Menjadi Istri Sang Bintang Film

Terjebak Jebakan Sendiri



Terjebak Jebakan Sendiri

0"Mu Ling, asal kamu tahu, kami benar-benar tidak bisa menemui putra bungsumu. Apakah kamu bisa membantu kami bicara kepadanya? Kami sudah tidak punya pilihan lain!"     

"Aku tidak pernah membicarakan urusan perusahaan dengannya. Paman Jin, antar mereka pergi." Ketika sudah menyebut nama putra bungsunya, wajah Ibu Mo jauh lebih dingin.     

Di depan pintu, Paman Jin yang sedang membantu Kakek Mo masuk langsung mendengar perintah dari Ibu Mo.     

Tatapan mata Kakek Mo juga menunjukkan rasa tidak suka, "Pergilah."     

Paman Jin tentu tahu bahwa Kakek Mo sama sekali tidak ingin melihat pasangan itu.     

Setelah masuk, Paman Jin dengan hormat berkata kepada pasangan dari keluarga Gu itu, "Tuan Gu, Nyonya Gu, silakan."     

Pemandangan seperti ini hanya bisa terjadi ketika keluarga Mo benar-benar tidak menyukai seseorang. Jika tidak, tidak mungkin mereka akan bertindak tidak sopan hingga mengusir orang seperti ini.     

Karena sudah menjadi urusan Paman Jin, Ayah dan Ibu Mo bangkit dan pergi menuju ruang makan tanpa memedulikan reaksi orang-orang di belakang mereka.     

Kakek Gu duduk di kursi dan tidak ambil pusing untuk melihat mereka sama sekali. Sebagai gantinya, ia menatap cicitnya sambil tersenyum, "Ning Ning, apakah kamu tidur nyenyak tadi malam?"     

Si Kecil mengangguk seperti kelinci, "Ya, ya. Nyenyak."     

Si Kecil merasa tidak ada yang lebih baik selain tidur bersama Jiang Tingxu.     

"Oh, Kakek buyut tidak tidur nyenyak semalam."     

"Eh? Kakek buyut tidak tidur nyenyak? Kenapa?"     

Keriput di wajah Kakek Mo terlihat lebih jelas karena tertawa, "Karena Ning Ning tidak menemani Kakek buyut, jadi Kakek buyut tidak bisa tidur nyenyak."     

Mata si Kecil melirik aneh ke arahnya beberapa kali, dalam hatinya menaruh curiga kepada Kakek, Sepertinya Kakek buyut sedang kesal?     

Bukan sepertinya lagi. Kakek buyut memang sedang kesal!     

Sekarang Ning Ning kebingungan karena di pikirannya Kakek buyut adalah orang yang paling baik kepadanya di rumah ini.     

Si Kecil pun berbisik, "Kalau begitu, bagaimana kalau malam ini Ning Ning menemani Kakek buyut tidur?"     

Setelah mendengar suara lirih si Kecil, Kakek Mo langsung mengambil kesimpulan, "Baiklah, sudah diputuskan, ya! Seorang pria tidak boleh menarik kembali kata-katanya!"     

First Blood!     

Si Kecil mengerucutkan bibir kecilnya sambil menatap sedih ke arah ibunya.     

Jiang Tingxu tidak bisa menahan senyuman di bibirnya. Ia juga menyadari tatapan mata putranya, "Ya, Kakek buyut benar."     

Double Kill!     

Ayah dan Ibu Mo merasa harus ikut serta memeriahkan permainan ini, "Kalau begitu Ning Ning harus tidur dengan Kakek dan Nenek besok malam. Ning Ning tidak boleh pilih kasih pada satu orang saja!"     

Triple Kill!     

Si Kecil menatap Kakek buyut, lalu menatap Kakek dan Nenek. Lalu terakhir menatap ibunya, akhirnya ia mengerti dirinya terjebak karena ucapannya sendiri.     

Jika ayahnya berada di sini, kemungkinan ayahnya juga akan mendukung mereka.     

Orang-orang di meja makan memandangi raut wajah si Kecil dengan senyum yang lebih lebar.     

Jiang Tingxu menghabiskan kwetiau di piringnya dan buru-buru meminum susu kedelai di cangkirnya, "Kakek, Ayah, Ibu, aku pergi bekerja dulu."     

Ibu Mo menganggukkan kepalanya. "Baiklah, hati-hati di jalan."     

Ayah Mo yang jarang berbicara juga berkata, "Biarkan sopir mengantarmu."     

Sebenarnya Jiang Tingxu ingin mengatakan bahwa masih ada Leng Zheng.     

Namun, sesaat setelah ayah mertuanya berbicara, sopir sudah mengemudikan mobil ke depan pintu dan menunggunya. Sementara Leng Zheng harus mengemudikan mobil dan mengekor di belakang untuk mengawalnya.     

Ketika si Kecil melihat ibunya yang akan pergi mendekat untuk memeluknya, mulut kecilnya yang penuh minyak langsung mencium wajah Jiang Tingxu, "Jiang Tingxu, sampai jumpa."     

Apa Jiang Tingxu akan menghindari mulut si Kecil? Tentu saja tidak! Karena Ning Ning adalah putra kandungnya!     

"Baiklah, sampai jumpa."     

Setelah keluar dari pintu, Jiang Tingxu melihat sopir pribadi Ayah Mo sedang menunggu.     

"Silakan, Nyonya muda."     

"Maaf merepotkan."     

"Sama sekali tidak, Nyonya muda."     

Beberapa saat setelah Jiang Tingxu pergi, Mo Xu baru memasuki ruang tamu dengan mata mengantuk, "Bu, kenapa tidak membangunkanku untuk sarapan?"     

Ibu Mo melirik tajam ke arahnya, "Kenapa juga aku harus memanggilmu? Terserah kamu mau makan atau tidak. Kamu bukan anak kecil lagi. Tidak ingat berapa umurmu?"     

Dalam hati Mo Xu terheran-heran, 'Benar-benar. Apakah posisiku di rumah ini sangat rendah?'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.