Menjadi Istri Sang Bintang Film

Mo Zhining, Kamu Sudah Kerjakan PR?



Mo Zhining, Kamu Sudah Kerjakan PR?

0Sebenarnya, si Kecil tidak terlalu menyalahkannya. Lagi pula ia juga masih anak-anak. Beberapa hal memang harus dikeluhkan agar ia bisa memastikan apakah dirinya masih ada di hati orang tuanya atau tidak.     

Sekarang karena sudah dipastikan, nada bicaranya langsung berubah menjadi jauh lebih baik.     

"Kalian ada di mana sekarang?"     

"Di Gunung Zichen."     

"Baiklah, Ning Ning akan segera datang."     

Eh? Lebih baik jangan datang ke sini.      

Hanya saja, saat Jiang Tingxu belum selesai bicara, putranya sudah memutus sambungan telepon.     

Jiang Tingxu tidak berencana membawa putranya ke Jincheng karena membutuhkan waktu yang agak lama. Sedangkan anak manja itu mungkin tidak akan tahan.     

"Ada apa?"     

Entah sejak kapan, Mo Boyuan sudah berdiri di belakang Jiang Tingxu.     

"Ning Ning akan kemari, mau mengajak dia juga?"     

Mo Boyuan juga mengerutkan kening, "Apa yang mau dia lakukan datang sepagi ini?"     

Benar saja, putranya lahir hanya untuk menjadi lawannya. Mo Boyuan selalu kesusahan saat ingin berduaan dengan Jiang Tingxu. Anak nakal itu malah bersikeras ingin bergabung bersama mereka.     

"Siapa yang menyuruhmu meninggalkan dia kemarin?"     

Tindakan Mo Boyuan kemarin memang sengaja ia lakukan untuk menjauhkan si Kecil.     

Mo Boyuan menggosok dagunya beberapa kali, "A Tie masih ada di sampingnya, jadi kemarin itu tidak bisa dibilang meninggalkan dia begitu saja."     

"Argumen yang kuat, tapi tidak masuk akal."     

Jiang Tingxu pun kembali ke ruang makan untuk sarapan, sementara Mo Boyuan mengikutinya.     

Pasangan itu belum selesai makan, tapi sudah terdengar suara si Kecil datang dari pintu gerbang.     

"Selamat pagi, Kakek Mu."     

Paman Mu sedang menyiram bunga dengan selang. Ketika ia melihat sosok kecil itu berlari, wajah tuanya secara otomatis tersenyum.     

"Selamat pagi, Tuan Muda Kecil. Sudah sarapan?     

"Ya, ya. Tadi sudah sarapan dengan Kakek dan Nenek. Di mana Ayah dan Jiang Tingxu?"     

"Di dalam."     

Si Kecil buru-buru berlari masuk ke dalam vila. Ketika ia masuk, ia melihat orang tuanya sedang berada di ruang makan dan langsung berlari memeluk paha Jiang Tingxu.     

"Jiang Tingxu, Jiang Tingxu~"     

Untungnya, Jiang Tingxu sudah menelan makanannya, jika tidak ia bisa tersedak karena serbuan si Kecil yang tiba-tiba.     

"Baiklah, baiklah, Nak. Mau makan, tidak?"     

Awalnya si Kecil berniat menggelengkan kepalanya dan menolak, tetapi setelah melihat makanan di atas meja, ia merasa sedikit bersemangat, "Aku mau dumpling."     

"Baiklah."     

Jiang Tingxu mengambil sumpit bersih dan mengambilkan dumpling gorang untuk putranya, "Makanlah."     

"Hm, hm."     

Ibu dan anak itu terus berbincang dan mengabaikan seseorang yang ada di antara mereka.     

Mo Boyuan pun mendengus, "Mo Zhining, bukankah Senin kamu harus sekolah? Kamu sudah menyelesaikan PR-mu?"     

Setiap hari hanya bermain, mana mungkin si Kecil ada waktu untuk mengerjakan PR?     

Memang tabiat seorang ayah, ia terus saja menekan putranya sendiri.     

Tidak seperti Mo Boyuan, Jiang Tingxu tidak terlalu ketat pada putranya. Setelah mengalami insiden itu, Jiang Tingxu bersikap lebih santai. Lagi pula, anak ini masih sangat kecil, biarkan saja berjalan sebagaimana mestinya.     

"Tidak apa-apa. Kerjakan saja di rumah hari ini."     

Begitu mendengar kata-kata Jiang Tingxu, Mo Boyuan pun tiba-tiba tersenyum, "Ya, kerjakan PR-mu dengan baik di rumah. Aku akan pergi main dengan ibumu."     

Pergi main? Tanpa membawa Ning Ning? Bagaimana boleh begitu!     

Mata si Kecil yang cerah itu pun menatap dengan tajam ke arah ibunya. "Jiang Tingxu, kamu benar-benar ingin pergi dengan Ayah? Bagaimana dengan Ning Ning? Ning Ning juga ingin pergi! Pergi, mau pergi!"     

Lengan itu terus-menerus ditarik oleh putranya, sehingga ia harus memegang sumpit dengan tangannya yang lain.     

"Bukan main untuk bersenang-senang. Tidak usah dengarkan ucapan sembarangan ayahmu itu. Kamu harus mengerjakan PR-mu dengan baik di rumah. Kamu harus pergi ke sekolah besok pagi."     

"Tidak mau, Ning Ning tidak mau kerjakan PR. Kalau kalian pergi, Ning Ning juga mau pergi!"     

"Eh...."     

Ketika si Kecil menyadari bahwa ibu dan ayahnya benar-benar tidak ingin membawanya pergi, ia pun langsung menangis, "Huaaa! Huaaa!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.