Menjadi Istri Sang Bintang Film

Kamu Berencana Membunuhku?



Kamu Berencana Membunuhku?

0Melihat pria yang berbaring di tempat tidur itu, Jiang Tingxu merasa sangat kesal, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.     

Ia hanya menjawab dengan marah, "Aku belum selesai. Kamu bisa tidur duluan."     

Kemudian ia terus memeriksa data kasus di depannya dan tidak menyadari bahwa pria di tempat tidur itu telah bangkit lalu berjalan ke arahnya.     

Kemudian terdengar teriakan Jiang Tingxu, "Ah!"     

Saat ini, tubuhnya telah berada dalam gendongan Mo Boyuan. Hahhh, sungguh mengejutkan!     

"Mo Boyuan, apa yang kamu lakukan? Turunkan aku!"     

Mo Boyuan enggan melepaskannya, justru mengencangkan kedua tangannya, "Jangan bekerja terus, ayo tidur!"     

Terkadang, pria harus mendominasi saat berhadapan dengan wanita!     

Jiang Tingxu tidak bisa menolak. Ia hanya berbaring di tempat tidur dengan patuh.      

Baiklah, lupakan saja. Aku tidak akan membacanya lagi karena aku sudah membacanya tadi.     

Mo Boyuan masih memeluk istrinya erat-erat. Jiang Tingxu hampir mengira dirinya akan mati, "Mo Boyuan, kamu berencana untuk membunuhku?"     

Setelah itu, pelukan Mo Boyuan perlahan sedikit mengendur. Hanya saja, ada sosok hangat di pelukannya ditambah dengan kulit mereka yang saling bersentuhan. Bagaimana mungkin seorang pria tidak berpikir ke hal lain?     

Jiang Tingxu juga merasakan bahaya ini, ia pun segera berkata, "Mo Boyuan, aku mengantuk. Aku akan tidur dulu."     

Begitu selesai bicara, Jiang Tingxu berbalik sambil bersembunyi dalam selimut dan berpura-pura tidur dengan mata tertutup.     

Mengetahui bahwa istrinya menolaknya, Mo Boyuan hanya menghela napas tanpa daya. Ia juga tidak berani bergerak lagi. Ia hanya berbaring di tempat tidur sambil menatap langit-langit kamar.     

Entah berapa lama ia menatap langit-langit hingga akhirnya tertidur.     

...     

Keesokan paginya begitu Jiang Tingxu membuka matanya, pria yang tidur di sebelahnya tadi malam sudah tidak ada lagi.     

Sementara itu, tatapannya melihat sesuatu di meja samping tempat tidur.     

Jiang Tingxu duduk. Setelah kesadarannya pulih, ia melihat kotak yang sangat indah itu.     

Ia mengulurkan tangan dan membukanya. Ternyata di dalamnya adalah kalung keluaran terbaru.     

Berlian kecil di kalung itu bersinar terkena cahaya matahari pagi dan membuatnya terlihat sangat cantik.     

Kapan pria itu meletakkannya di sini?     

Sepertinya sebelum tidur tadi malam masih belum ada. Sepertinya dia meletakkannya tadi pagi.     

Secara tidak sadar, Jiang Tingxu menyunggingkan senyuman di wajahnya. Setelah melihatnya sebentar, ia menyimpan kalung itu dan memasukkannya ke dalam koper.     

Jiang Tingxu kemudian bangun untuk cuci muka dan gosok gigi, lalu turun ke bawah untuk sarapan.     

Di restoran, Guan Xiaodong turun lebih dulu dan sudah memulai sarapannya.     

Ketika melihat Jiang Tingxu, Guan Xiaodong melambai padanya sambil memanggil, "Dokter Jiang!"     

Jiang Tingxu mengambil secangkir susu segar, lalu semangkuk bubur dan beberapa piring kecil, lalu pergi ke meja Guan Xiaodong. "Selamat pagi."     

"Hei, Dokter Jiang, selamat pagi. Di mana Kakak Ipar?"     

Panggilan kakak ipar ini terdengar seperti panggilan seorang penggemar kepada idolanya.     

"Dia sudah pergi."     

"Ah? Sudah pergi?"     

Jiang Tingxu hanya menghela napas, "Memangnya apa lagi?"     

Guan Xiaodong sangat kecewa, "Baiklah."     

Jiang Tingxu menggelengkan kepalanya. Ia tidak mengerti dengan sikap Guan Xiaodong.     

Guan Xiaodong meminum beberapa teguk susu kedelai sebelum dia bertanya lagi, "Kakak Ipar ada syuting di sini?"     

Jiang Tingxu pun mengangguk.     

"Baguslah kalau begitu. Sebelumnya aku dengar Kakak Ipar tidak berencana untuk syuting lagi. Kupikir tidak akan bisa melihatnya lagi."     

Apa yang tidak dikatakan Jiang Xu adalah, Kakak iparmu itu memang sedang syuting, tapi bukan dia yang menjadi bintangnya.     

Ia tidak mengatakannya karena tidak tega menghancurkan harapan penggemar kecil ini.     

Sepertinya Guan Xiaodong sangat menantikannya.     

Jiang Tingxu melihatnya lagi, ia hanya menunduk fokus pada makanannya.     

Setelah mereka berdua selesai makan, masih tidak banyak orang di restoran.     

"Ayo, pergi ke ruang konferensi."     

"Sepertinya kita harus menghabiskan satu hari lagi di ruang konferensi hari ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.