Menjadi Istri Sang Bintang Film

Tidak Berani Melawan Harimau



Tidak Berani Melawan Harimau

0"Aku sangat sibuk sejak bulan lalu. Aku tidak menyangka hari ini bisa melihatmu di sini, gadis kecil."     

"Ini memang kebetulan sekali."     

"Hmm, baiklah, jangan terlalu terlibat dalam masalah ini, nanti kamu kerepotan. Jangan khawatir, Paman Gu secara langsung akan membantumu menindaklanjuti masalah kompensasi hotel, jadi kamu tidak akan mengalami rugi."     

"Apakah ini praktik yang legendaris itu? Memanfaatkan koneksi yang ada dalam urusan publik demi keuntungan pribadi?"     

Pffft~     

Jiang Tingxu memikirkan itu dalam hati. Tidak disangka ia benar-benar mengatakannya.     

Komandan Gu menatap tajam pada bos besar itu. Hanya beberapa saat, ia akhirnya menyerah juga, "Pulanglah dulu. Biar tim pengacaramu saja yang tinggal."     

Jiang Tingxu pun tidak ingin berlama-lama lagi di sini. Terlebih lagi, ketika tiba-tiba melihat ayah Gu Yanzhi, sebaiknya ia buru-buru memberi tahu Bibi Wen.     

Peluang mereka akan saling bertemu sangat besar mengingat mereka semua berada di satu wilayah.     

"Ya, ya, baiklah."     

Leng Zheng telah keluar dari ruang rapat dan berdiri di pintu menunggu Jiang Tingxu.     

Ketika lewat di depannya Komandan Gu memberikan tatapan dingin kepada Leng Zheng, kemudian membuka pintu ruang rapat dan masuk.     

Jiang Tingxu yang masih berkeringat menghampiri Leng Zheng lalu berkata, "Leng Zheng, kita pulang."     

"Baik, Nyonya."     

Saat ini, tidak banyak orang di kantor polisi karena sudah memasuki jam makan siang.     

Leng Zheng pun tidak tahan untuk bertanya, "Nyonya, apakah Anda mengenal Komandan Gu itu?"     

Jiang Tingxu tidak menyangkal fakta itu, "Ya, kenal, sangat kenal."     

Ketika mendapat jawabannya, Leng Zheng langsung berhenti bertanya.      

Mereka berdua keluar dari lobi kantor polisi dan menuju mobil. Jiang Tingxu seperti merasa bahwa ada mata yang menatapnya dari arah belakang.     

Tetapi begitu menoleh, Jiang Tingxu tidak melihat apa pun.     

"Nyonya?"     

"Ayo pergi."     

Setelah masuk ke dalam mobil, mereka segera melaju meninggalkan kantor polisi.     

Pada saat yang bersamaan, mobil yang terparkir di sebelah mobil Jiang Tingxu tadi juga bergerak. Wajah seorang pria yang bukan orang asing itu muncul.     

Matanya dalam waktu yang lama terus menatap ke arah perginya mobil Jiang Tingxu.     

Kring, kring~     

Tiba-tiba ponselnya bergetar.     

Saat melihat nomor yang muncul di layar, mata pria itu dipenuhi rasa jijik. Ia berusaha menahan diri dan mengangkat panggilan itu.     

"Di mana kamu, Kakak? Orang tuaku bilang mereka akan mengundangmu makan."     

"Tidak perlu, aku sedang sibuk."     

"Baiklah, aku akan memberi tahu mereka kamu akan datang untuk makan bersama lain kali. Silakan lanjutkan urusanmu, Kakak. Jaga kesehatan, ya!" ucap orang di seberang telepon dengan sangat lembut.     

"Ya." Begitu selesai berbicara, pria itu langsung memutus sambungan telepon dengan tanpa ekspresi sama sekali. Ia terlihat begitu dingin.     

Pria ini terus menahan perasaan yang bergejolak di dadanya hingga orang lain masuk ke dalam mobil.     

"Sudah selesai?" tanya pria itu dengan dingin.     

"Tentu saja, aku sudah menyelesaikannya. Aku bukanlah Add dan Song yang tidak punya otak. Tapi, mereka mungkin harus tinggal di kantor polisi Yuncheng selama beberapa hari sebelum mereka boleh pergi."     

"Apa itu ada hubungannya denganku?"     

Ka langsung tertawa, "Bagaimana tidak ada hubungannya? Demi siapa lagi Add masuk ke ICPO? Ck, ck, Devil... hatimu itu terlalu keras. Bagaimanapun juga, Add itu lumayan cantik, bukan? Terlebih lagi, dia rela mati demi kamu. Kamu tidak lupa ayah Add itu siapa?"     

Pria di kursi belakang itu tetap tidak mengeluarkan ekspresi apa pun, "Apakah kamu menyukainya?"     

Mendengar ini, Ka menggelengkan kepalanya berkali-kali, "Tidak. Aku tidak suka wanitamu, Devil."     

Pria di kursi belakang itu tiba-tiba menatap ke arah pria di kursi kemudi, "Kamu bilang apa?"      

Suaranya menekankan kata demi kata.     

Ka tidak berani mencari gara-gara dengan harimau ini, "Ehem, baiklah, baiklah. Aku akan diam. Kau puas?"     

...      

Jiang Tingxu yang telah pergi, tentu saja tidak tahu apa yang terjadi di belakangnya.     

Ia sedang merasa bingung sendiri, Aku harus menghubungi Bibi Wen atau tidak?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.