Menjadi Istri Sang Bintang Film

Putra yang Nakal



Putra yang Nakal

0Hanya mendengarkan putranya menghitung satu per satu, Jiang Tingxu merasa kepalanya sakit.     

Anak itu belum genap berusia empat tahun, tapi kenapa harus ikut begitu banyak kursus?     

"Siapa yang memesankan kursus untukmu?"     

"Heh, siapa lagi kalau bukan ayah? Jiang Tingxu. Ning Ning benar-benar tidak ingin menghadiri kelas. Apa aku boleh tidak hadir?"     

Mo Zhining menatap Jiang Tingxu dengan penuh harap dan mata memelas.     

Jiang Tingxu mulai mengerutkan kening karena bimbang. Dia bukan bimbang dengan hal lain, tapi jika dia ingin membicarakan masalah ini, maka dia harus menghubungi pria itu.     

Namun, ini demi putranya ....     

"Ini ponselku, kamu sendiri yang bicara kepadanya, oke?"     

"Baiklah!"     

Si kecil pun setuju dengan senang hati.     

Jiang Tingxu dengan berat hati mengeluarkan nomor seseorang dari daftar blokir. Setelah memencet tombol menghubungi, dia memberikan ponselnya kepada putranya yang ada di depannya.     

Panggilan itu dijawab dengan sangat cepat, sepertinya tidak lebih dari dua detik, ya?     

"Ada apa?"     

Inilah nada bicaranya, masih dingin seperti biasa.     

Tapi, ibu dan anak ini tidak bisa melihat ekspresi pria yang bicara di sana.     

Ponsel itu berdering saat Mo Boyuan sedang duduk di ruang VIP bandara, dia berdiri sampai kursinya terdorong ke belakang, seluruh tubuhnya terlihat gugup dan terkejut.     

Biasanya raja film Mo tidak pernah gugup saat menghadapi ribuan penggemar atau bahkan ketika pertama kali bertemu dengan presiden negara M.     

Tapi sekarang hanya karena panggilan telepon saja raja film Mo jadi sangat gelisah!     

Suara berikutnya yang ia dengar benar-benar membuatnya terkejut, suara yang ia dengar di telepon bukanlah orang yang selalu berada di pikirannya.     

"Ayah!"     

Begitu suara anak itu terdengar, alis Mo Boyuan melonjak beberapa kali dengan tak terkendali.     

"Mo Zhining?"     

"Ayah, ini aku."     

Ada apa ini...     

"Ada apa?" Tanya Mo Boyuan     

"Ayah, Ning Ning tidak mau ikut kelas."     

"Kenapa?"     

"Apa masih perlu alasan?" Si kecil ini memiringkan kepalanya, wajahnya penuh dengan kecurigaan menatap Jiang Tingxu.     

Begitu mendapat tatapan pertolongan dari putranya, Jiang Tingxu menghela napas dalam-dalam, kemudian berbisik kepada putranya.     

"Loudspeaker."     

Si kecil yang pintar ini pun mengerti, kemudian menekan tombol loudspeaker.     

Saat ini, pria di ujung telepon berbicara lagi.     

"Mo Zhining, tidak peduli kamu ingin atau tidak ingin melakukan apa pun, itu bukannya tidak boleh, tetapi kamu harus punya alasan untuk meyakinkan orang lain!"     

"Kamu tidak bisa begitu saja mengatakan tidak ingin"     

"Aku akan memberimu tiga detik lagi. Jika kamu tidak dapat menemukan alasan untuk meyakinkanku, tidak perlu mengatakannya lagi."     

Jangankan Xiao Ning Ning, bahkan Jiang Tingxu saja tidak akan punya waktu untuk bereaksi.     

Memangnya waktu tiga detik cukup untuk berpikir?     

Terlebih lagi alasannya harus tepat, memangnya dengan waktu sesingkat itu bisa membuat alasan yang mampu meyakinkan orang?     

Ini namanya sengaja mempersulit!     

Tapi, sebenarnya tidak ada yang salah dengan kata-kata itu. Meskipun terdengar seperti sangat mendasar, nyatanya pun sering digunakan.     

Si kecil itu membuka mulutnya sambil beberapa kali mengedipkan mata.     

Waktu tiga detik sangat cepat berlalu. Mo Boyuan benar-benar tidak berniat untuk melanjutkan.     

"Karena kamu tidak bisa memikirkan alasan, jadilah penurut dan hadiri kelas itu..." Tata-katanya terhenti karena terkejut oleh jawaban dari si kecil.     

"Ayah, Jiang Tingxu saja setuju!"     

Ucapan anak ini begitu percaya diri dan lugas.     

Pfffttt~     

Apa yang dikatakan putranya membuat Jiang Tingxu sangat kaget, sampai hampir menyemburkan ludahnya.     

"Memangnya aku setuju?"     

"Padahal aku hanya menyuruh anak ini bicara baik-baik dengan ayahnya."     

Mo Boyuan terdiam di sana.     

"Berikan telepon pada ibumu."     

"Oh, oke. Jiang Tingxu, jawab teleponnya."     

"Eh, ini...."     

Sudah terlambat untuk menolak. Si kecil meletakkan ponsel di tangan Jiang Tingxu, selain itu loudspeaker masih dihidupkan!     

Benar saja, pria itu langsung bertanya.     

"Apa kamu setuju dia tidak menghadiri kelas?"     

"Bukan, tidak begitu, aku tidak bilang setuju dia tidak menghadiri kelas, hanya saja ...." Jiang Tingxu mulai bicara dengan tergesa-gesa. Dia tidak tahu dirinya akan ditipu oleh putranya sendiri?     

Sedangkan di ruang VIP sana, Mo Boyuan menunjukkan senyumnya yang jarang terlihat.     

"Baiklah, aku mengerti. Untuk masalah ini tunggu aku pulang, kita bicarakan lagi. Tidak perlu dibicarakan sekarang."     

Ehem.     

Setelah panggilan telepon berakhir, ibu dan anak itu saling menatap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.