Ingin Kukatakan Sesuatu

Pengantar Makanan yang Tidak Berguna!



Pengantar Makanan yang Tidak Berguna!

0

"Tuan, ini pesanan Anda."

Sean yang mengenakan seragam pengantar makanan kini sedang mengetuk pintu salah satu kamar di Hotel Raffles, Jakarta.

"Ya, saya keluar!"

Pintu kamar hotel terbuka, lalu terlihat sepasang pria dan wanita yang ada di dalam kamar itu. Begitu Sean melihat pemandangan itu, sekujur tubuhnya membeku.

Sean tidak mengenal pria yang membuka pintu. Namun, ternyata wanita menggoda yang tubuhnya terbalut handuk kimono di belakang pria itu adalah istri Sean, Giana Wangsa.

Brak!

Seketika itu juga, pesanan yang dipegang Sean di tangan kanannya terjatuh ke lantai.

Beberapa saat yang lalu, Sean masih sangat penasaran, orang seperti apa yang memesan makanan ini. Hal ini karena Hotel Raffles merupakan sebuah hotel bintang lima, sementara pada umumnya orang-orang yang tinggal di hotel bintang lima tidak akan memesan makanan dari luar.

Bahkan, jika sampai ada yang memesan makanan dari luar, pihak hotel hanya akan mengizinkan untuk diantar sampai ke lobi saja. Namun, tamu hotel ini bisa memiliki cara untuk membuat Sean dapat mengantar sampai ke kamar hotel.

Hanya saja, siapa yang mengira bahwa Sean akan memergoki istrinya sedang menginap di hotel bersama pria lain saat dirinya sedang mengantarkan makanan?

Begitu melihat makanan yang dipesannya terjatuh ke lantai, amarah pria tak dikenal itu meledak. Tepat ketika pria itu membuka mulutnya untuk memarahi Sean, terdengar suara Giana yang terkejut dari dalam kamar dan berseru memanggil Sean.

"Suamiku! Kamu… Bagaimana bisa kamu ada di sini?

Pria tak dikenal itu terkejut dan menatap Sean dari atas ke bawah. Postur tubuh Sean terlihat cukup baik dan parasnya termasuk di atas rata-rata. Dia mengenakan seragam pengantar makanan berwarna kuning.

Pria tak dikenal itu berkata, "Giana, ternyata suamimu yang tidak berguna itu yang mengantar makanan? Haha! Kalau tahu begitu, aku tidak akan memesan makanan dari luar dan memanggil layanan kamar saja."

Walaupun sudah tidur bersama istri orang dan tertangkap basah suaminya, pria ini tidak panik sama sekali. Itu semua karena pria ini tahu bahwa Sean adalah seorang suami yang tinggal di rumah mertua. Bahkan, posisinya di keluarga Wangsa lebih rendah dari seekor anjing.

Sean menatap Giana dengan marah dan berkata, "Giana, aku sudah masuk ke dalam keluarga Wangsa-mu ini selama tiga tahun. Aku bahkan menyiapkan makan keluargamu tiga kali sehari, membersihkan kotoran anjing, dan memberi makan kucing yang ada di rumahmu. Meskipun itu semua tidak seberapa, aku sudah memperlakukanmu dengan baik!"

Tak berhenti di sana, Sean melanjutkan, "Selama tiga tahun ini, kamu bahkan tidak membiarkan tanganmu menyentuhku! Aku selalu mengira bahwa kamu adalah seorang wanita berprinsip. Akan tetapi, hari ini ternyata kamu malah bermain gila dengan pria lain! Kenapa kamu berbuat seperti ini?!"

Awalnya, Giana yang berparas cantik dan berkulit putih merasa sedikit takut. Akan tetapi, dalam sekejap dia berubah menjadi arogan.

Giana berjalan sampai ke pintu dan berkata dengan arogan, "Hmph! Apa? Apa kamu tidak bercermin dan melihat dirimu sendiri? Lihat dirimu sekarang! Baju apa yang kamu pakai ini? Seragam pengantar makanan! Kamu ini memang pengantar makanan yang tidak berguna!"

"Apakah kamu tahu siapa dia? Dia adalah bos perusahaan investasi dari keluarga papan atas di Jakarta dan putra keluarga Pangestu, Cahyadi Pangestu! Aset keluarganya saja hampir mencapai puluhan triliun!" kata Giana, membanggakan pria yang menjadi selingkuhannya.

