Menjadi Istri Sang Bintang Film

Masih Ingin yang Bagaimana, Nona Besar?



Masih Ingin yang Bagaimana, Nona Besar?

"Tunggu."     

Tangan Jiang Tingxu yang hendak menutup pintu itu pun berhenti.     

"Ada apa lagi?"     

Pria itu berjalan semakin mendekat. Akhirnya, di antara keduanya, hanya tersisa jarak satu jengkal.     

Jiang Tingxu terus ditekan mundur. Tapi karena belakangnya tembok, ia sudah tidak bisa mundur lagi.     

Begitu melihat hal ini, terlihat jelas apa yang tergambar di wajah pria itu. Satu tangannya kini berada di belakang dinding.     

Perbedaan ketinggian di antara keduanya hampir 20 sentimeter, jadi pria itu kini sedikit membungkuk.     

Jantung Jiang Tingxu berdetak lebih cepat, ia terjebak pada situasi seperti ini. Bagaimana ia bisa tenang?     

"Kamu .... "     

Senyuman di bibir pria itu seperti keluar dari relung hatinya, "Istriku, apa aku dapat hadiah?"     

"Hadiah? Hadiah apa? Apa yang sedang kamu bicarakan?"     

Jiang Tingxu sungguh tidak mengerti apa sebenarnya maksud pria ini.     

Mo Boyuan tidak terburu-buru, tetapi kepalanya tampak semakin rendah sambil perlahan berkata, "Baru saja suamimu ini telah memecahkan beberapa masalah. Sebagai seorang istri, bukankah kamu seharusnya peka untuk memberi suamimu ini beberapa hadiah?"     

Setelah mengerti maksudnya, Jiang Tingxu langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain, Bukankah sumber masalah ini karena kamu?     

Namun, sebenarnya kata-katanya memang benar. Jika Jiang Tingxu yang menghadapi semua ini sendiri, tentu tidak seefisien dan seampuh pria yang ada di depannya.     

"Aha, kalau begitu kamu sudah melakukannya dengan sangat baik. Lanjutkan kehebatanmu, kamu hebat!"     

Setelah mendengarkan kata-kata yang seolah sedang menyemangati anak kecil itu, wajah Mo Boyuan tertekuk. Saat berikutnya, ia semakin mendekat ke tubuh wanita jahat di depannya ini.     

Jiang Tingxu mengulurkan tangan untuk mendorong pria di depannya, tetapi pria ini tidak bergeming sama sekali.     

"Istriku, apakah kamu tahu kamu ini orang macam apa?"     

"A-Apa?"     

"Hm, kamu ini tipikal orang yang ingin kuda berlari, tapi tidak memberi makan kuda itu!"     

"Ah?"     

"Cari tahu sendiri."     

Setelah berucap demikian, Mo Boyuan langsung mengulurkan tangan untuk meraih dagu wanita di depannya, lalu mencium bibir tipis Jiang Tingxu.     

Jiang Tingxu langsung memalingkan wajah, tetapi tangan pria itu menahan dagunya yang membuatnya tidak bisa bergerak sedikit pun.     

Untungnya, ciuman itu tidak berlangsung lama. Setelah beberapa detik, pria itu berhenti.     

Pria itu mundur dan tertawa lagi.     

"Ternyata memang sangat lumayan."     

Wajah Jiang Tingxu memerah karena marah. Mungkin tidak hanya kemarahan. Ia mendorong Mo Boyuan menjauh, kemudian menginjak kaki pria itu. Sepertinya tindakannya ini tidak meredakan kemarahannya. Ia berlari untuk kabur. Setelah itu ia langsung masuk ke kamar, menutup pintu dan menguncinya.     

Mo Boyuan tidak merasakan apa pun. Memangnya bisa sesakit apa injakan dari sandal yang lembut itu?     

Matanya melirik penuh arti ke arah pintu yang tertutup. Ia pun akhirnya memasuki kamarnya sendiri.     

Di ruangan lain, Jiang Tingxu berbaring di tempat tidur dengan keadaan masih marah. Ia berguling di tempat tidur beberapa kali sambil memukul-mukul beberapa kali.     

"Pria sialan, mesum, pria bajingan!"     

Jiang Tingxu kemudian teringat sesuatu. Ia segera mencari ponsel yang ada di bawah bantal dan melihatnya. Benar saja, ada beberapa berita dari Su Muxue.     

Jiang Tingxu membuka sebuah video yang dikirim padanya. Ia tidak menyangka ternyata video itu menunjukkan Mo Boyuan yang sedang mengurus masalah tadi. Di sepanjang video itu terdengar suara kekaguman yang tidak henti-hentinya dari Su Muxue.     

"Ck, ck, ck. Xiao Ting Ting, lihatlah priamu, betapa tampannya dia! Dia begitu berwibawa dan keren! Tidak heran dia menjadi pangeran teratas di dunia hiburan kita!"     

Jiang Tingxu hanya berdeham dan terus menonton video berikutnya.     

Video ini menunjukkan wajah Shen Peiyi dengan jelas. Suara Su Muxue terdengar lagi, "Pelacur itu, dia belum cukup dipukuli. Jika saja hari ini aku tidak buru-buru datang ke sini dan sempat untuk membawa massa, aku tidak mungkin hanya menamparnya!"     

Jadi, Nona Besar, kamu masih ingin bagaimana lagi?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.