Menjadi Istri Sang Bintang Film

Ning Ning Alergi Mangga



Ning Ning Alergi Mangga

0Wajah Jiang Tingxu terlihat tegang selama beberapa detik, dan kemudian dia menariknya sedikit.     

Apa maksudnya terlihat lebih baik dari sebelumnya?     

Apa mungkin, Jiang Tingxu yang dulu tidak memiliki penglihatan?     

"Kalau begitu... setidaknya itulah Jiang Tingxu yang ada di hati putranmu saat ini!"     

Apalagi, ada banyak hal yang tak terlihat. Hanya saja tidak mudah untuk mengatakannya secara terus terang. Kalau tidak, terlalu sulit bagi Jiang Tingxu untuk menjadi seorang ibu.     

"Ning Ning~" Lebih baik tidak menjelaskannya dengan terus terang.     

"Apa?" tanya si kecil.     

Jiang Tingxu pun berdeham dua kali.     

"Bisakah kamu memberi contoh pada Ibu?"     

Mungkin karena dia adalah tipikal orang yang jika ingin sebuah penjelasan, harus dijelaskan dengan sejelas mungkin!     

Si kecil tiba-tiba menjadi pucat dan tampak terdiam. Terutama melihat mata ibunya, itu lebih seperti konfirmasi ulang, apakah orang bodoh ini benar-benar ibunya?     

Jiang Tingxu bukannya tidak melihat mata putranya yang sangat menghina, ia pun hanya tersenyum.     

Oh.     

"Ya, karena kamu bersikeras untuk mendengarkan, kalau begitu Ning Ning sebaiknya membicarakannya."     

"Ya, ya, katakan saja."     

Si kecil berbicara dengan tangan di punggung, Jiang Tingxu merasa seperti sedang mendengarkan sang guru yang bicara padanya.     

"Di satu pesta, Ning Ning sudah bilang tidak mau makan mangga, tapi kamu malah tidak memahaminya. Kamu bersikeras memaksa Ning Ning makan mangga, tapi Ning Ning tidak mau, kamu malah memelototi Ning Ning. Akhirnya, Ayah datang dan Ning Ning lari padanya."     

Setelah mendengarkan ucapan putranya, Jiang Tingxu tidak dapat mengingat pesta mana yang sedang dibicarakan putranya.     

"Eh... apa kamu tidak suka mangga?"     

Saat Jiang Tingxu melihat si kecil menutup mulutnya rapat-rapat, pipinya juga menggembung dengan tatapan seperti bos besar.     

"Apa kamu tidak tahu? Ning Ning bukan tidak menyukainya. Ning Ning alergi Mangga!"     

Akhirnya, kedua tangan si kecil memegang erat dadanya yang berfluktuasi beberapa kali, si kecil terlihat sangat marah.     

Sebenarnya, Jiang Tingxu juga menatap dengan sedikit konyol.     

Jiang Tingxu benar-benar tidak tahu apa-apa tentang alergi mangga anaknya kalau anaknya tidak mengatakannya sekarang.     

Bahkan jika Jiang Tingxu tidak tahu, setelah mendengar ucapan Ning Ning, ternyata dirinya malah memaksa anaknya yang alergi mangga untuk makan mangga?     

Tuhan, apakah waktu itu kepala Jiang Tingxu terisi penuh dengan air?     

Jiang Tingxu tahu apa itu alergi dan apa konsekuensinya.     

Tidak heran si kecil bisa mengeluh tentang Jiang Tingxu yang tidak becus sebagai seorang ibu.     

Putranya memang tidak salah bicara, Jiang Tingxu memang tidak memiliki penglihatan.     

Tidak, tapi bodoh.     

"Ning Ning, maafkan aku, maafkan Ibu, ya."     

"Eh...."     

Si kecil sedikit bingung. Tubuhnya yang tadi tegang karena marah pun jadi sedikit tenang, setelah berhenti sejenak, dia baru berkata.     

"Jiang Tingxu, kamu tidak perlu minta maaf. Ning Ning tidak marah, tapi kedepannya kamu harus ingat!"     

Bagaimanapun, Ning Ning masih anak-anak. Bagaimana bisa anak-anak sungguh membenci ibunya sendiri?     

Lebih dari itu, si kecil hanya kecewa.     

Tapi sekarang Jiang Tingxu telah berubah, dia lebih menyukai Ning Ning daripada Jiang Tingxu sebelumnya, dia juga menggendong dan mencium Ning Ning, dia akan membeli makanan untuk Ning Ning. Ya, dan juga selalu mendengarkan kata-kata Ning Ning.     

Oleh karena itu, kekecewaan yang dulu pun hilang sekaligus.     

Si kecil hanya berharap Jiang Tingxu sepanjang waktu seperti ini dan tidak berubah kembali!     

Ini adalah perasaan paling nyata di hati Ning Ning!     

Jiang Tingxu mengelus kepala kecil putranya. "Ya, Ibu sudah ingat, jadi ke depannya Ibu tidak akan memaksamu untuk melakukan apapun yang tidak kamu sukai!"     

"Baiklah, ayo pergi ke sana. Ada banyak orang!"     

Perhatian si kecil sudah teralihkan oleh lampu warna-warni di jajanan jalanan, tempat itu sangat ramai dan penuh dengan segala macam jajanan, benar-benar membuat hati ingin segera ke sana.     

"Harus pegang Ibu erat-erat, mengerti? Kalau tidak, nanti kamu bisa terjepit dan tersesat."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.