Menjadi Istri Sang Bintang Film

Haruskah Aku Menjahit Mulutmu dengan Jarum?



Haruskah Aku Menjahit Mulutmu dengan Jarum?

0Di sisi Gunung Zichen, Paman Mu dan pelayan lainnya melihat pasangan itu datang bersama. Mereka terkejut dan tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia mereka.     

Paman Mu bereaksi cepat dan menghampiri mereka, "Tuan muda, Nyonya muda."     

Mo Boyuan menjawab dengan suara samar, tetapi Jiang Tingxu dengan antusias menyapa, "Paman Mu."     

Beberapa tahun di Gunung Zichen, Paman Mu yang menjaga Jiang Tingxu.     

"Apakah Tuan Muda dan Nyonya Muda sudah makan malam?"     

Saat ini, hari sudah gelap.     

Hampir jam tujuh ketika mereka meninggalkan auditorium. Mereka berada di sekolah untuk waktu yang cukup lama. Sekarang hampir pukul delapan tiga puluh.     

Jika Paman Mu tidak menyebutkan makan malam, keduanya akan benar-benar lupa.     

"Belum, suruh bagian dapur untuk mempersiapkan makan malam."     

"Baik, Tuan Muda, saya akan memberi tahu bagian dapur sekarang."     

Para pelayan lainnya juga melakukan pekerjaan mereka masing-masing. Meskipun pasangan ini belum kembali selama beberapa waktu, mereka tidak pernah kekurangan pekerjaan setiap hari. Mereka menjaga rumah ini dengan bersih dan indah. Bunga-bunga di taman juga tumbuh dengan baik.     

Jiang Tingxu sedikit cemas, tetapi ia dibujuk oleh pria itu. "Jangan khawatir. Benda-benda itu tidak akan ke mana-mana. Mandi dulu, lalu turun untuk makan malam, setelah itu aku akan menemanimu mencarinya."     

Saat Mo Boyuan melihat wanita ini tidak juga bergerak, ia pun melanjutkan, "Ada apa? Kamu ingin suamimu ini menggendongmu ke lantai atas?"     

Jiang Tingxu berlari ke atas ke kamarnya sendiri, seperti kelinci yang melarikan diri. Ia hanya berpikir jika Mo Boyuan benar-benar ingin melakukan sesuatu, maka ia bahkan tidak dapat memiliki kesempatan untuk melarikan diri!     

Begitu melihat Jiang Tingxu sampai di lantai atas dan menutup pintu, Mo Boyuan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum dan mengikutinya naik ke atas.     

Namun, ketika ia melihat kamar mereka terhalang oleh dinding, seketika suasana hatinya langsung tidak senang.     

Ia berniat akan menyingkirkan semua yang ada di ruangan itu saat ada waktu!     

Sebenarnya Mo Boyuan sudah terbiasa. Ia pindah ke vila ini ketika ia masih di sekolah menengah dan Jiang Tingxu yang saat itu masih di sekolah menengah pertama ikut pindah bersamanya.     

Saat itu, tentu saja keduanya harus berada di kamar yang berbeda. Jadi, setelah bertahun-tahun tinggal bersama, meski keduanya sudah menikah, keduanya juga sudah biasa hidup dengan cara yang seperti ini.     

Selain itu, Mo Boyuan sangat sibuk dan tidak sering pulang. Tidak ada bedanya apakah keduanya membagi kamar atau tidak.     

Tapi sekarang berbeda dari sebelumnya. Mo Boyuan sudah bertekad untuk pindah dari depan panggung ke belakang panggung. Ia pasti tidak akan sesibuk dulu, akan ada lebih banyak waktu untuk pulang nantinya. Kenapa juga keduanya harus tidur terpisah?     

Padahal keduanya sudah lama menikah, ia bisa tidur sambil memeluk istrinya setiap hari, jadi kenapa tidak melakukan seperti orang kebanyakan?     

Jiang Tingxu sama sekali tidak tahu perhitungan yang dibuat Mo Boyuan yang kini berada di depan pintu kamarnya. Ia mencari jubah mandi dari dalam lemari, lalu masuk ke dalam kamar mandi.     

Sekitar setengah jam kemudian, pasangan itu satu per satu keluar dari kamar dan turun.     

Dapur sudah siap untuk makan malam, empat hidangan sederhana dan satu sup.     

Dalam hal makanan, pasangan ini memiliki kebiasaan yang sama dan tidak akan terlalu pilih-pilih. Apalagi masakan yang dimasak oleh chef dari villa Gunung Zichen juga sangat lezat. Karena itu, meskipun hidangannya sedikit lebih sederhana, itu tidak akan memengaruhi nafsu makan keduanya.     

Saat makan, Mo Boyuan bertanya pada Paman Mu di mana semua benda yang disimpan itu diletakkan?     

"Semuanya ada di gudang. Tuan muda ingin mencari apa?"     

"Tidak apa-apa, kami yang akan menemukannya sendiri nanti."     

Paman Mu dengan cepat mundur. Hanya ada dua orang yang tersisa di ruang makan.     

Jiang Tingxu menyesap sup, seketika ia merasakan tatapan mata pria, jadi ia mendongak, "Kenapa kamu menatapku?"     

Pria itu menyunggingkan senyuman di bibirnya, "Tentu saja melihatmu karena kamu cantik."     

"Mo Boyuan, kamu bahkan tidak bisa diam saat makan. Apakah kamu ingin aku menjahit mulutmu dengan jarum?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.