Menjadi Istri Sang Bintang Film

Pria Sialan



Pria Sialan

0Apa ucapan Mo Boyuan ini sungguh-sungguh? Padahal ia baru saja mengatakan bahwa selama bertahun-tahun tidak dibongkar karena tidak menyetujuinya.     

Karena sekarang akan dibongkar, tentu saja karena ia sudah setuju!     

Jiang Tingxu tidak terlalu peduli melihat sifatnya yang arogan, "Baiklah, kenapa membawaku ke sini?"     

Apa mungkin Mo Boyuan ingin mengingat kembali apa yang terjadi di masa lalu? Padahal tidak banyak yang bisa dikenang.     

Ketika Jiang Tingxu masuk SMA, Mo Boyuan baru saja lulus SMA dan kuliah tahun pertama.     

Namun, karena Mo Boyuan dinilai cukup berpengaruh, ia kerap diundang oleh para guru sekolah untuk berpidato di SMA ini.     

Akhirnya, keduanya memiliki beberapa kenangan bersama.     

Pada tahun kedua perkuliahannya, Mo Boyuan pergi ke luar negeri untuk belajar dan memulai bisnisnya. Beberapa tahun kemudian, ia kembali ke negara ini, masuk ke industri hiburan, dan fokus pada bidang ini.     

Pria arogan ini tentu saja tidak mengatakan apa yang sebenarnya ada di dalam hatinya, "Karena ini akan dirobohkan, kita harus kembali ke sini dan melihat untuk yang terakhir kalinya. Ayo pergi, kita masuk dan lihat-lihat."     

Haha, hanya setan yang percaya ucapanmu, pria anjing.     

Jiang Tingxu tidak menolak, ia hanya mengikuti pria itu dengan tenang sampai keduanya tiba di suatu tempat.     

Jiang Tingxu ingat dengan baik. Pagar tembok di tempat ini relatif rendah dibanding pagar di sekitarnya, sehingga menjadi pilihan favorit bagi beberapa siswa untuk bolos kelas.     

Sepertinya Mo Boyuan ingin masuk lewat sini dan bukannya lewat gerbang.     

Padahal sebelumnya, ia bilang bahwa sekolah ini adalah milik keluarganya. Siapa yang masuk ke lahan sendiri dengan cara memanjat tembok?     

Keraguan terlihat jelas di wajah Jiang Tingxu dan Mo Boyuan segera menyadarinya, "Aku sungguh tidak punya kuncinya. Walaupun aku memiliki kuncinya, sudah bertahun-tahun berlalu pasti tetap tidak bisa membuka pintunya. Karena gemboknya pasti sudah karatan."     

Mo Boyuan sekali lagi melihat istrinya menghela napas, ia pun hanya tersenyum bodoh, "Kenapa kamu tidak menginjak bahuku saja?"     

Tidak semua orang bisa membuat Mo Boyuan menundukkan kepala bangsawannya dan membiarkan orang lain menginjak bahunya.     

Saat ini, hanya ada satu orang di dunia. Bahkan anaknya sendiri tidak pernah mendapat kesempatan seperti ini.     

Namun, Jiang Tingxu malah tidak menggubrisnya. Ia menyingkirkan pria yang ada di depannya dan memanjat tembok dengan sangat mudah.     

Mo Boyuan tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depannya.     

Gadis ini, sejak kapan belajar memanjat tembok?     

Sementara Mo Boyuan masih tertegun, Jiang Tingxu yang sudah berada di balik tembok berteriak, "Mo Boyuan, jika kamu tidak masuk, aku akan pergi dulu."     

"Kamu minggirlah."     

Dindingnya tidak tinggi, jadi kaki panjang Mo Boyuan hanya perlu memanjat dalam dua kali loncatan.     

Sekolah ini tidak seburuk yang Jiang Tingxu kira. Tampaknya ada orang yang rutin datang untuk membersihkannya beberapa waktu sekali. Tidak terlihat ada rumput liar yang tumbuh sedikit pun.     

Semuanya tampak tidak berubah. Masih sama persis dengan ingatan Jiang Tingxu. Apalagi, saat Jiang Tingxu lulus, kegiatan sekolah ini secara resmi dihentikan.     

Mo Boyuan berdiri di samping istrinya dengan senyum yang terlihat menyenangkan. Jiang Tingxu pun juga dalam suasana hati yang baik.     

"Aku ingat, kelas kita ada di sana!" Jari Jiang Tingxu menunjuk ke lorong kelas di lantai dua.     

"Mau naik dan melihat-lihat?"     

Karena sudah masuk ke area sekolah, tentu saja akan sangat sayang jika tidak masuk ke dalam kelas sekalian.     

"Ya!"     

"Ulurkan tanganmu, aku akan menggandengmu."     

Jiang Tingxu menyipitkan mata pada pria itu, "Apakah kamu pikir aku anak kecil? Sampai jalan saja perlu dituntun?"     

Pria sialan itu segera membalas dengan senyuman, "Anak kecil tidak boleh dijadikan istri."     

"Mo! Bo! Yuan! Kamu ini, dasar mesum!" Entah Jiang Tingxu sedang malu atau marah, kini wajahnya sangat merah.     

"Mesum? Aku hanya mesum di hadapan istriku, yaitu kamu!" Mo Boyuan tentu tidak akan mesum pada orang lain.     

"Enyahlah!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.