Menjadi Istri Sang Bintang Film

Kamu Malu



Kamu Malu

0Seketika Mo Boyuan terbangun begitu putranya menerobos ke dalam pelukan ibunya. Raut wajahnya langsung menjadi jelek, "Mo Zhining, apa yang kamu lakukan?"     

Gawat, ketahuan?     

Untungnya si Kecil sudah berhasil masuk ke dalam pelukan ibunya. Ia lalu berkata, "Ayah, Ning Ning mau tidur."     

Mo Boyuan mendengus kesal, "Lalu kenapa kamu tidur di sini? Kamu membangunkan ibumu. Lihat saja, aku akan mencubitmu!"     

"Ning Ning tidak akan berisik!"     

Padahal Ayah yang berisik!     

Tetapi kata-kata itu hanya bisa diucapkan si Kecil di dalam hati.     

Sejak kecil, Mo Boyuan selalu lebih sensitif saat baru bangun pagi. Apalagi saat ia masih muda. Sekarang karena ia sudah cukup dewasa, jadi ia sudah bisa mengendalikan sikapnya.     

Setelah melirik putra kandungnya yang nakal ini, Mo Boyuan terus berusaha mengulurkan tangan untuk memeluk tubuh istrinya yang lembut. Hidungnya menciumi leher istrinya. Ketika ia sudah mencium bau yang familiar, ia baru bisa menutup matanya.     

Jiang Tingxu tidak menyadari apa yang dilakukan suaminya karena ia masih tertidur dengan lelap. Kini posisinya berubah menjadi di tengah!     

Ketika Jiang Tingxu bangun, matahari sudah cukup tinggi untuk membuat suhu ruangan menjadi hangat.     

Kini di pelukannya tersisa si Kecil yang masih tertidur. Sementara pria tak tahu malu itu sudah lama menghilang. Area sprei di sampingnya terasa dingin. Itu menunjukkan bahwa pria itu sedari tadi sudah bangun.     

Jiang Tingxu meregangkan tubuhnya dengan perlahan. Ketika ia bangun dari tempat tidur, Mo Boyuan masuk dengan keringat di sekujur tubuhnya.     

"Sayang, sudah bangun? Selamat pagi."     

"Apa yang kamu lakukan?"     

"Aku pergi ke gym hotel lebih awal untuk berolahraga sebentar. Apakah kamu ingin menggunakan kamar mandi? Jika tidak, aku akan menggunakannya dulu."     

Pria yang terobsesi dengan kebersihan ini tidak akan tahan dengan bau keringat di sekujur tubuhnya.     

Jiang Tingxu juga tahu hal itu, "Aku tidak terburu-buru. Kamu pakai saja dulu."     

Jika Mo Boyuan tidak mandi dulu, pasti suasana hatinya akan buruk sepanjang hari!     

Setelah Mo Boyuan pergi ke kamar mandi, Jiang Tingxu berbaring lagi di tempat tidur dan memluk putranya.     

Kali ini, ia terbangun sepenuhnya karena mendengar ketukan pintu. Ibu dan anak itu membuka mata mereka secara bersamaan.     

"Selamat pagi, Ning Ning."     

"Selamat pagi, Jiang Tingxu."     

"Ya. Tunggu sebentar, Ibu akan membuka pintu."     

"Baiklah."     

Ternyata yang mengetuk pintu adalah layanan kamar yang dipesan Mo Boyuan.     

Setelah Jiang Tingxu membuka pintu, dua pelayan masuk untuk membawakan sarapan ke dalam kamar dan meletakkannya di atas meja.     

Jiang Tingxu harus mengakui bahwa sarapan di resor ini terlihat sangat lezat dalam sekali pandangan matanya.     

Ada berbagai jenis hidangan, lauk pauk, dan makanan penutup yang tersaji di beberapa piring dan mangkuk berbagai ukuran. Ada juga seteko susu kedelai yang baru digiling dan tiga cangkir susu panas.     

Kue, sandwich, telur, mie, semuanya ada.     

Setelah meletakkan semua makanan di meja, kedua pelayan itu segera keluar.     

Mo Boyuan keluar dari kamar mandi tanpa mengenakan apa pun. Hanya handuk yang melilit di pinggangnya dengan air yang menetes dari rambutnya.     

Jiang Tingxu mengalihkan pandangannya dalam sekejap, "Mo Boyuan, jaga sikapmu!"     

Masih ada si Kecil yang belum genap berusia empat tahun di sini.     

"Sikapku? Sepertinya sikapku hanya berpengaruh padamu dan tidak akan sampai mengganggu anak ini!"     

Maksud dari ucapan Mo Boyuan adalah, 'Kamu sedang malu'.     

Jika orang lain yang melihat Mo Boyuan bertelanjang dada seperti ini, sudah pasti hormon di dalam diri mereka akan meledak-ledak. Tidak akan mungkin ada wanita yang bisa tenang melihatnya!     

Jiang Tingxu melirik sinis ke arah pria yang berdiri tidak jauh di depannya itu. Kemudian ia pergi ke samping tempat tidur untuk menggendong putranya, "Ning Ning, sudah waktunya mandi."     

Si Kecil baru saja bangun, jadi ia masih sedikit linglung, namun suaranya terdengar lembut dan hangat, "Baiklah~"     

Si Kecil merasa sangat nyaman begitu digendong oleh ibunya.     

Namun, ketika berpapasan dengan Mo Boyuan, entah apa yang ada di pikiran si Kecil, ia tiba-tiba mengulurkan tangan untuk menarik handuk di pinggang ayahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.