Menjadi Istri Sang Bintang Film

Brengsek



Brengsek

0Lima menit kemudian, Guan Xiaodong akhirnya muncul di depan semua orang.     

"Selamat pagi, Ketua, Dokter Jiang, kakak-kakak senior."     

Guan Xiaodong berhasil terhindar dari kesalahan.     

Meskipun bocah itu membuat semua orang menunggu, ia tidak terlambat dari waktu yang telah disepakati. Saat ini baru pukul 10.30 pagi.     

Terlebih lagi, saat datang, ia tersenyum dan menyapa semua orang dengan sopan. Walaupun para senior itu ingin mengomel, mereka tidak benar-benar mengatakannya.     

"Kereta cepat pukul 11.30 biasanya penuh. Ayo kita harus cepat berangkat."     

Jika Ketua Gong tidak menyinggungnya, itu berarti ia tidak memiliki pendapat apa pun tentang keterlambatan Guan Xiaodong.     

Panitia sudah mengatur mobil dengan kapasitas sesuai dengan mereka.     

Setelah naik mobil, Guan Xiaodong diam-diam bertanya kepada Jiang Tingxu, "Dokter Jiang, apa kamu memberi tahu Kakak Ipar bahwa kita akan kembali hari ini?"     

"Sudah."     

"Bagus. Aku khawatir jika Kakak Ipar tidak tahu, dia akan kembali ke hotel untuk mencarimu."     

Jiang Tingxu menghela napas beberapa kali.     

Guan Xiaodong berkata lagi, "Dokter Jiang, itu ... apa aku boleh meminta dua tanda tangan Kakak Ipar? Sepupuku adalah penggemar berat Kakak Ipar. Dia ingin sekali tanda tangannya dan bersikeras agar aku memberikan satu kepadanya."     

Guan Xiaodong hanya bisa memasang muka tebal saat meminta tanda tangan itu lagi.     

Jiang Tingxu memandang Guan Xiaodong dengan geli, "Oh, tanda tangan? Cari saja dia. Kalian sudah kenal, kan."     

Guan Xiaodong tentu saja mau mencarinya kalau memang ia bisa!     

"Biasanya saat bertemu Kakak ipar, aku tidak bisa mendekatinya. Dokter Jiang, Kak Jiang, tolong bantu aku mendapatkannya, dua lembar saja."     

Guan Xiaodong bahkan bersikap manja demi mendapatkan apa yang ia inginkan.     

"Baiklah, aku berjanji padamu."     

Lagi pula, Jiang Tingxu dan Guan Xiaodong biasanya memiliki hubungan yang baik di departemen.     

"Tapi, kamu jangan katakan apa pun tentang kakak iparmu setelah kembali ke rumah sakit."     

Bagaimana mungkin Guan Xiaodong tidak mengerti maksud Jiang Tingxu?     

"Aku tahu. Jangan khawatir."     

Hanya saja ia tidak bisa menyembunyikannya sepanjang hidupnya. Cepat atau lambat, semua orang akan tahu.     

Itu bisa dibicarakan saat sudah benar-benar terjadi.     

Setidaknya untuk saat ini, Jiang Tingxu tidak ingin terlalu memikirkannya.     

Mobil melaju sampai ke stasiun kereta api Kota Y dan ada banyak orang yang berlalu lalang.     

"Aku akan membuka jalan dan melindungi Ketua dan para senior."     

"Anak baik."     

Memang jauh lebih mudah bagi dua pria muda bertubuh besar untuk membuka jalan.     

Orang-orang memadati gerbang pemeriksaan untuk mengecek tiket. Setelah masuk, kerumunan itu mulai terpecah.     

"Masih ada sepuluh menit lagi. Kita tunggu dulu." ucap Ketua Gong sambil membenarkan posisi kacamata di hidungnya.     

Seorang senior lain memberikan usulan, "Ketua, aku akan membeli air supaya bisa meminumnya nanti di jalan."     

"Baiklah, pergilah. Perhatikan waktu. Jangan hanya membeli air dan makanan ringan. Beli juga makanan yang disukai para gadis."     

Ternyata Ketua Gong perhatian juga dengan para perempuan.     

Kedua gadis yang mendengarnya pun tersenyum dan berkata, "Terima kasih, Ketua."     

Setelah senior tersebut kembali dari kios, tiket diperiksa satu kali lagi dan mereka akhirnya bisa naik kereta cepat.     

Mereka dengan tertib berbaris untuk mengantre masuk ke dalam gerbong.     

Saat menuruni tangga, Jiang Tingxu langsung mengutuk pria brengsek yang melakukannya beberapa kali tadi malam.     

Sekarang, begitu bergerak terlalu banyak, seluruh tubuhnya terasa sakit, terutama bagian pinggang, rasanya seperti akan putus.     

Brengsek!     

Pria itu sama sekali tidak mengerti bagaimana cara melakukannya dengan lembut kepada seorang wanita.     

Sebenarnya masalah seperti itu juga dipengaruhi oleh waktu. Bagaimana mungkin bisa menahan diri setelah satu tahun tidak melakukannya dengan istrinya? Jadi, bagi hewan buas seperti Mo Boyuan tentu tidak mampu menahan nafsu terlalu lama.     

Akhirnya, ketika selesai berjalan menuruni tangga, Jiang Tingxu pun menghela napas panjang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.