Menjadi Istri Sang Bintang Film

Ning-Ning Kepedasan



Ning-Ning Kepedasan

0Porsi kecil mie dengan tambahan udang itu tidak banyak, porsinya hanya untuk mengganjal perut. Ibu dan anak itu dengan cepat memakan mie itu sampai habis.     

Jiang Tingxu mengambil salah satu sarung tangan sekali pakai, lalu memakainya dan mulai mengupas udang.     

"Coba pedas atau tidak?"     

Setelah selesai mengupas udang, Jiang Tingxu memberikan udang itu kepada anaknya di sebelahnya.     

"Ya, terima kasih."     

"Baiklah, sama-sama."     

Si kecil mengambil udang kupas dengan sendok dan perlahan-lahan memasukkan ke mulutnya, mungkin karena masih takut dengan rasa pedas, dia menggigitnya dengan hati-hati, setelah mencoba, dia merasa udang ini sesuai dengan seleranya.     

"Uh, enak, pedas, pedas."     

Makanan semacam ini tidak bisa dimakan di Keluarga Mo.     

Dalam piring itu ada sekitar dua puluh ekor udang. Jiang Tingxu hanya berani mengupas tiga untuk putranya, jika tidak nanti putranya bisa kekenyangan!     

Ternyata, baru makan tiga sudah membuat si kecil mengeluarkan ingus karena kepedasan.     

"Minum yogurt ini."     

"Ya, Ning Ning kepedasan!"     

"Pfft, bukankah tadi kamu sendiri yang ingin coba makan?"     

"Sekarang bilang pedas?"     

Ehem.     

Meski sudah tahu pedas, tapi makanan itu sudah ada di depan mata, jadi tidak ada yang bisa menolak, bukan?     

Setelah itu Jiang Tingxu mulai mencoba, ternyata memang udang ini pedas.     

"Srup~"     

"Srup~"     

Sangat pedas, tapi... sangat enak!     

Rasa ini sudah terlalu lama dirasakan bagi Jiang Tingxu.     

Ibu dan anak itu puas dengan makanan mereka, dahi mereka dipenuhi keringat, mungkin karena makanan mereka terlalu pedas.     

"Apa lain kali mau datang ke sini lagi?"     

"Datang lagi, aku belum makan kaki babi panggang."     

Si kecil masih saja mengingat kaki babi panggang.     

Setelah istirahat sejenak, Jiang Tingxu pun membayar makanan dan bersiap untuk pulang.     

Lagi pula, Jiang Tingxu besok harus bangun dan pergi bekerja pagi-pagi sekali. Sedangkan sekarang sudah lebih dari jam sembilan, setidaknya nanti setelah mandi sudah pukul sebelas lebih.     

"Ayo pergi, Ning Ning."     

"Ya."     

Setelah mereka selesai makan, ternyata tempat itu masih dipenuhi begitu banyak orang yang belum membubarkan diri.     

Jiang Tingxu dan putranya berjalan menuju tempat mereka memarkir mobil. Mereka sengaja berjalan dengan perlahan supaya makanan di perut mereka cepat dicerna.     

Tiba-tiba dari kejauhan terlihat banyak orang berkerumun dan yang lainnya berteriak keras.     

"Seseorang pingsan, dokter. Apa ada dokter di sini? Cepat tolong orang ini!"     

"Pingsan?" Sebagai seorang dokter, naluri Jiang Tingxu tidak bisa membiarkan hal itu lewat begitu saja.     

"Ning Ning, Ibu akan menggendongmu."     

"Tidak, aku lebih suka pergi sendiri. Jiang Tingxu, cepat pergi!"     

Tentu saja Jiang Tingxu tidak bisa meninggalkan putranya begitu saja.     

"Dengarkan Ibu."     

Jiang Tingxu sama sekali tidak menunggu putranya merespons, dia langsung menggendong si kecil dan berlari ke arah kerumunan.     

Si kecil juga tahu bahwa situasi saat ini sangat serius, jadi dia hanya diam ketika di gendongan oleh Jiang Tingxu.     

Ketika sampai di lokasi, ada terlalu banyak orang yang berkerumun, bahkan sampai tiga baris.     

Jiang Tingxu menyuruh orang-orang itu minggir, tapi tidak ada yang menanggapi.     

Akhirnya, Jiang Tingxu meraih seorang pemuda jangkung di depannya dan bertanya.     

"Halo, saya seorang dokter. Bagaimana keadaan orang di sana?"     

Pemuda ini sepertinya memiliki tinggi 190 cm. Dengan postur tubuh seperti itu dia bisa melihat situasi di depan dengan jelas, bahkan ketika dia berada di ujung belakang     

"Apa kamu benar-benar seorang dokter?"     

Jiang Tingxu mengangguk. "Ya, saya seorang dokter di unit gawat darurat rumah sakit pertama Kota Yuncheng!"     

"Pria itu sepertinya pingsan begitu saja tanpa alasan."     

Jiang Tingxu mengerutkan kening ketika mendengar orang itu pingsan tanpa alasan, dan kemudian mendorong putranya ke dalam pelukan pemuda ini.     

"Bantu aku menjaga anakku."     

Si kecil tentu saja terkejut.     

Siapapun pasti khawatir jika tiba-tiba ada orang yang memberikan anaknya kepada mereka, tapi pemuda itu tidak bereaksi terlalu lambat. Begitu melihat sosok Jiang Tingxu yang menerobos kerumunan, dia pun langsung menggendong si kecil dengan erat sambil berteriak.     

"Minggir kalian semua yang ada di depan. Ada dokter di sini. Cepat minggir, jangan hentikan dokter untuk menyelamatkan orang!"     

Shhh!     

Dengan teriakan pemuda itu, kerumunan itu segera memberi jalan.     

Jiang Tingxu bergegas menerobos masuk.     

Orang itu memang pingsan dan berbaring di tanah, terlihat kejangnya sangat lemah.     

Keadaan orang ini jelas tidak terlalu baik.     

Jiang Tingxu berjongkok dan langsung memeriksanya dengan cepat. Benar saja, napas orang itu tiba-tiba berhenti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.