Menjadi Istri Sang Bintang Film

Mengunjungi Kakek di Jincheng



Mengunjungi Kakek di Jincheng

0"Eh, eh, eh, jangan menangis!"     

Begitu melihat putranya menangis, Jiang Tingxu tentu saja menjadi sangat cemas.     

"Baiklah, kami akan membawamu, oke?" Jiang Tingxu sungguh tidak tahan melihat putranya menangis seperti ini, jadi ia hanya bisa mengalah.     

Namun, setelah memikirkannya lagi, sebenarnya boleh saja membawa serta si Kecil.     

Selama bertahun-tahun, anak ini tidak pernah ke Jincheng. Mungkin inilah waktu yang tepat untuk membawanya bertemu kakeknya.     

Mo Boyuan yang duduk di seberang melihat istrinya dengan mudah mengalah kepada anaknya. Hal ini sungguh membuatnya kesal. Tapi meskipun ia kesal, ia hanya bisa menahannya.     

Saat ia menatap putranya, tatapannya sedikit dingin. Si Kecil yang ketakutan pun bahkan tidak berani melihat ke arahnya.     

Setelah ibu dan anak itu selesai makan, mereka naik ke atas untuk mengemas barang. Beberapa saat kemudian, Gu Yanzhi menelepon.     

"Kakak? Yah, kami sudah selesai. Kami akan segera berangkat."     

"Baiklah, kalau begitu berkumpul di persimpangan jalan tol."     

Si Kecil meludahkan obat kumur dan memuntahkan beberapa gelembung dengan menggemaskan, "Jiang Tingxu, apakah Uncle menghubungimu?"     

Si Kecil memiliki ingatan yang baik. Orang yang baru bertemu kemarin tentu saja masih ia ingat dengan baik.     

"Ya, kita akan kembali ke Jincheng dengan Uncle dan Nenek Wen hari ini."     

"Kembali ke Jincheng?"     

Jiang Tingxu berjongkok, lalu mengusap kepala si Kecil, "Ya, ibuku tinggal di Jincheng ketika masih kecil. Dia bersama Kakek, Nenek Wen dan Uncle. Kami kembali hari ini untuk menemui Kakek."     

Panggilan Kakek dari ibunya ini agak asing bagi si Kecil. Tapi ia sudah TK sekarang, tentu saja ia tahu bahwa setiap anak pasti memiliki kakek.     

Sebelumnya si Kecil juga pernah bertanya-tanya, kenapa ia belum pernah bertemu dengan kakek dari pihak Jiang Tingxu?     

Sekarang ia senang mendengar ibunya mengatakan bahwa mereka akan menemui Kakek, "Yah, baiklah, aku suka pergi menemui Kakek!"     

Jiang Tingxu pun menggendong putranya, "Baiklah, ayo pergi menemui Kakek. Sekarang saatnya kita berangkat."     

Di lantai bawah, Paman Mu telah menyiapkan semua hal yang dibutuhkan. Hari ini, ada mobil ekstra untuk pergi ke Jincheng.     

Saat melihat ibu dan anak itu turun, Mo Boyuan pun berdiri dari sofa.     

"Ayah~"     

Bisa dibilang akhirnya si Kecil menyadari keberadaan ayahnya.     

Meskipun putranya telah mengulurkan tangannya meminta gendong kepada ayahnya, Mo Boyuan tampaknya tidak mempunyai niatan untuk menggendong si Kecil. Bahkan, kelopak matanya sedikit pun tidak terangkat untuk menatap si kecil.     

Sudut matanya malah beralih ke ibu anak itu, "Sudah hampir waktunya."     

Jiang Tingxu mengangguk, "Kakak dan Bibi Wen, mereka telah berangkat dan menunggu kita di persimpangan jalan tol."     

"Baiklah, kita pergi."     

Hanya karena Mo Boyuan tidak ingin melihat kakak iparnya, bukan berarti ia tidak ingin melihat Bibi Wen yang sebelumnya sudah pernah disebut oleh istrinya.     

Setelah kejadian kemarin, sudah jelas bahwa Bibi Wen adalah ibu Gu Yanzhi. Sekaligus orang yang dulu belum sempat dinikahi oleh ayah mertuanya.     

Bisa dibilang, bertemu Bibi Wen dapat dianggap seperti bertemu dengan ibu mertuanya.     

Jiang Tingxu tentu tidak tahu bahwa pria ini sedang memikirkan semua hal itu. Ia pun langsung berjalan ke arah pintu sambil menggendong putranya.     

Setelah Mo Boyuan keluar, Leng Zheng sudah siap mengemudikan mobil, tapi Mo Boyuan menahannya, "Aku yang akan mengemudi."     

Leng Zheng mengangguk dan pergi ke mobil di belakang.     

Ibu dan anak itu sudah masuk ke dalam mobil. Melihat istri dan anaknya duduk di kursi belakang, Mo Boyuan sangat puas.     

Total ada empat mobil, semuanya berbaris dengan rapi, lalu berangkat bersama.     

Dua puluh menit kemudian, di persimpangan jalan tol sebuah Bentley sudah menunggu di pinggir jalan. Wen Jie duduk di kursi belakang dan beristirahat dengan mata tertutup.     

"Shift malam lagi tadi malam?"     

"Aku shift siang, tapi semalam karena ada pasien kritis. Beberapa ahli bedah tidak berani melakukannya, jadi aku pergi untuk memeriksanya."     

Setelah memantau jalannya operasi, tidak terasa sudah melewati sepanjang malam.     

Mau bagaimana lagi. Di rumah sakit, kecelakaan bisa terjadi kapan saja. Bagaimana mungkin suatu insiden bisa diprediksi dengan akurat?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.