Ingin Kukatakan Sesuatu

Chintia Yandra



Chintia Yandra

0Jika memikirkan Sean yang berhasil melumpuhkan preman profesional yang dikirim oleh Jayanata dengan mudah, keluarga Wangsa mulai memiliki kekhawatiran mengenai hal ini.     

Jayanata berkata, "Semuanya, Sean adalah bajingan liar yang hanya bisa sedikit keterampilan bela diri dan memiliki kemampuan yang biasa. Saya rasa dia bisa menjadi pengawal pribadi orang-orang kaya di Jakarta. Para hadirin, siapa yang bisa menghentikannya kali ini?"     

Suasana menjadi hening. Ada terlalu banyak orang kaya di Jakarta, jadi tidak ada satu pun yang berani mengatakan bahwa dirinya mengenal seluruh orang kaya yang ada di Jakarta. Apalagi, mengatakannya di hadapan orang-orang berkuasa yang ada di sini.     

Pada saat ini, seorang wanita yang sudah sejak lama duduk diam di kursinya mulai tertawa dengan suara yang memikat. Semua orang melihat ke arah datangnya suara itu dan melihat seorang wanita yang mengenakan setelan jas merah. Wanita itu sedang duduk menyilangkan kakinya.     

Penampilan wanita itu benar-benar sangat memesona. Wanita itu tampak seperti wanita berusia awal tiga puluhan, penuh dengan pesona yang dimiliki oleh wanita dewasa. Dia memiliki kulit yang putih, bibir merah yang seksi, dan rok pendek yang menutupi pinggulnya. Benar-benar membuat pikiran orang yang melihatnya menjadi liar.     

Setelah Jayanata melihat wanita itu, dia berjalan menghampirinya dengan penuh semangat dan menyapa, "Astaga! Sejak kapan Wapresdir Chintia tiba? Mohon maaf karena tidak menyapa Anda secara langsung. Maaf, maaf!"     

Begitu Kuncoro memandang wanita ini, alir liurnya langsung menetes. Dia menepuk-nepuk pundak Jayanata dan bertanya, "Direktur, siapa wanita cantik ini? Tolong perkenalkan dia."     

Jayanata melirik Kuncoro dengan tatapan yang jijik sambil membatin, Kuncoro memang masih belum masuk ke kalangan atas sosial Jakarta. Bahkan, wanita ini saja dia tidak kenal?!     

Jayanata menjawab, "Ini adalah Wakil Presiden Direktur Grup Citra Abadi yang ternama, Chintia Yandra. Wapresdir Chintia!"     

"Apa?! Wakil Presiden Direktur Grup Citra Abadi?"     

Kuncoro dan yang lainnya terkejut. Mereka semua mengetahui pengaruh Grup Citra Abadi di Jakarta. Jika bisa berada di posisi sebagai Wakil Presiden Direktur Grup Citra Abadi, pasti wanita itu bukan orang biasa. Saat masih begitu muda, si Chintia ini sudah menjadi Wakil Presiden Direktur Grup Citra Abadi. Hal ini membuat semua orang bertanya-tanya, Apa mungkin dia menggunakan koneksi tertentu?     

Sean juga tiba-tiba mengerutkan kening dan melihat Chintia dengan saksama. Dia terkejut dan berkata dalam hati, Rupanya dari perusahaan kami…     

Jayanata tersenyum dan berkata, "Jakarta memiliki banyak orang kaya. Meskipun keluarga Wangsa-ku sudah berteman dengan banyak orang, kami bahkan masih belum mengenal dua pertiga dari mereka. Namun, jika ada satu orang yang mengenal semua orang kaya yang ada di Jakarta dan memiliki hubungan yang baik dengan mereka semua… Maka, aku percaya bahwa di seluruh Jakarta, hanya ada Wapresdir Chintia seorang!"     

Setelah mendengarkan kata-kata Jayanata, Kuncoro langsung menjilat, "Wapresdir Chintia benar-benar sangat menakjubkan! Sepertinya semua orang kaya yang ada di Jakarta pasti ingin mengenalnya!"     

Chintia mengerutkan keningnya dan berkata, "Dari apa yang kalian katakan, saya seperti sudah berselingkuh dengan semua orang kaya yang adalah di Jakarta."     

