Menjadi Istri Sang Bintang Film

Ke Depannya Akan Lebih Banyak, Berpikirlah Positif



Ke Depannya Akan Lebih Banyak, Berpikirlah Positif

0Bisa dikatakan bahwa Bai Shiyou benar-benar tidak ingin diselamatkan. Ia menatap Ketua Gong dengan mata cekungnya.     

Hati semua orang yang ada di sana terasa sakit.     

Ketua Gong menutup matanya, "Semuanya hentikan, panggil keluarganya masuk."     

Dokter tentunya harus menuruti keinginan pasien, kecuali pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri.     

Perawat di pintu menyeka air matanya, lalu berbalik keluar.     

Di luar ruang operasi, anggota keluarga menunggu dengan cemas.     

Pintu ruang operasi terbuka dan perawat keluar dengan mata memerah, "Keluarga Bai Shiyou."     

"Aku putri Bai Shiyou, ini ibuku, ini suamiku. Perawat, ada apa dengan ayahku?"     

Perawat menarik napas dalam-dalam, "Pasien menolak operasi. Pihak keluarga silakan masuk."     

Istri Bai Shiyou tiba-tiba pingsan ketika ia mendengar kata-kata perawat hingga membuat putri dan menantunya ketakutan, "Bu, Bu, ada apa denganmu? Jangan menakutiku!"     

"Baringkan di kursi, aku akan memeriksanya!" ucap perawat dengan cepat.     

Dengan segera keduanya membaringkan ibu mereka yang pingsan di kursi. Perawat berlutut dan mulai memeriksa. Masih ada pernapasan dan denyut nadi.     

Jari-jarinya mencubit pasien. Setelah sekitar sepuluh detik, istri Bai Shiyou terbangun perlahan. Tapi begitu ia bangun, air matanya tidak bisa berhenti mengalir.     

"Bu, kamu membuat kami takut setengah mati. Ayah sudah seperti ini. Sesuatu tidak boleh terjadi padamu juga!"     

Perawat dan anggota keluarga lainnya membantu istri Bai Shiyou berdiri, "Masuk saja dulu, jika tidak...."     

Meskipun kalimatnya tidak selesai, maksud dari kalimat itu sudah sangat jelas di hati mereka. Jika tidak, mungkin mereka tidak akan melihat Bai Shiyou untuk terakhir kalinya.     

Keluarga yang terdiri dari tiga orang ini mengikuti perawat ke ruang operasi. Bai Shiyou sedang berbaring di ranjang operasi dengan lebih banyak udara keluar dari tubuhnya dibanding udara yang masuk. Ketika ia melihat anggota keluarganya masuk, tatapan matanya akhirnya bersemangat.     

"Kalian datang ...."     

Dua kata sederhana itu sangat sulit diucapkan bagi Bai Shiyou. Ia bahkan perlu menggunakan seluruh tenaganya.     

Semua dokter menyingkir untuk memberi ruang.     

Ini adalah momen terakhir dalam hidup antara anggota keluarga dan pasien.     

Istri Bai Shiyou menangis, memegang tangan suaminya yang hanya tinggal kulit dan tulang, "Shiyou, Shiyou!"     

"Jangan... menangis... jaga dirimu baik-baik... aku ... harus... pergi...."     

Bai Shiyou mencoba yang terbaik untuk menyelesaikan kalimat ini dan kemudian menutup matanya. Bahkan tidak sempat lagi untuk mengucapkan kata terakhir kepada putrinya.     

Setelah menutup matanya, setetes air mata penuh penyesalan jatuh dari sudut matanya.     

"Shiyou!"     

"Ayah!"     

"Ayah mertua!"     

Semua orang menahan napas pada saat ini, perasaan mereka terasa sangat buruk.     

Sangat menyakitkan bagi semua dokter yang hadir untuk menyaksikan pasien menolak operasi dan perlahan-lahan mati!     

Ketua Gong melihat waktu di dinding dan berkata, "Catat. Waktu kematian pada pukul delapan lebih 17 menit, tanggal XX, bulan XX, tahun XX."     

"Baik. Sudah dicatat, Ketua."     

Baru kemudian semua dokter keluar dari ruang operasi. Tak lama kemudian, para perawat yang bertugas mengurus jenazah datang menuntun anggota keluarga untuk pergi.     

Jiang Tingxu mengerutkan kening, raut wajahnya terlihat berat. Guan Xiaodong bahkan lebih serius.     

Guan Xiaodong belum pernah mengalami situasi seperti ini. Baru kali ini ia menyaksikan orang mati di depannya, jadi sedikit sulit untuk menerimanya.     

Sementara Jiang Tingxu, ia telah terbiasa dengan hidup dan mati, tetapi Guan Xiaodong sulit menerimanya.     

"Berpikirlah positif. Ke depannya kamu pasti akan banyak menghadapi masalah semacam ini." ucap Jiang Tingxu sambil menepuk-nepuk bahu Guan Xiaodong.     

Guan Xiaodong menghela napas dan hampir menangis. Dengan sekuat tenaga ia menahan air mata, "Ya, aku tahu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.