Pamanku Kesalahanku

Menurutmu, Apakah Mimpi Bisa Jadi Kenyataan?



Menurutmu, Apakah Mimpi Bisa Jadi Kenyataan?

0Suara Latiao datang dari luar, "Mama, aku lapar...."     

Mo Yangyang tiba-tiba mendorong Xie Xize menjauh, "Oh… iya… mama akan bangun dan membuatkanmu sarapan…."     

Mo Yangyang merapikan piyamanya dan meminta maaf kepada Xie Xize, "Paman Kelima, lihatlah! Latiao sudah bangun, aku akan memasak untuknya dengan cepat. Kalau… kalau kamu masih ngantuk, tidurlah lagi sebentar, nanti kupanggil saat makanannya sudah siap."     

Xie Xize melihat sosok Mo Yangyang yang sepertinya ingin melarikan diri. Tatapan matanya sedikit rumit, ia seketika menghentikannya, "Yangyang...."     

Mo Yangyang berhenti "Ada apa, Paman Kelima?"     

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin makan pancake daun bawang." Xie Xize mengubah pertanyaan yang sebenarnya ingin ditanyakan.      

Mo Yangyang menunjukkan senyum hangat, "Oke, aku akan membuatnya untukmu sebentar lagi, kamu bisa tidur lagi."     

Senyumnya masih begitu bersih dan cerah. Matanya berbinar, seolah ada bintang di dalamnya.      

Xie Xize mengangguk, "Baguslah!"     

Mo Yangyang membuka pintu dan melihat bahwa Latiao sudah berpakaian rapi. Anak itu berdiri di luar pintu sambil meletakkan tangan kecilnya di belakang punggung. Ekspresi wajahnya sangat serius.      

Mo Yangyang membungkuk dan mencubit wajah kecilnya, "Ada apa? Kenapa pagi-pagi wajahmu sudah serius begitu?"     

Latiao berkata dengan kaget, "Ma… ada raja yang tidak mau bangun pagi gara-gara selir Yang!" Ya, anak ini sedang menyindir ibunya yang tidak cepat-cepat masak karena sudah ada seorang pria tidur bersamanya.     

Mo Yangyang terdiam….     

Ini… apa hubungannya dengan itu?     

Ia mengulurkan tangan dan menutup pintu kamar, "Sayang, apa yang kamu bicarakan? Ibumu bukan raja, dan tidak ada selir Yang di keluarga kita. Siapa raja yang kamu maksud enggan bangun pagi-pagi itu?"     

Nenek Han tampak baru kembali dari jalan-jalan di luar, baru saja mendengar percakapan ini ketika baru saja memasuki pintu. Ia pun ikut menimpali, "Di keluarga kami memang tidak ada selir Yang, tapi ada Doktor Xie kan?"     

Wajah Mo Yangyang memerah lagi, "Ibu, ibu… ibu bicara apa? Latiao masih kecil…."     

Nenek Han berjalan menghampiri sambil tersenyum, "Aku tidak bicara apa-apa?"     

Mo Yangyang tersipu, lalu menggosok kepala Latiao, "Aku... aku tidak menghiraukan kalian, aku mau membuatkan sarapan…."     

Nenek Han itu mengulurkan tangan untuk memegang tangan kecil Latiao, lalu berkata, "Mungkin, kamu akan segera punya adik."     

Latiao mengerutkan mulut, "Aku tidak terlalu menginginkannya untuk saat ini."     

Hati Latiao belum sepenuhnya pulih dari perasaan bahwa ibu kesayangannya direbut orang lain.     

Karena itu, ia tidak ingin ada anak kecil lain yang merebut mamanya!     

Latiao duduk di ruang tamu, sedang membacakan satu halaman koran untuk Nenek Han di dekatnya.     

Kemudian ia mengambil gawai tabletnya, melihat sekilas kondisi harga penutupan pasar saham kemarin. Setelah itu, ia baru menyelinap ke dapur.      

Hal yang ditemukannya adalah, Mo Yangyang sedang melamun.      

Pancake daun bawang sedang digoreng dalam wajan, bubur millet dan labu dimasak di sebelahnya. Seluruh ruangan dapur tercium dengan aroma makanan.     

Latiao berjalan ke sisi Mo Yangyang dan menarik celemeknya, tetapi ibunya tidak merespon.      

Latiao memanggil, "Mama...."     

Mo Yangyang masih tidak menanggapi. Latiao pun menariknya lagi sambil berkata, "Ma… apa yang sedang Mama pikirkan? Pancake daun bawangnya mau gosong…."     

"Hah… gosong? Baru saat itulah Mo Yangyang sadar kembali, dan buru-buru mengambil spatula dan membalik pancake itu.      

Setelah membaliknya, ia melihat bahwa pancake daun bawang berwarna masih berwarna keemasan dan mengeluarkan aroma wangi. Kemudian ia bilang, "Mana yang gosong? Kamu membohongi mama. Pergilah, bilang pada nenek sarapannya sebentar lagi siap. Oh, sekalian panggil paman kelima juga!"     

Latiao tidak bergerak dan bertanya, "Ma, apa yang kamu pikirkan?"     

Mo Yangyang tidak memandangnya dan berkata, "Tidak... ehm…"     

Latiao mengerutkan kening, "Mama tidak pintar berbohong."     

Mo Yangyang terdiam beberapa saat, lalu bertanya, "Latiao... menurutmu... apakah mimpi, bisa jadi kenyataan?"     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.