Menjadi Istri Sang Bintang Film

Aku Sangat Sedih



Aku Sangat Sedih

0Kursi untuk lima orang itu semuanya berdekatan. Ada sisa kursi di barisan depan yang ditempati oleh seorang siswa sekolah menengah yang kembali ke Yuncheng dari kampung halamannya di Kota Y.     

Ketua Gong memperhatikan anak itu secara khusus. Ia memberinya air, makanan ringan, dan permen.     

"Terima kasih, Paman."     

"Sama-sama."     

Setelah itu, mereka saling mengobrol satu sama lain termasuk dengan siswa sekolah menengah itu.     

"Nak, bagaimana kamu bisa kembali ke Yuncheng begitu jauh dari Kota Y sendirian? Bagaimana dengan orang tuamu?" tanya senior dengan lembut.     

"Ehem, ayahku sebenarnya ada di kereta ini."     

Semua orang melihat sekeliling, "Di sana?"     

Siswa kecil itu menunjuk ke depan, "Di paling depan. Pengemudi kereta cepat."     

Ternyata ia adalah anak dari masinis kereta cepat ini.     

Tidak heran anak ini mengatakan bahwa ayahnya juga ada di kereta ini.     

Kalau begitu, siswa ini tidak sendirian sama sekali. Para pegawai yang ada di dalam kereta juga pasti sudah mengenalnya dengan baik.     

Setelah lebih dari empat jam perjalanan dan mengobrol sebentar, semua orang memejamkan mata.     

Jiang Tingxu tidak beristirahat dengan baik tadi malam. Begitu ia menutup matanya, ia langsung tertidur. Selain itu, murid itu juga tidur sepanjang perjalanan ke Yuncheng dan bangun saat hampir turun dari kereta.     

Ketika turun dari kereta, siswa sekolah menengah itu berdiri untuk mengucapkan selamat tinggal kepada rombongan Jiang Tingxu, "Paman, Kakak-kakak, selamat tinggal."     

"Selamat tinggal, Nak."     

Setelah meninggalkan stasiun, Ketua Gong memberikan pengumuman, "Kalian tidak perlu pergi ke rumah sakit hari ini, libur sehari."     

"Libur? Ketua, benarkah?" Guan Xiaodong merasa sangat senang.     

Ketua Gong melirik, "Bohong. Khusu kamu harus kembali ke departemen."     

"Ketua!"     

Melihat adegan ini, beberapa orang pun tertawa bersamaan.     

Karena hari ini adalah hari libur, semua orang langsung berpencar menjadi tiga bagian.      

Ketua Gong pergi bersama Guan Xiaodong. Guan Xiaodong harus kembali ke asrama untuk meletakkan barang bawaannya, sedangkan Ketua Gong akan pulang ke rumah sakit.     

Dua orang senior lainnya tampaknya juga pergi ke arah yang sama.     

Setelah melihat dua kelompok orang itu pergi, Jiang Tingxu memanggil taksi, "Tuan, pergi ke gunung Zichen."     

...     

"Pergi sekarang?" tanya Wang Weizhi memandangi muridnya yang sedang berkemas.     

"Yah, ada Guru di sini, aku akan kembali dulu. Terima kasih, Guru."     

Wang Weizhi melambaikan tangannya, "Baiklah, pergi sana."     

Wang Weizhi seperti tipikal orang tua bermuka dua yang sebenarnya sangat enggan untuk berpisah dengannya.     

Mo Boyuan tertawa, "Jika kalian membutuhkan sesuatu, Guru dapat menghubungiku kapan saja."     

"Apa lagi yang bisa kubutuhkan darimu? Cepat pergi sana!"     

Mo Boyuan mengajak Zhou Xian pergi. Ada kendaraan off-road menunggu di pintu masuk desa. Setelah mereka naik, kendaraan mulai pergi.     

"Langsung ke bandara."     

"Baik, Tuan Muda Mo."     

...     

Jiang Tingxu tentu tidak tahu bahwa seseorang sedang dalam perjalanan ke bandara Kota Y saat ini. Dalam beberapa jam, pria itu akan mendarat di Yuncheng.     

Setelah sampai di vila Gunung Zichen, Jiang Tingxu kembali ke kamarnya untuk tidur padahal ia belum membereskan kopernya.     

Pukul tujuh malam, panggilan telepon Su Muxue membangunkan Jiang Tingxu yang sedang tidur.     

"Halo."     

"Xiao Ting Ting, kamu di mana?"     

"Muxue? Aku berada di Gunung Zichen sekarang. Ada apa?"     

Ada yang salah dengan nada bicaranya, seperti sedang menangis.     

"Oh, oh, Gunung Zichen, kamu sudah pulang dari perjalanan bisnis?"     

"Yah, aku baru saja kembali sore ini."     

"Xiao Ting Ting, aku sangat sedih!"     

Sedih?     

Tiba-tiba terdengar suara dentuman di telepon. Jiang Tingxu memanggil Su Muxue beberapa kali, tetapi tidak ada jawaban.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.