tidak punya cita-cita yang hebat. Ia hanya ingin bisa menjalani kehidupan yang damai dengan keluarga kecilnya.     

Mo Yangyang tidak ingin Latiao menjadi orang yang terlalu besar dan terlalu hebat.      

Ia hanya berharap Latiao punya hati yang baik, dan menjadi orang yang baik.     

Namun, yang lebih diharapkannya adalah, Latiao bisa hidup damai!     

Latiao mengulurkan tangan kecilnya, menepuk-nepuk bahu mamanya, "Tenang saja, Mama. Aku tidak akan melakukan apapun yang tidak membuatku yakin untuk melakukannya. Selama itu keputusanku, aku akan baik-baik saja!"     

Mo Yangyang tersenyum dan berkata, "Harapan terbesar mama padamu adalah kamu menjalani kehidupan yang damai, bebas dari kekhawatiran, dan aman selamanya!"     

Latiao tiba-tiba merasa ingin mengeluarkan air mata.      

"Oke, aku berjanji akan melakukannya."     

Di kehidupan sebelumnya, Latiao tidak melakukannya.      

Di kehidupan ini, ia harus mewujudkan harapan ibunya itu.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.