"Maaf, maaf! Saya sudah membuat kesalahan," kata Kuncoro. Dia cepat-cepat menundukkan kepalanya, membungkuk, lalu menatap sepatu hak tinggi berwarna merah yang dipakai Chintia dan tidak bisa menahan diri untuk tidak menelan liurnya.     

Jayanata memandang Chintia dan berkata, "Nona Chintia, silakan turun tangan untuk memasukkan sean ke dalam daftar hitam!"     

Dengan adanya kemunculan Chintia Yandra di pesta ulang tahun Nyonya Besar Wangsa, itu membuktikan bahwa dia memiliki persahabatan pribadi dengan keluarga Wangsa.     

Untuk mendapatkan pendanaan sebesar seratus lima puluh miliar dari Grup Citra Abadi, akhir-akhir ini keluarga Wangsa memberikan Chintia banyak keuntungan. Jika bukan karena adanya perubahan mendadak presiden direktur Grup Citra Abadi, sejak awal Chintia pasti sudah menginvestasikan dana sebesar seratus lima puluh miliar itu pada keluarga Wangsa.     

Hanya saja, Chintia memiliki caranya sendiri dalam melakukan sesuatu. Dia tidak akan mendengarkan perintah dari Jayanata. Dalam kalangan sosial atas Jakarta, banyak orang tahu bahwa Chintia sudah mempermainkan para pria kaya, bukan para pria kaya yang mempermainkannya.     

Chintia tidak menjawab. Sebaliknya, dia mengeluarkan sekotak rokok Nona Capri dari tas Chanel merah mudanya dan mengeluarkan sebatang rokok dari kotak rokok yang begitu elegan.     

Rokok Nona Capri memiliki bentuk yang sama dengan wanita seperti Chintia. Tinggi, langsing, dan seluruhnya menunjukkan pesona kelemahlembutan seorang wanita. Rokok ini belum dijual di Indonesia dan sangat langka, tetapi Sean pernah menghisap rokok itu sekali ketika berada di luar negeri.     

"Asap rokok ini terasa sejuk dan menyegarkan. Apa mungkin wanita seperti Chintia ini juga memiliki rasa seperti ini?"     

Bahkan, Sean juga tidak bisa menahan diri untuk tidak memikirkan Chintia. Wanita ini memang benar-benar membuat orang terpikat. Hanya dengan melihat Chintia menyilangkan kakinya dan baru saja memegang rokok di tangan kanannya, semua orang yang ada di sekitarnya langsung mengeluarkan korek api dan bersiap untuk menyalakan rokoknya.     

Kuncoro, William, Jayanata, dan Jayadi!     

Melihat adegan ini, Sean tertawa. Adegan ini begitu mirip dengan adegan di film The Beautiful Legend of Sicily. Namun, si Chintia ini sepertinya lebih seksi dan feminin daripada Monica Bellucci.     

Siapa yang menyangka bahwa Chintia bahkan tidak memilih salah satu dari orang-orang yang ada di sekitarnya ini. Dia malah memandang Sean dan menunjuk-nunjuknya. "Kemarilah."     

Semua orang menatap Sean dengan kesal dan menderunya, sementara Chintia berkata dengan sangat lembut pada Sean, "Wanita ini bukanlah wanita biasa. Tidak heran jika dia sampai bisa menjadi Wakil Presiden Direktur Grup Citra Abadi."     

Sean berpikir dalam benaknya bahwa dia sendiri juga sangat tertarik dengan wakil presidennya ini, jadi dia semakin berjalan mendekat.     

Chintia memandang Sean dengan senyum yang menawan dan berkata, "Kamu, nyalakan rokokku."     

Semua pria yang membawa berbagai macam jenis pemantik api mahal di sekitar Chintia sontak tercengang.     

"Wapresdir Yandra malah membiarkan si tidak berguna itu untuk menyalakan rokoknya?!"     

"Aku tidak mengerti. Bagaimana bisa si sampah tidak berguna itu melakukannya?"     

Apa di mata beberapa pria kalangan atas yang ada di Jakarta ini, menyalakan sebatang rokok bagi seorang wanita adalah suatu kehormatan? batin Sean di dalam hatinya.     

Sean langsung menjawab, "Tidak ada api!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.