Menjadi Istri Sang Bintang Film

Kurang Shen Peiyi



Kurang Shen Peiyi

0"Ini tidak mungkin, aku yakin semua siswa menulisnya saat itu."     

"Bagaimana kalau kamu hitung lagi?"     

"Baiklah, aku hitung."     

Mo Boyuan memandang wanita yang duduk di pangkuannya dan mulai meneliti halaman demi halaman dengan sangat hati-hati. Wanita ini bahkan tidak tahu bahwa beberapa helai rambut yang tergantung di belakang telinganya terjatuh ke depan.     

Mo Boyuan mengulurkan tangannya dengan pelan, membantu mengangkat rambut istrinya dan menyelipkannya ke belakang telinga.     

Sepertinya Mo Boyuan menganggap ini sangat menarik. Kemudian ia mengambil rambut yang menggantung dan mengulangi tindakannya sebelumnya.     

Wanita itu menatapnya, "Mo Boyuan, apa yang kamu lakukan?     

Sungguh kekanakan, bahkan Ning Ning saja tidak pernah memainkan rambutnya.     

"Cepat hitung saja." Sambil berbicara, Mo Boyuan menegakkan kepala wanita itu ke belakang.     

Padahal baru saja tingkah main-main Mo Boyuan yang mengganggu.     

Jiang Tingxu hanya menghela napas. Kenapa dulu ia tidak menyadari bahwa pria ini memiliki hobi seperti ini?     

Tapi hanya mereka yang rambutnya dipermainkan lah yang tahu kalau tindakan seperti itu rasanya benar-benar geli!     

Jiang Tingxu tiba-tiba menahan tangan pria itu. "Aku sudah selesai menghitung, jumlahnya memang 51 orang, kurang satu."     

Ketika istrinya menahan tangannya, mau tidak mau Mo Boyuan harus menyerah. Ia memeluk pinggang wanita itu dan berkata, "Hmm, memang kurang satu, Shen Peiyi!"     

"Bagaimana kamu tahu?"     

Lebih dari 50 siswa dan hanya dengan sekilas melihat catatan semua siswa itu, pria ini sudah tahu siapa yang kurang? Bagaimana ia bisa tahu?     

"Kamu belum belajar steno?"     

Jiang Tingxu menggelengkan kepala sebagai jawaban.     

Pria itu menghela napas. "Sepertinya sudah waktunya untuk mengatur kursus ini untuk bocah nakal itu."     

Ucapan Mo Boyuan ini sepertinya disengaja.     

Jiang Tingxu langsung mencubit paha pria ini, "Bisakah kamu jangan bicara terlalu banyak?"     

"Oh, kalau begitu bagaimana kalau menciummu saja?"     

Setiap kali Jiang Tingxu mengatakan sesuatu dengan serius, tetapi selama orang ini membuka mulutnya, selalu saja membuat jebakan untuknya.     

"Mo! Bo! Yuan!"     

"Baiklah, baiklah, aku tidak akan menggodamu lagi."     

"Kalau begitu, sebenarnya bagaimana kamu tahu? Ini sungguh aneh."     

Pria itu benar-benar menahan tawa, namun dalam hati ia sudah tertawa, Gadis ini imut sekali, tidak ada perubahan sedikit pun sejak masih kecil.     

"Yah, meskipun ada lebih dari 50 orang di kelasmu, hanya ada beberapa yang aku tahu. Setelah membaca catatan ini, aku menemukan bahwa salah satu dari sedikit yang aku tahu menghilang."     

Oleh karena itu, tidak perlu benar-benar mengingat semuanya, tetapi jika memang dapat mengingat semuanya, maka itu adalah kehebatan manusia.     

Mata Jiang Tingxu berkedip-kedip. Setelah menyadari Shen Peiyi, sebagai orang yang pernah menjadi teman baiknya, tentu dalam hatinya merasa ada hal yang tidak bisa dijelaskan.     

"Kalau begitu apa yang harus... kita lakukan?" Tanpa sadar, dia menanyakan hal ini kepada pria itu.     

"Jika aku jadi kamu, aku akan menghubungi siswa lainnya sekarang."     

Saran Mo Boyuan sangat tepat dan paling nyaman.     

Dengan menghubungi teman-temannya, Jiang Tingxu hanya perlu mengambil foto halaman yang hilang dan memintanya pada mereka. Akhirnya, semuanya akan terungkap.     

Jiang Tingxu mengiyakan, lalu ingin mencari ponselnya.     

Kemudian, ia baru teringat satu hal, "Ponselku kamu buang di mobil!"     

Mo Boyuan dengan perasaan bersalah dengan bergegas menyerahkan ponselnya, "Gunakan milikku."     

Kalau begitu, hanya bisa menghubungi Su Muxue. Mo Boyuan tidak mungkin memiliki kontak teman Jiang Tingxu yang lain.     

.....     

Di kediaman keluarga Su,Su Muxue yang baru saja diseret dan dibawa pulang ke rumah oleh kakaknya sedang mendengarkan petuah dari Ayah dan Ibu Su.     

"Muxue, dengarkan aku dan ayahmu kali ini. Memangnya kami bisa menyakitimu? Orang itu sungguh hebat, kakakmu bertemu dengannya sendiri secara langsung. Kalau kamu tidak percaya, tanyakan saja pada kakakmu?"     

"Kakak?"     

"Apa yang dikatakan Ayah dan Ibu memang benar. Kamu bisa pergi menemuinya, ke depannya jadi atau tidak, kita bisa bicarakan kembali."     

Di depan orang tua, bahkan kakaknya tidak berani membuat masalah. Bukankah kakak beradik ini memiliki orang tua yang sama?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.