Menjadi Istri Sang Bintang Film

Kakak Ipar



Kakak Ipar

0"Ya, baiklah."     

Posisi baris pertama sungguh terlalu bagus. Apalagi barisan ini, termasuk baris di belakangnya merupakan kursi khusus yang tidak diperjualbelikan.     

Tiket yang dibeli oleh Qiao Ran sebelumnya terletak di baris kesepuluh yang hampir mendekati belakang.     

Jika benar-benar duduk di sana, mungkin hanya bisa melihat punggung orang-orang di depan.     

Ketika Jiang Tingxu setuju, mata si Kecil yang ada di gendongannya berbinar saat melihat ayahnya. Setelah itu, ada tarikan yang mantap dari ayahnya.     

Belum sempat bereaksi, ibu dan anak itu ditarik bersama ke pelukan Mo Boyuan, "Kakak ipar, aku lebih baik tidak merepotkanmu untuk urusan istri dan putraku. Jika ada waktu kosong, kita bisa makan bersama!"     

Sedangkan kapan ada waktu kosong itu, hanya Tuhan yang tahu.     

Mo Boyuan tiba-tiba membuka mulutnya yang mengejutkan semua orang di ruang itu.     

Jika Gu Yanzhi tidak dididik dengan baik, ia pasti akan tergoda untuk menyumpah serapah pria di depannya ini.     

Siapa juga yang kakak iparmu? Memangnya aku mengakuimu?     

Sedangkan Mo Boyuan, pria bermuka tebal ini tidak merasakan apa pun. Ia memeluk istri dan putranya dan beranjak pergi.     

"Berhenti! Ting Ting, kemarilah."     

Bagaimana Gu Yanzhi bisa melihat pria menyebalkan itu membawa adiknya pergi di depan matanya sendiri?     

Benar saja, Mo Boyuan bukanlah orang menyebalkan biasa. Bahkan tingkahnya lebih menyebalkan dari sebelumnya.     

Jiang Tingxu hendak melangkahkan kakinya, tetapi tangan besar yang melilit erat di pinggangnya tidak mengendur yang membuatnya tidak bisa berjalan sama sekali.     

"Ehm, Mo Boyuan, lepaskan."     

"Aku tidak akan melepaskanmu. Dia memintamu untuk ke sana dan kamu menurut begitu saja?"     

Pada saat yang sama, Mo Boyuan juga bergumam dalam hati, Sejak kapan kamu begitu patuh? Lalu kenapa kamu tidak pernah mau mendengarkanku?     

Jiang Tingxu menebak pikiran pria itu saat ini, ia pun berkata dengan tidak berdaya, "Dia kakakku."     

Namun siapa sangka ....     

"Aku ini suamimu!"     

Kakak dan suami, jika harus pilih salah satu, maka pilihlah dengan bijak.     

"Mo Boyuan, kamu ini kekanakan sekali, ya?"     

Pria itu langsung mendengus, "Terserah apa yang kamu katakan, aku tidak akan melepaskanmu."     

Memangnya kenapa jika aku kekanakan? Toh, istriku harus menjadi milikku sendiri.     

Kakak ipar atau apalah ini benar-benar semacam keberadaan yang menyebalkan.     

"Kamu!"     

"Ya, aku." Tidak ada orang yang bermuka tembok dan berkulit tebal lagi seperti Mo Boyuan di dunia ini.     

Jiang Tingxu menahan diri, ia ingin sekali memukuli pria ini dengan kasar. Ia mengulurkan tangannya, langsung melepaskan tangan besar di pinggangnya. Kemudian ia memberikan putranya yang berada di gendongannya ke tangan pria itu. Setelah itu berjalan menuju Gu Yanzhi.     

"Aku benar-benar minta maaf, membuat Kakak melihat hal konyol ini."     

Gu Yanzhi memperlakukan Jiang Tingxu seperti seorang anak, ia mengusap rambut gadis kecil itu sambil menatap Huo Ye yang ada di pintu masuk.     

Huo Ye dengan cepat mengeluarkan tiket VIP yang sudah disiapkan dari sakunya dan menyerahkannya.     

Setelah Gu Yanzhi menerimanya, ia langsung memberikannya ke Jiang Tingxu, "Semuanya ada empat tiket."     

"Ya, terima kasih, Kakak."     

"Dasar Ting Ting bodoh. Buat apa segan padaku? Ambil saja."     

Setelah mendapatkan tiket, Jiang Tingxu izin pergi karena sudah tidak berniat untuk tinggal di sini dan menjadi bagian dalam tarik ulur antara kedua pria itu. Ia melirik pria masam yang sudah mendidih itu. Lalu tatapannya beralih pada putranya sendiri, "Ning Ning, kemari Ibu gendong."     

Si Kecil segera lepas dari ayahnya, lalu berpindah ke gendongan ibunya.     

Si Kecil yang sudah berada di gendongan ibunya pun berkata, "Bagaimana kalau kita menemui Bibi Qiao?"     

Bagaimana bisa si Kecil kini membuat keputusan sendiri?     

"Ya, baiklah."     

Kemudian, ibu dan anak itu meninggalkan ruang tunggu tanpa melihat ke belakang.     

Tentu saja, A Tie juga pergi mengikuti keduanya. Sedangkan Huo Ye dan Zhou Xian tidak berani melangkah mendekati area neraka. Keduanya hanya berdiri di pintu, sudah mirip seperti dewa pintu.     

Orang yang mereka perebutkan telah pergi, kedua pria itu tidak perlu bersembunyi dan menahan diri lagi.     

"Hei kamu yang bermarga Mo, aku dengar kamu akan bercerai dengan Ting Ting?"     

"Kakak ipar, dari mana kamu mendengar semua rumor ini? Aku dan istriku tidak akan pernah bercerai meski di kehidupan kami selanjutnya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.