Menjadi Istri Sang Bintang Film

Ayah Tidak Sayang dan Ibu Tidak Cinta



Ayah Tidak Sayang dan Ibu Tidak Cinta

0Ibu Mo asyik bercanda dengan cucunya. Tiba-tiba ia terpikirkan sesuatu dan berkata, "Di mana Boyuan?"     

Mo Xu mengangkat bahunya lagi, "Bagaimana aku tahu di mana Kakak?"     

"Memangnya saat tidak tahu, kamu tidak bisa menghubunginya? Suruh dia segera pulang."     

Setelah melihat perubahan sifat menantu perempuannya, Ibu Mo memutuskan untuk ingin segera berbicara dengan putra sulungnya. Bagaimana bisa pasangan muda berpisah begitu lama?     

Sulit untuk untuk mengakuinya, tetapi menantu perempuannya sekarang begitu pengertian. Jadi sebagai orang tua, Ibu Mo akan mengetuk kepala putranya supaya sadar.     

Selama beberapa generasi, di keluarga Mo tidak pernah ada pria yang meninggalkan istri begitu saja karena mengejar karier. Ternyata hal ini malah dilakukan oleh putranya sendiri.     

Selain itu, bukankah menantunya terlampau hebat?     

Sejak kecil sudah pintar di bidang akademik. Sekarang, ia baru berusia 25 tahun dan telah lulus gelar doktor. Ia juga cantik dan lembut. Bagaimana bisa dibandingkan dengan semua wanita genit di luar sana?     

Mo Xu merasa bahwa dirinya lah yang paling tidak berharga di rumah ini.     

Ayahnya tidak menyanyinya. Ibunya juga tidak cinta padanya.     

Setelah itu Mo Xu mengeluarkan ponsel, "Aku paham. Aku akan menghubunginya."     

Namun sebelum panggilan itu terhubung, Jiang Tingxu berkata, "Ibu, itu... ehem. Ayahnya Ning Ning masih di luar negeri."     

Jiang Tingxu sungguh sulit menyebutnya dengan panggilan yang ia tujukan kepada Mo Boyuan sebelumnya.     

Ibu Mo mengangguk, "Di luar negeri? Kalau begitu lupakan saja."     

Pada saat bersamaan, Bibi keluar dari dapur, "Makanannya sudah siap."     

Karena Ayah dan Ibu Mo tiba-tiba pulang, makan malam di mansion tua ini tertunda sekitar dua jam.     

Kakek Mo melambaikan tangannya, "Baiklah, ayo kita makan."     

Biasanya hanya Kakek Mo dan si Kecil yang makan di meja ini, namun malam ini suasana sangat meriah. Semua orang yang ada di bawah nama keluarga Mo ada di sini kecuali Mo Boyuan.     

Ada banyak hidangan di atas meja yang membuat meja besar ini penuh.     

Keluarga Mo tidak memiliki aturan untuk tidak bicara saat makan. Tentu saja berbeda lagi jika Mo Boyuan ada di sini!     

"Jiang Tingxu, Ning Ning ingin makan ceker ayam itu."     

"Kelihatannya sangat pedas, kamu yakin kuat memakannya?"     

Sepasang mata menggemaskan itu menatap ibunya, "Ya, ya."     

Tetap saja, Jiang Tingxu tidak tega membiarkan putranya makan makanan pedas seperti itu, jadi ia menuangkan secangkir air mendidih dari ketel, "Masukkan ke dalam sini sebelum dimakan."     

"Baiklah!"     

Selama acara makan, Ayah Mo dan Kakek Mo terus berbicara. Ibu Mo duduk di antara Jiang Tingxu dan Mo Xu sambil berbicara dengan mereka dari waktu ke waktu.     

Saat berbicara dengan putranya, mereka lebih banyak membahas tentang perusahaan. Padahal dengan usianya yang sekarang, Ibu Mo lebih suka berbincang tentang hal-hal yang bersifat pribadi.     

Mo Xu menggigit bibirnya, kemudian ia menyendok nasi lagi ke mangkuknya.     

Apa lagi yang bisa dilakukan Ibu Mo? Selain menghela napas lagi dan lagi. Akhirnya, ia memalingkan wajah dari putranya itu.     

Lalu ia tersenyum dan memandang menantu perempuannya di sisi lain. Sikapnya sangat berbeda dari sebelumnya.     

"Tingxu, makanlah lebih banyak. Lihatlah betapa kurusnya kamu."     

Untungnya, Ibu Mo tidak terbiasa memasak untuk orang lain. Jiang Tingxu tahu bahwa ibu mertuanya mengkhawatirkan dirinya, "Ibu juga makanlah lebih banyak."     

"Ya, ya, ya."     

Ibu Mo segera merespons secara terus-menerus.     

Setelah makan malam, jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam dan semua orang lelah. Mereka kembali ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat.     

Jiang Tingxu juga tidak pergi, ia menginap di mansion tua malam ini.     

Sedangkan si Kecil, setelah dimandikan oleh Bibi, ia datang datang ke kamar Jiang Tingxu sambil memeluk bantal kecilnya.     

Jiang Tingxu baru saja keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih basah. Ia menyekanya dengan handuk dan melihat putranya berdiri di depan pintu.     

"Masuklah."     

"Ya, ya."     

Saat berada di Yunyu Tixiang, ibu dan anak ini juga terbiasa tidur bersama.     

Tapi saat di mansion tua, si Kecil selalu tidur sendirian di kamarnya sendiri.     

Setelah mendapat izin dari Jiang Tingxu, tentu saja si Kecil merasa sangat senang. Si Kecil langsung melompat ke kasur besar dengan bantalnya dan berguling-guling dengan penuh semangat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.