Menjadi Istri Sang Bintang Film

Dibuat-buat



Dibuat-buat

0Jiang Tingxu berjalan cepat menjauh dari Mo Boyuan. Sementara pria yang masih berdiri di tempat yang sama, kini sedang tertawa terbahak-bahak dan bersiul pada saat yang sama, "Memangnya salah? Jika aku tidak mesum, bagaimana bisa ada anak nakal itu?"     

Untungnya, Mo Boyuan hanya berbicara pada dirinya sendiri sehingga Jiang Tingxu tidak mendengarnya. Kalau tidak, istrinya benar-benar akan memukulnya.     

Ketika akan menaiki tangga, tangan Jiang Tingxu digenggam dengan erat oleh Mo Boyuan. Jiang Tingxu tahu ia tidak bisa melepaskan diri. Percuma saja untuk melawan, karena itu hanya akan membuang-buang energi.     

Jiang Tingxu hanya bisa pasrah. Lagi pula, dagingnya tidak akan berkurang. Namun ia masih tidak menyangka, pria tidak tahu malu ini bisa mengucapkan kata-kata seperti itu.     

Mo Boyuan tersenyum lebih lebar ketika ia melihat istrinya tidak melepaskan genggaman tangannya lagi. Menyadari senyuman itu, Jiang Tingxu hanya bisa menghela napas beberapa kali.     

Saat ini, keduanya sudah sampai di ruang kelas. Begitu Jiang Tingxu akan membuka pintu, pria itu tiba-tiba berkata, "Mundur, aku saja."     

Jiang Tingxu mundur beberapa langkah. Mo Boyuan mendongak sambil memperkirakan jarak pintu. Entah bagaimana ia menendangnya, Jiang Tingxu hanya mendengar suara pintu yang terbuka dengan keras.     

Sederhana, kasar, dan efektif!     

Ketika debu sudah menghilang, Mo Boyuan baru melihat kembali ke orang di belakangnya sambil tersenyum, "Istriku, kita bisa masuk."     

Jiang Tingxu menatap pria itu tanpa bisa berkata-kata. Kemudian ia melangkahkan kakinya dan berjalan masuk.     

Segala sesuatu di dalamnya tidak banyak berubah, kecuali dinding putih yang semula dicat dengan mulus kini telah terkelupas. Lapisan debu tebal menumpuk di atas meja dan kursi.     

Kata-kata di papan tulis belakang kelas samar-samar masih terlihat. 'Hitung mundur ujian masuk perguruan tinggi'.     

Untuk sementara waktu, Jiang Tingxu merasa bahwa ia baru saja menyelesaikan ujian masuk perguruan tinggi beberapa hari yang lalu, belum berlalu begitu lama.     

Mo Boyuan cukup tenang, ia hanya mengikuti di belakang istrinya. Dengan sepasang mata yang terus menatap hanya pada sosok istrinya.     

Jika dibandingkan dengan seluruh kenangan tempat ini, istrinya lebih menarik!     

Tatapan Jiang Tingxu menelusuri ruang kelas dan ia tidak berjalan lebih jauh lagi.     

Lagi pula, setelah sekian lama sekolah ini kosong dan tidak ada yang menghuni sama sekali, tikus dan hewan-hewan lainnya pasti sudah berkumpul dan membuat kerajaan di sini.     

Meskipun Jiang Tingxu tidak takut tikus, alangkah lebih baik jika tidak melihat hewan itu secara langsung.     

Masih ada buku Wang Houxiong di podium depan kelas. Jangan tanya kenapa Jiang Tingxu bisa mengenali Wang Houxiong bahkan saat tertutup debu. Tentu saja, itu karena ia terlalu sering membaca buku itu. Bahkan jika buku itu menjadi abu sekali pun, ia masih bisa mengenalinya.     

Jiang Tingxu mengulurkan jarinya dan membalik buku itu dengan antusias, ia ingin melihat apakah di dalam buku itu memiliki kenangan menyakitkan dari pemilik sebelumnya.     

Hanya saja nama yang ditempel di buku ini sudah samar dan tidak terbaca, jadi ia tidak bisa membaca nama itu dengan jelas.     

Setelah membalik beberapa halaman, Jiang Tingxu menemukan bahwa masih ada amplop merah muda di dalamnya, tapi tidak ada tulisan apa pun di bagian luarnya. Bagian depan dan belakangnya sama saja.     

Namun, Jiang Tingxu bisa memastikan dalam sekilas jenis amplop ini adalah amplop khusus yang digunakan untuk menulis surat cinta!     

Meskipun Jiang Tingxu belum pernah menulis surat cinta, ia pernah menerimanya sekali dua kali. Jadi ia cukup berpengalaman mengenai hal ini.     

Setelah memegangnya, ia menyadari masih ada kertas di dalam amplop ini,     

"Mo Boyuan~"     

Pria yang terus menatap Jiang Tingxu itu, mana mungkin melewatkan tatapan penasaran dari Jiang Tingxu?     

"Baca saja jika ingin membacanya."     

Surat cinta itu hanyalah bagian dari permainan anak muda. Lagi pula, setelah bertahun-tahun berlalu, kemungkinan orang yang menulis atau menerima surat ini sudah lama menikah.     

Apalagi jika mereka berdua tidak datang hari ini, surat ini tidak akan sempat melihat cahaya matahari lagi.     

Tapi Jiang Tingxu tetap tidak bisa mendorong dirinya untuk mengintip privasi orang lain, jadi ia menyerahkan amplop itu langsung kepada pria di depannya, "Kamu saja yang buka."     

Ucapan Jiang Tingxu memang sedikit munafik. Lagi pula, bukan ia sendiri yang membuka surat itu.     

Mo Boyuan dengan senang hati menerimanya. Untungnya, amplop itu terjepit di dalam buku, jadi hanya menguning dan tidak terlalu kotor.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.