Menjadi Istri Sang Bintang Film

Menipumu Tidak Memberiku Permen



Menipumu Tidak Memberiku Permen

0Dua jam bukanlah waktu yang lama.     

Jiang Tingxu membuka email, lalu bersiap menulis tesis. "Mau bagaimana lagi, meski masih ada waktu sebulan untuk lulus, selama kamu mahasiswa, kamu harus menulis."     

Namun, duduk di toko 4S sambil menulis tesis ....     

"Hah, apa-apaan ini?"     

Jiang Tingxu waktu itu sedang duduk di bar, tapi ia bisa berkonsentrasi melafalkan kata-kata.     

Hingga kini, cerita ini masih beredar luas di kalangannya. Mungkin, ini adalah perbedaan besar antara pelajar yang rajin dan pelajar buruk!     

...     

Jiang Hao berada di lantai atas, dia sedang menerima telepon dari temannya.     

"Oh, apa perlu begitu khawatir? Jarang sekali, Lao Pei. Kamu bukan orang tua yang merindukan musim semi, kan?"     

Pei Rusi pun mengendus di telepon menanggapi ejekan Jiang Hao yang disengaja.     

"Apa kepalamu bocor?" Kata Pei Rusi, "Kalau tidak bocor, kenapa bisa kemasukan air sampai membuat Jiang Hao berpikiran aneh?"     

"Sialan itu, Pei Rusi, bisa tidak jangan bersikap menjijikkan? Cih, beraninya kamu bilang tidak punya perasaan kepada orang itu? Memangnya aku tidak mengenalmu?"     

"Lalu menurutmu? Apa aku harus menjadi pihak ketiga?"     

"Pei Rusi menjadi pihak ketiga?" Begitu terpikirkan kemungkinan ini, Jiang Hao menggelengkan kepalanya tanpa sadar!     

"Tidak mungkin Lao Pei menjadi pihak ketiga!"     

Uhuk!     

"Baiklah, aku hanya khawatir. Sepertinya kamu tahu Dokter Jiang sudah menikah. Jadi sekarang tidak ada masalah."     

Karena Lao Pei tahu segala yang ada dalam pikirannya, Jiang Hao pun tidak mengkhawatirkan apa pun seperti sebelumnya.     

"Bagaimana pemesanan mobilnya?"     

Jiang Hao berdecak sebentar sebelum mulai berbicara, "Aku belum pernah melihat pelanggan yang begitu mudah dan praktis selama bertahun-tahun. Lao Pei, apa memiliki rekan kerja di departemen yang seperti Dokter Jiang lagi? Kalau memang ada, perkenalkan semuanya padaku."     

Sepertinya Jiang Hao benar-benar sakit hati dengan pelanggan-pelanggan sebelum ini karena mereka terlalu banyak meminta.     

"Aku tidak tahu, aku tidak terlalu akrab."     

Apa yang dikatakan Pei Rusi ini memang benar. Dia tidak akrab dengan orang lain di departemen, kecuali dengan Direktur rumah sakit, dia hanya akrab dengan beberapa dokter pria yang ikut operasinya.     

"Dokter Jiang berada di area pertama, sedangkan area pertama adalah kawasan milik direktur, bukan wakil direktur, jadi aku benar-benar tidak akrab dengan yang lain."     

"Lalu bagaimana dengan Dokter Jiang?" Tanya Jiang Hao     

"Bertemu di jalan."     

Jiang Hao terkekeh dua kali.     

"Memangnya aku bisa percaya begitu saja padamu, tapi jangan khawatir, mobilnya sudah dipesan. Dokter Jiang maunya cepat, sekarang sedang melalui formalitas."     

Pei Rusi meluangkan waktu untuk menelepon hanya untuk bertanya. Karena semuanya sudah dipesan, tentu saja tidak ada yang lain.     

"Baiklah, aku tutup, aku sudah masuk ke ruang operasi."     

"Hati-hati."     

Pekerjaan sebagai dokter yang melakukan operasi memiliki resiko yang sangat tinggi. Jika pasien memiliki kondisi khusus, maka nyawa pasien itu ada di tangan dokter yang mengoperasinya.     

Pei Ruis sudah sangat sering mengalami kejadian ini. Oleh karena itu, Pei Rusi sangat berhati-hati saat melakukan operasi kepada setiap orang.     

Di lantai bawah, Jiang Tingxu menghabiskan hampir satu jam untuk menulis tesisnya lalu mengirimkannya ke email milik dosennya.     

Jiang Tingxu menggerakkan tangannya yang kaku, memejamkan mata dan beristirahat selama sekitar setengah menit.     

Setelah melihat bahwa masih ada satu jam lagi, dia mulai menghela napas panjang.     

Kenapa masih lama?     

Kemudian ponsel yang baru saja dia letakkan di atas meja pun berdering.     

Begitu melihat deretan angka itu, Jiang Tingxu dengan cepat mengangkatnya, "Ning Ning?"     

"Jiang Tingxu, ini sudah jam lima."     

"Ya, aku tahu."     

Anak ini sudah menunggunya.     

Benar saja, si kecil itu mendengus di sana.     

"Bisakah kamu kembali lebih awal?" tanya si kecil.     

Sebenarnya Jiang Tingxu sendiri tidak ingin berada di pesta ulang tahun itu untuk waktu yang lama. Dia lebih memilih untuk pulang saja dan menemani putranya.     

"Boleh!" Jawab Jiang Tingxu.     

Begitu mendengar jawaban Jiang Tingxu, si kecil di seberang sana terdengar senang.     

"Sungguh?"     

"Ya, buat apa aku berbohong padamu? Kamu bahkan tidak memberiku permen."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.