Menjadi Istri Sang Bintang Film

Ada Suamimu, Jangan Menangis



Ada Suamimu, Jangan Menangis

0Jika tidak, Mo Boyuan yang memiliki misofobia pun, mungkin kini harus mengenakan sarung tangan.     

Setelah terdengar suara sobekan, amplop merah muda itu terkoyak. Kemudian Mo boyuan menyerahkan isinya kepada wanita di sebelahnya. "Baiklah, kamu bisa melihatnya jika kamu mau."     

Mo Boyuan benar-benar tidak tertarik dengan hal semacam ini. Setelah mengambil surat itu dari tangannya, Jiang Tingxu pun segera membacanya dengan rasa ingin tahu yang tinggi.     

"Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini? Aku tidak bisa memikirkan kalimat pertama untuk diucapkan. Aku hanya membayangkan kamu berada di depanku dan dengan lembut berkata kepadamu, bagaimana kabarmu akhir-akhir ini? Sepanjang waktu kamu berada di luar negeri, aku benar-benar merindukanmu. Namun, aku tidak punya informasi apa pun untuk menghubungimu. Aku benar-benar ingin mendengar suaramu, ingin melihat bagaimana kamu menjalani hari-harimu."     

"Setiap kali aku melihat dia berkomunikasi denganmu dan tersenyum sangat bahagia, itu sungguh membuatku sedih! Kenapa aku bukan dia? Kenapa takdir begitu tidak adil? Dia hanya seorang yatim piatu tanpa orang tua, tetapi dia telah menjadi putri kecil semua orang dan dapat menikmati cinta semua orang di keluargamu, termasuk kamu!"     

"Aku tidak terima, sungguh tidak terima, aku tidak mau terima! Aku sungguh menyukaimu, mencintaimu, tapi aku bahkan tidak memiliki keberanian untuk berbicara denganmu. Bahkan ketika kita makan malam bersama dan bercanda, aku hanya bisa diam-diam melihatmu sampai puas."     

"Mo Boyuan, kapan kamu akan beralih memperhatikanku? Apakah hanya ketika dia pergi, kamu bisa fokus pada orang lain selain dia? Aku benar-benar tidak tahu berapa lama aku bisa menahan diri agar tidak menjadi gila. Setahun, dua tahun, atau lebih lama lagi..."     

"Ataukah besok? Lusa? Boyuan, jika aku benar-benar melakukan sesuatu yang buruk padanya, apakah kamu akan membenciku?"     

Surat itu hanya ditulis sampai di sini.     

Raut wajah Jiang Tingxu berubah-ubah sepanjang ia membacanya dan akhirnya ia mengerutkan kening dalam-dalam sambil menutup bibirnya rapat-rapat.     

Mo Boyuan tidak membaca isi surat itu, jadi ia tidak tahu mengapa raut wajah istrinya tiba-tiba berubah.     

"Ada apa?" tanya Mo Boyuan dengan lembut.     

Saat berikutnya, surat itu dilemparkan ke tangan pria itu, "Lihat saja sendiri!"      

Nada bicara ini jelas terdengar ada yang tidak beres.     

Mo Boyuan sedikit bingung, jadi ia mengambil surat itu dan membacanya.     

Namun, ketika ia membaca isi surat itu, ekspresinya juga sangat aneh. Ia membacanya lebih cepat dan segera menyelesaikannya.     

Untuk sesaat, ia benar-benar ingin menghancurkan surat yang ada di tangannya ini.     

"Aku tidak tahu, sungguh," ucap Mo Boyuan sedikit mengangkat tangannya dan bersumpah.     

"Hah."     

"Istriku, kamu tidak boleh menyalahkanku yang tidak tahu apa-apa!"     

Jiang Tingxu memelototi pria di depannya, ia juga tahu bahwa masalah ini benar-benar bukan kesalahan pria itu.     

Namun, kata-kata dalam surat itu sungguh membuat Jiang Tingxu sangat marah!     

Saat Jiang Tingxu memikirkan ia disebut sebagai yatim piatu, matanya tidak bisa menahan tangis.     

Jika bisa, Jiang Tingxu tentu berharap ayah Jiang bisa hidup dengan baik tanpa kecelakaan itu.     

Tidak ada yang tahu bagaimana perasaannya ketika tiba-tiba kehilangan sosok seorang ayah saat ia masih di usia muda?     

Itu sama seperti langit runtuh dan menimpa gadis kecil itu!     

Sebelumnya, ibu kandungnya juga sudah lama menceraikan ayahnya dan tidak pernah kembali untuk melihat mereka.     

Untungnya, Bibi Wen muncul dan menebus penyesalan ini.     

Tapi itu juga tidak lama. Dalam waktu kurang dari tiga tahun, semua perasaan hangat berhenti lagi.     

Saat mengingat kembali kenangan dengan ayahnya, Jiang Tingxu menangis semakin sedih.     

Mo Boyuan memeluk wanita yang menangis itu. Bahkan, ia tidak pandai menghadapi hal seperti ini, sehingga tindakannya tampak kikuk.     

Mo Boyuan menepuk punggung istrinya seperti anak kecil, "Suamimu ada di sini, jangan menangis."     

Tapi, bagaimana mungkin bujukan Mo Boyuan ini mampu membuat Jiang Tingxu berhenti menangis?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.