Menjadi Istri Sang Bintang Film

Pria dan Wanita yang Cocok



Pria dan Wanita yang Cocok

0Seorang perempuan haruslah menjaga dirinya baik-baik.     

Setelah melihat kejadian ini, Pei Rusi benar-benar tidak akan tahan jika ia menjadi perempuan.     

Gadis yang baru berusia 19 tahun ini tentu akan memiliki hidup dan masa depan yang masih panjang. Sayangnya, sebagai seorang wanita, ia tidak memiliki kesempatan untuk menjadi seorang ibu lagi.     

Begitu Pei Rusi selesai memberikan penjelasan, ibu Ni Xiaona langsung pingsan.     

"Istriku? Ibunya Nana? Jangan menakutiku. Jika kamu seperti ini, aku tidak akan bisa hidup!"     

Untungnya, ada dokter dan perawat bersama mereka saat ini. Ibu Ni Xiaona akhirnya sadar setelah mendapat pertolongan. Hanya saja, ketika ia membuka matanya, air matanya tidak mau berhenti.     

"Dokter, aku ingin melihat putriku."     

"Boleh, tapi hanya boleh masuk sendiri dan harus keluar dalam sepuluh menit."     

"Baiklah!"     

Di dalam ICU, ibu Ni Xiaona harus mengganti bajunya dengan pakaian khusus isolasi. Setelah masuk, ia langsung menangis sesenggukan.     

Jiang Tingxu memberikan semua instruksi kepada perawat di ICU. Setelah itu ia tidak mau mengganggu lagi.     

Setelah keluar, Jiang Tingxu melihat ayah Ni Xiaona. Pria jangkung itu membungkuk sambil melihat melalui kaca.     

Pei Rusi menyuruh Jiang Tingxu supaya tidak membuat suara dengan instruksi tangannya, kemudian Jiang Tingxu berjalan dengan berjinjit.     

Saat Jiang Tingxu melewati koridor, ia melihat Pei Rusi bersandar sambil membawa permen di tangannya, "Untukmu."     

Apakah Pei Rusi sedang memperlakukan Jiang Tingxu seperti anak kecil?     

Mungkin iya! Sebenarnya, Pei Rusi pun benci hal-hal semacam ini, tetapi tindakannya tadi sama sekali tidak dikendalikan oleh kesadaran.     

Jiang Tingxu segera tersadar dari rasa terkejutnya, kemudian baru mengulurkan tangan untuk mengambil permen itu, "Terima kasih."     

"Iya. Operasi telah selesai. Kembalilah ke kantor untuk tidur, aku yang akan jaga malam."     

"Tidak, tidak perlu."     

Sebenarnya tidak perlu begitu segan. Memang hanya ada dua dokter yang bertugas malam ini. Tapi jika salah satunya pergi tidur, masih akan ada beberapa jam sebelum penyerahan shift besok pagi.     

Pei Rusi dengan jelas mengambil keputusan dan terlihat tidak bisa ditolak, "Pergilah tidur! Jika aku kewalahan mengatasi pasien, aku akan membangunkanmu."     

Saat Pei Rusi sudah bicara begitu, Jiang Tingxu tidak bisa terus menolak.     

"Baiklah, kalau begitu jangan lupa memanggilku jika terjadi sesuatu."     

"Ya."     

Setelah kembali ke kantor, Jiang Tingxu masih belum ingin memakan permen itu. Ia langsung menyandarkan kepalanya ke meja dan segera tertidur.     

Sebagai seorang dokter, tentu saja tahu trik untuk membuat tubuh tertidur dalam hitungan detik. Kalau tidak, bagaimana bisa mengatasi pekerjaan dengan intensitas tinggi seperti ini bahkan membawa tanggung jawab untuk melindungi nyawa pasien?     

Jiang Tingxu terus tidur dengan posisi seperti ini. Awalnya ia mengira akan dibangunkan saat tengah malam.     

Namun siapa sangka, ia tidur sampai pagi. Sudah hampir pukul tujuh ketika ia bangun. Setelah tidur selama berjam-jam, rasa lelah tadi malam sudah hampir hilang dan kembali bersemangat.     

Jiang Tingxu bangkit dengan perasaan segar dan pergi ke kantor utama dengan langkah lebih ringan. Dari kejauhan, ia melihat Pei Rusi berbaring di atas meja dan sedang tertidur nyenyak. Ia tidak ingin mengganggu, jadi ia memutar balik langkahnya.     

Jiang Tingxu tidak pergi ke kantin karena belum tiba waktunya ganti shift saat ini. Jika terjadi sesuatu, ia tetap harus membangunkan Pei Rusi. Karena itu, ia akan membiarkan Pei Rusi tidur sedikit lebih lama.     

Setelah itu ia tiba di ruang perawat. Qiao Ran duduk di sana sambil terus menguap. Sepertinya ia tinggal memejamkan mata dan seketika akan tertidur.     

"Dokter Jiang?"     

"Ya, apakah ada banyak pasien tadi malam?"     

"Tidak banyak, satu pasien gondongan akut dan juga satu pasien dismenorea, yang terakhir ada pasien kecelakaan mobil. Keduanya mengalami patah tulang ringan."     

Memang kebetulan tidak banyak.     

"Kalau begitu aku akan kembali ke kantor dulu. Jika ada pasien bangunkan aku, jangan bangunkan Ketua Pei."     

Qiao Ran terkekeh, "Baiklah, aku tahu kalian ini pasangan yang cocok, sama-sama tidak mengenal lelah saat bekerja."     

"Hmm, jangan bicara omong kosong."     

"Tidak akan ada orang yang dengar."     

Memang benar tidak ada satu pun orang di sini.     

Siapa bilang tidak ada satu orang pun? Begitu Jiang Tingxu berbalik badan, terlihat seorang pria berdiri di belakangnya. Siapa lagi kalau bukan Ketua Pei yang baru saja mereka bicarakan.     

"Selamat pagi!"     

"Selamat pagi!"     

"Sudah bangun?"     

"Ya. Untuk tadi malam, terima kasih banyak."     

"Tidak perlu, aku akan pergi ke kantin. Apakah mau titip sesuatu?"     

"Emm? Tidak, tidak perlu, aku akan makan nanti."     

Pei Rusi akhirnya mengangguk, kemudian pergi.     

Setelah berkeliling sebentar, akhirnya Jiang Tingxu kembali ke kantor. Jam sudah menunjukkan pukul 7.20 pagi. Baru saja ia duduk, Dokter Liao telah tiba. Ia pun menyapa pria itu sambil tersenyum, "Oh, Dokter Jiang sangat pagi hari ini?"     

"Aku menggantikan Dokter Zhao shift malam."     

"Apa yang terjadi dengan Dokter Zhao?"     

"Dia pergi bermain dengan Dokter Wu. Mobilnya mogok di tengah jalan dan tidak bisa kembali."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.