Menjadi Istri Sang Bintang Film

Besok Kembali ke Jincheng Bersama



Besok Kembali ke Jincheng Bersama

0Kenangan tentang ayah Jiang menjadi bagian tak tersentuh di hati Jiang Tingxu. Karena sekali disentuh, hatinya yang lembut akan rapuh dan hancur.     

Surat dari masa lalu yang kini tiba-tiba muncul langsung menyentuh relung rapuh yang tersembunyi di lubuk hatinya, sehingga membuatnya tak bisa mengendalikan diri.     

Mo Boyuan tidak bisa membujuk Jiang Tingxu. Ia menundukkan kepalanya dan mencium dahi wanita itu, "Ayo kembali."     

Begitu selesai bicara, Mo Boyuan langsung menggendong Jiang Tingxu ala bridal style, lalu melangkah keluar dengan langkah lebarnya.     

Ketika keduanya sampai di gerbang sekolah, Xiao Wu dan beberapa pengawal lain sedang menjaga di luar. Mo Boyuan melirik ke arah mereka dan berkata dengan suara dingin, "Buka gerbangnya."     

"Baik, Bos."     

Beberapa orang bergegas maju. Dalam sekejap, rantai besi yang mengunci pintu gerbang itu langsung putus dan terbuka.     

Mo Boyuan berjalan sambil menggendong Jiang Tingxu. Xiao Wu berlari ke mobil terlebih dahulu dan membukakan pintu kursi belakang.     

Kondisi Jiang Tingxu tidak terlalu baik sekarang. Mo Boyuan tidak mungkin akan mengemudi lagi.     

Hanya saja, Xiao Wu sedikit penasaran bagaimana bisa keadaan Jiang Tingxu menjadi seperti ini setelah masuk ke dalam bangunan lama ini. Ia berpikir mungkin Mo Boyuan telah menindas Jiang Tingxu.     

Tidak mengherankan, beberapa orang pasti menebak seperti itu karena memang hanya ada dua orang ini di bangunan ini. Selain Mo Boyuan, siapa lagi orang yang bisa dicurigai?     

Di dalam mobil, Mo Boyuan menyandarkan kepala Jiang Tingxu ke dadanya. Sedangkan sebenarnya Jiang Tingxu saat ini sudah kembali tenang. Kecuali napasnya yang masih sesenggukan dan juga air mata yang masih mengalir dari sudut matanya terus menerus.     

Xiao Wu mengendarai mobil dengan punggung lurus, ia bahkan tidak berani bertindak gegabah. Tentu saja, kecepatan mengemudinya sangat lambat.     

Mobil paling depan melaju sangat lambat sehingga kedua mobil yang mengikuti di belakangnya tentu saja juga harus melambat. Beberapa orang yang lewat terkejut.     

Sebenarnya ada apa?     

Kalau saja hanya satu mobil yang berjalan lambat mungkin tidak akan terlalu menarik perhatian, tapi tiga mobil berjajar dengan rapi tentu mengundang orang lain untuk bertanya-tanya.     

Lagi pula, setiap mobil yang berjajar ini sangat mahal, terutama Rolls Royce yang paling depan.     

Bahkan polisi lalu lintas yang bertugas di perempatan itu pun terdiam saat melihat pemandangan ini.     

Tetapi barisan mobil itu juga tidak melanggar lalu lintas, hanya saja mereka mengemudi dengan sangat lambat, polisi pun tidak bisa menghentikan mereka seenaknya, bukan?     

Tiba-tiba terdengar dering ponsel.     

"Istriku, sepertinya itu ponselmu."     

Jiang Tingxu tidak menjawab. Sepertinya ia masih larut dalam pikirannya sendiri. Jadi, Mo Boyuan mengeluarkan ponsel Jiang Tingxu dengan satu tangannya, lalu mengangkat telepon itu, "Siapa?"     

Ada jeda yang jelas di telepon sebelum terdengar suara lagi, "Ting Ting?"     

"Oh? Ternyata Kakak Ipar yang menghubungi? Ada apa mencari istriku?"     

Gu Yanzhi belum terbiasa mendengar panggilan 'kakak ipar' ini, seketika pelipisnya terasa sakit.     

"Sekarang Ting Ting tidak bisa mengangkat telepon?" tanya Gu Yanzhi.     

"Ya, dia agak tidak bisa mengangkat telepon. Jika ada urusan, Kakak Ipar bisa bilang kepadaku. Itu sama saja."     

"Tidak perlu, aku akan menelepon lagi nanti."     

Begitu Mo Boyuan akan menutup telepon, tiba-tiba Jiang Tingxu merebut ponsel di tangannya, "Kakak."     

Walaupun hanya di telepon, Gu Yanzhi mengenali suara saudara perempuannya yang baru menangis, "Ting Ting, kenapa kamu menangis? Apakah Mo Boyuan menggertakmu?"     

Jika pria itu benar-benar menggertak adiknya, Gu Yanzhi mungkin akan langsung datang untuk menghajar Mo Boyuan.     

Gu Yanzhi tidak akan memedulikan pendidikan moral atau apa pun itu. Jika Mo Boyuan berani menggertak adiknya, maka ia akan membereskan Mo Boyuan!     

"Tidak, aku merindukan Ayah."     

Begitu mendengar bahwa adiknya tidak diganggu, Gu Yanzhi membuang pikirannya untuk memukuli orang itu dan segera berkata, "Karena kamu merindukannya, kalau begitu pergi dan temui dia. Kamu pastinya ingat beberapa hari ke depan itu hari apa, kan?"     

Bagaimana mungkin Jiang Tingxu lupa? Itu adalah hari kematian ayahnya!     

"Ya, aku tahu."     

"Karena kamu tidak bekerja saat ini, kalau begitu apa kamu juga tidak bekerja besok?"     

"Benar."     

"Kalau begitu kembalilah ke Jincheng bersama kami besok."     

"Apakah Bibi Wen akan ikut kembali juga?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.