Sean mencibir, "Ternyata karena uangnya? Hanya karena aku tidak cukup kaya…?"

Cahyadi ikut menyahut dengan bangga, "Benar! Memang karena kamu tidak sekaya diriku! Hei, Bocah! Terimalah kenyataan! Jika punya uang, kamu memang bisa melakukan apapun yang kamu mau!"

Cahyadi melirik makanan pesanannya yang terjatuh ke lantai, lalu lagi-lagi berkata, "Sebenarnya aku ingin mengajukan komplain karena kamu sudah menjatuhkan ayam kungpao pesananku. Hanya saja, karena kamu adalah suami Giana, selama kamu bersedia untuk berlutut dan mengakui kesalahanmu, aku akan langsung memberimu bintang lima! Bagaimana menurutmu?"

Cahyadi tersenyum licik sambil merangkul Giana tanpa segan. Awalnya Sean mengira bahwa Giana akan menghentikan perilaku tidak tahu malu Cahyadi itu. Akan tetapi, siapa yang menyangka bahwa ternyata Giana juga berkata, "Minta maaflah pada Tuan Pangestu! Tuan Pangestu bukanlah orang yang bisa sembarangan dibuat tersinggung."

Amarah Sean sontak meledak.

Dasar kalian sepasang pria dan wanita brengsek! Sudah tertangkap basah, bukannya meminta maaf, bisa-bisanya malah menyuruhku meminta maaf pada kalian?! Hanya karena kalian kaya? Apa hanya karena kalian kaya?! batin Sean di dalam hatinya.

Sean mengepalkan tangan kanannya. Dia ingin membunuh binatang ini. Namun, begitu Sean melangkah maju, Cahyadi ketakutan dan mundur tiga langkah.

Sementara, Giana berdiri di depannya dan berteriak, "Sean! Lihat penampilanmu yang kampungan ini! Apa kamu pantas memasuki kamar hotel berbintang lima ini? Hah? Keluar dari sini! Kalau tidak, aku akan memanggil satpam!"

Sean menatap Giana, lalu perlahan-lahan menurunkan tinjunya dan akhirnya berkata, "Giana, aku harap suatu hari nanti kamu tidak akan menyesalinya!"

Setelah mengucapkan kata-kata ini, Sean berbalik dan pergi.

Giana melihat tampak punggung Sean yang semakin menjauh dan berseru dengan keras, "Penyesalan terbesarku adalah memiliki suami tidak berguna sepertimu ini!"

Suara Giana yang bagaikan kicau burung yang semakin lama semakin menghilang di koridor hotel. Akan tetapi, di hati Sean, suara itu terdengar semakin keras.

Begitu Sean berjalan keluar dari hotel dan mengendarai sepeda motor dari perusahaan pengantar makanan, tiba-tiba ponselnya berdering.

"Halo, dengan pesan-antar Kami Antar," Sean menjawab dengan profesional dan cekatan.

Terdengar suara pria tua di telepon yang berkata, "Tuan Muda Ketiga, tiga tahun pelatihan Anda di keluarga Wangsa resmi berakhir pada hari ini. Pelatihan berikutnya adalah pelatihan bisnis. Tuan Besar sudah membeli Grup Citra Abadi dan mempersiapkan Anda untuk menjadi Ketua Grup Citra Abadi."

"Oke, saya mengerti," Sean menjawab dengan tenang.

Jika itu orang lain, seorang yang awalnya hanya merupakan seorang pengantar makanan dan kemudian berubah menjadi presiden direktur, tentu orang itu akan sangat senang bukan main. Namun, Sean benar-benar tenang.

Pria yang ada di telepon melanjutkan pertanyaannya, "Tuan Besar ingin tahu, bagaimana hubungan Anda dengan Nyonya Muda? Apakah Anda ingin memasukkannya secara resmi ke dalam keluarga Yuwono dan menjadikannya salah satu pewaris keluarga Yuwono?"

Sean menjawab dengan mencibir, "Membiarkan Giana mewarisi ratusan triliun aset keluarga Yuwono-ku? Haha! Tidak perlu! Dia tidak layak!"

Setelah selesai berbicara, Sean menutup telepon dan menambah kecepatan motornya menuju jalan raya yang penuh kendaraan berlalu lalang.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.